Setelah perkuliahan selesai, saat Clara baru saja ingin jalan ke parkiran. Tiba-tiba ia dicegat oleh seseorang.
"Ra, ini buat lo" Sambil menyerahkan nasi kotak kepada Clara.
"Gua tau lu belum makan kan. Tadi gua juga gk liat lo di kantin, dimakan ya jangan sampe lo sakit" Ucapnya sambil tersenyum.
Dia adalah Alvin, sosok laki-laki yang selalu mencoba mendekati Clara, ia juga tau bagaimana kehidupan Clara.
Yang tau kehidupan Clara di rumah hanya beberapa orang saja. Selebihnya hanya mengetahui bahwa hidup Clara sangat enak. Banyak juga yang ingin menjadi Clara.
Begitu pintarnya Clara menutupi rasa sakitnya sampai-sampai orang lain pun merasa Clara begitu beruntung dilahirkan di keluarga yang kaya.
"Mksih ya vin, makasih banyak. Gue pasti makan makanan yang lo kasih" Ucapnya sambil tersenyum.
Tiba-tiba ia ditampar oleh Lia sampai sudut bibirnya robek dan mengeluarkan darah. Begitu kuatnya tamparan yang ia terima. Kejadian itu mengundang perhatian orang-orang yang berada di area parkir kampus.
Banyak yang merasa kasihan melihat Clara dan ada juga yang senang melihat Clara di bully oleh Lia, tentunya mereka yang juga merasa iri pada Clara.
"Berani bgt lo ya deketin Alvin, dia itu gebetan gue. Sekali lagi gue liat lo deketin dia bakal gue bilangin sama papa, biar lo di hukum sama papa".
Lia mengambil nasi kotak yang ada di tangan Clara dan membuangnya begitu saja.
Clara yang melihat itu hanya diam, sedih karna dia tidak bisa makan. Dia tidak ingin melawan kakaknya ini.
"Maaf ya kak, kalo gitu aku pulang dulu" Pamitnya kepada Lia. Lalu Clara melihat ke arah Alvin
"gue balik dulu vin, jagain kakak gue ya"
Clara langsung pergi dari hadapan Alvin dan Lia.
"Lo ngapain si nampar Clara kayak tadi? Dia salah apa?"
"Aku gk suka dia deketin kamu" Rengeknya manja kepada Alvin.
"Asal lo tau, gue yg nyamperin dia gue yg ngasih nasi kotak itu ke dia jadi bukan dia yang deketin gue"
"Tadi aku ngiranya dia yg deketin kamu, maafin aku ya"
"Terserah" Lalu Alvin pergi meninggalkan Lia.
"Alvin tungguin, aku minta maaf"
Alvin menghiraukan panggilan Lia, saat ia ingin menjalankan mobilnya tiba-tiba Aron datang mengetuk kaca pintu mobil Alvin.
"Apa?" Tanya nya ketus.
"Kita semua ngumpul di rumah Bara, ada yang mau di bahas"
"Ya"
"Yaudah, tungguin anak-anak dulu biar bareng aja kesana"
"Oke"
...🦕🤍...
Di perjalanan menuju rumahnya, Clara bisa lebih santai di perjalanan karna ia pulang lebih awal dan tentunya ia tidak akan terlambat sampai di rumah.
Namun di tengah-tengah perjalanan, saat berhenti di lampu merah terjadi kecelakaan kecil. Dimana ada sebuah motor yang tidak sengaja menyenggol nenek-nenek yang sedang menyebrang dengan cucunya. Namun pengendara motor tersebut bukannya berhenti tapi malah pergi begitu saja.
Clara langsung turun dari mobil dan membantu nenek tersebut, pengendara lain membantu mengemasi belanjaan nenek itu yang berserakan di tengah jalan.
"Nenek gpp kan? Ada yg luka gk nek? Sini aku liat dulu" Clara memeriksa tubuh sang nenek ingin memastikan apakah ada luka atau tidak.
Karna kesal, Clara langsung menyuruh pemilik motor yang berada di samping mobilnya untuk turun.
"Gue pinjem bntr" Kemudian ia langsung melaju dengan kencang mengejar pengendara motor tadi.
Dengan gesit Clara langsung menghadang jalan si cowok tersebut, dan menyuruhnya turun.
"Turun gk lo!!"
"Apasi cewek gajelas"
"Cepet minta maaf sama nenek tdi"
"Ogah". Clara langsung mengambil kunci motor si cowok tadi.
" Eh balikin kunci motor gue, lo apa apaan si"
"Kunci motor lo gak akan balik sebelum lo mau minta maaf sama nenek tadi"
"Iya udh iya cepet ah, ribet bgt lu"
Kemudian Clara dan si cowok tadi langsung berbalik arah ke tempat kejadian tadi.
"Cepet minta maaf" Ucapnya sambil bertolak pinggang.
"Nek saya minta maaf soalnya saya lagi buru-buru" Ucapnya sambil mencium tangan si nenek.
"Iya gpp nak, lain kali kamu hati-hati ya, perhatiin juga pejalan kaki. Jangan sampe kejadian tadi terulang lagi"
"Iya nek, saya boleh pergi kan nek"
"Iya nak silhkan"
Sebelum pergi si cowok tadi memberikan si nenek beberapa lembar uang sebagai permintaan maaf. Kemudian dia menghampiri Clara yang sedari tadi mengawasi dirinya agar tidak kabur.
"Udah tuh gue udh minta maaf, gue buru-buru. Gue pamit dulu"
"Yaudh"
Kemudian Clara berbalik badan dan melihat cowok dengan tatapan dingin yang dari tadi memperhatikan gerak geriknya. Dia adalah cowok pemilik motor yang di pinjam Clara tadi.
"Oh iya, maaf ya tdi gue tiba-tiba pake motor lo" Ia merasa canggung melihat si cowok yang tidak memberikan respon.
"Apa dia marah ya gara-gara gue pake motornya tadi? Tapi kan motornya gue balikin lagi, gak gue bawa kabur kok" Batinnya.
"Maaf ya" kemudian ia melihat jam tangannya, ia sangat kaget karna kejadian ini ia terlambat sampai rumah.
Jam sudah menujukkan pukul 14.04 yang artinya ia terlambat empat menit dan pastinya saat sampai di rumah ia akan mendapatkan hukuman itu lagi.
Tanpa ia sadari ternyata cowok tadi sudah pergi begitu saja tanpa bicara sepatah katapun. Ia sudah sangat ketakutan dan langsung melajukan mobilnya menuju rumah. Selama di perjalanan ia memikirkan bagaimana nasibnya saat sampai di rumah nanti.
Lima menit kemudian ia sampai di rumah dan langsung berlari ke pintu utama dan mengetuk pintu rumah. Dan masuk ke dalam rumah. Ia hanya bisa menunduk, ia tau bahwa papanya sudah menunggu kedatangannya.
Di ruang tamu sudah dipenuhi oleh teman-teman Bara dan Abian. Abian merupakan ketua geng motor "Black Moon" Dan Bara adalah wakilnya. Dan ruang tamu sudah dipenuhi oleh anggota dari geng motor tersebut.
Clara tidak menghiraukan orang-orang di dalam ruangan itu. Badannya sudah gemetar, ia sudah merasa sangat ketakutan. Beberapa dari anggota geng motor itu dulu pernah melihat Clara di hukum oleh papanya. Dan yang lainnya belum pernah.
Papa nya yang sangat tidak peduli dengan sekelilingnya jika sudah marah tidak mengambil pusing jika tindakannya nanti akan di lihat oleh teman-teman Bara dan Bian.
Clara terus menunduk, bi Imah yang sudah tau apa yang akan terjadi hanya bisa diam melihat dari arah dapur, begitu juga dengan Bian. Ia memilih untuk main handphone agar ia tidak melihat adiknya disiksa.
"Sudah berapa kali saya bilang, jangan pernah telat pulang ke rumah. Punya kuping gk?" Ucap sang papa dengan nada tinggi.
"Ma- maaf pah, tadi ada kecelakaan kecil di jalan jadinya aku telat sampai rumah"
"Kamu kira saya peduli dengan hal itu".
Mencengkram pipi Clara dengan kuat lalu menghempaskan nya begitu saja.
" Letakkan tas kamu"
Dengan berat hati Clara berjalan ke dekat sofa dan meletakkan tasnya.
"Pah, apa boleh hukumannya besok aja? Luka Clara yg kemarin belum sembuh" Mohon ara kepada papanya.
"Kamu berani atur-atur saya? Kalo mau hukumannya besok, kamu bisa mati di tangan saya" Ancam nya.
Teman-teman Bara sontak kaget mendengar ucapan papa tadi. Sedangkan Bian mengepalkan tangannya sekuat mungkin. Ia merasa sakit dan juga marah mendengar ucapan papanya. Ia tidak akan membiarkan adiknya mati di tangan papanya.
"Bara, cepat ambil cambuk di laci meja itu" Perintah papa.
Kemudian Bara berjalan dan mengambil cambuk yang biasanya memang digunakan untuk menghukum Clara lalu menyerahkannya kepada papa.
Kejadian ini seolah menjadi tontonan gratis bagi orang-orang yang berada di rumah tersebut. Karna saat sekarang ini baik Bara dan teman-temannya fokus melihat apa yang akan terjadi pada Clara setelah ini. Mereka tidak fokus dengan apa yang akan mereka bahas tadi.
"Balik badan". Clara berbalik badan dan tetap menunduk.
Kemudian papa mulai melancarkan aksinya, ia mulai melayangkan cambukan ke tubuh Clara. Ia mengepalkan tangannya sekuat mungkin untuk menahan rasa sakitnya agar ia tidak mengeluarkan suara.
Karna jika Clara menangis atau mengeluarkan suara, papa akan semakin menjadi-jadi. Ia menangis tanpa mengeluarkan suara. Air matanya mengalir begitu saja setelah dipukul berulang-ulang. Ia mendapatkan cambukan sebanyak lima puluh kali. Bayangkan bagaimana rasa sakitnya.
Tapi itu sudah menjadi hal biasa bagi Clara dari kecil, ia sudah biasa menerima pukulan, tendangan, cambukan dan hinaan dari keluarganya. Namun kenapa sekarang ini rasanya begitu sakit.
Bian menangis mendengar suata cambuk yang mengenai tubuh adiknya walaupun Clara tidak mengeluarkan suara tangisan sedikitpun. Alvin juga memilih diam dan mencari kegiatan lain agar ia tidak melihat Clara yang sedang disiksa tersebut.
Dan ada satu cowok yang tanpa ia sadari ia mengepalkan tangannya sampai urat-urat tangannya terlihat jelas saat ia menyaksikan kejadian di depannya ini.
Ia juga tidak sadar kenapa ia begitu sakit hati melihat Clara di siksa seperti ini. Ia teringat pada gadis kecilnya dulu yang juga sering di siksa oleh orang tuanya. Namun sekarang entah dimana keberadaan gadis kecilnya tersebut.
Setelah cambukan terkahir, tubuh Clara langsung terjatuh ke lantai dan mengeluarkan suara tangisan yang sangat menyayat hati orang-orang di ruang tamu tersebut, terlebih lagi Bian yang juga ikut menangis karna tidak bisa menolong adik kecilnya itu.
Untuk beberapa saat Clara membiarkan tubuhnya tergeletak di lantai untuk mengembalikan sedikit tenaganya agar bisa berjalan ke kamar nanti. Clara terus menangis.
Dan ternyata belum sampai di situ, karna muak mendengar suara tangisan Clara, papa langsung menarik rambut Clara agar ia berdiri, dan kemudian papa membenturkan kepala Clara ke sudut meja makan. Hal itu membuat kening Clara robek dan mengeluarkan banyak darah.
Setelah puas melihat Clara tersiksa, kemudian papa langsung pergi ke kamar. Dan di ruang tamu cuma tersiksa teman-teman Bara dan juga bi Imah yang langsung menghampiri Clara setelah papa ke kamar.
Bi Imah menangis melihat kondisi Clara dan ia meletakkan kepala Clara di paha nya.
"Non tunggu disini ya, bibi obatin dulu. Nonton Clara belum bisa jalan kan, tunggu sebentar ya non" Ucap bibi sambil menangis dan pergi mencari kotak obat.
"Bibi obatin dulu non, sabar ya" Tak henti-hentinya bi Imah menangis melihat kondisi Clara yang sangat berantakan ini.
"Bii, biarin Ara disini dulu. Ara belum ada tenaga untuk jalan ke kamar" Suaranya sudah tak terdengar lagi, ia berbicara seolah sedang berbisik.
"Iya non, bibi temenin non disini"
"Bii, badan Ara sakit" Lalu ia kembali menangis mengingat seluruh tubuhnya yang luar biasa sakit.
Saat Bagas temannya Bara ingin menolong Clara. Ia langsung dihentikan olahraga Bian.
"Jangan tolongin adek gue"
"What the ****? Lo gak liat kondisi dia kayak gimana?"
"Jangan, jangan tolong dia. Kalo sampe bokap gue tau ada yang bantuin dia, dia akan makin di siksa. Gue gak mau adik gue mati karna terus-terusan di siksa" Bian kembali meneteskan air mata melihat kondisi adiknya dan dia tidak bisa berbuat apa-apa.
Clara yang melihat Bian menangis, ia juga ikut menangis. Mereka saling tatap dalam diam.
"Bibi, bilang sama abang jangan nangis, Ara gak papa. Ara masih kuat" Ia berbicara dengan sangat pelan yang hanya bisa di dengar oleh bi Imah.
"Baik non".
" Den Bian, non Clara bilang jangan nangis, dia sedih liat den Bian nangis. Non Clara bilang dia gpp, dia masih kuat".
Bian menunduk dan kembali terisak.
Kurang lebih 10 menit Clara hanya diam tergeletak di lantai, badannya begitu sakit. Walaupun hanya bergerak sedikit saja itu membuat seluruh badannya terasa sangat nyeri.
Setelah dirasa tenaganya sudah sedikit terkumpul, ia meminta tolong kepada bi Imah untuk membantunya berdiri dan berjalan menuju kamar. Ia merasa kesulitan karna kamarnya yang terletak di lantai dua.
Bi Imah bingung bagaimana cara membantu Clara. Karna seluruh badan Clara penuh dengan luka. Akhirnya bi Imah memegang Clara denga hati-hati agar Clara tidak kesakitan.
Ia berjalan dengan tertatih, badannya sangat lemas. Saat akan berjalan ke kamar, mata Clara tidak sengaja melihat ke arah cowok yang juga menatapnya dari tadi. Kemudian langsung jalan menuju kamar.
Setelah sampai di kamar, bi Imah langsung mengobati Clara. Dan memberikan obat untuk Clara.
"Kalau ada apa-apa, non Clara bisa bilang bibi ya. Sekarang non tidur dulu, non istirahat biar cepat sembuh".
Clara hanya mengangguk tanpa berbicara sedikitpun. Lalu ia memejamkan matanya dan beristirahat.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 28 Episodes
Comments
Husna
Aku setia menunggu, please jangan membuatku menunggu terlalu lama.
2023-07-31
1
Uryū Ishida
Saya sudah jatuh cinta dengan karakter-karakternya, keep writing, author!
2023-07-31
1
Heri Purnomo
Tiap adegannya menggugah emosi.
2023-07-31
1