Kenyataan untuk Khaeri Part 2

Khaeri langsung istirahat di kamar yang sudah di siapkannya begitu mereka sampai rumah. Rumi menepuk pelan pundak Nana saat wanita itu keluar dari kamar.

"Eh, astagfirullah.. Ibu ngagetin aku aja."

"Ibu jadi kepo, Na. Cowoknya tampan sekali, Nak. Dapat dimana kamu cowok setampan itu?"

"Ih, Ibu kok ngomong gitu sih.."

"Nana.. Ibu serius bertanya. Dia orang mana?"

"Orang Makassar, Bu. Tapi, dia tumbuh besar di kota kelahiranku. Dia juga takut naik pesawat. Makanya tubuhnya menggigil sekarang."

"Loh.." Rumi terkejut mendengar cerita Nana. "Kalau begitu ceritanya, kenapa kamu memintanya datang kemari, Nak?"

"Hmm.." Nana menghela nafas berat. Menarik tangan Rumi agar duduk di sofa terlebih dahulu. "Sebenarnya aku memintanya datang kemari untuk menguji ketulusannya. Tapi, ternyata dia menyanggupi permintaanku dan sekarang sudah berada di sini."

Rumi menggeleng-geleng pelan. Tidak menyangka kalau Nana bisa setega itu pada kekasih barunya. "Kamu kok bisa melakukan itu padanya, Na."

Nana tersenyum kecil lalu menunduk. "Aku takut dimanfaatkan lagi, Bu." Ucapnya pelan.

"Astagfirullahal'adzim.. nggak boleh su'udzon, Nak." Rumi mengusap-usap punggung Nana. "Tapi, lebih hati-hati juga itu adalah sikap yang baik. Setidaknya kamu lebih waspada agar kesalahan sebelumnya tidak terulang lagi."

"Itu yang aku khawatirkan, Bu."

"Hmm.. apa rencana kamu sekarang?" Rumi menatap Nana. Tidak mungkin Nana meminta Khaeri datang kemari tanpa ada tujuan.

Nana terdiam menatap Rumi. Ia harus mengatakan semuanya pada Rumi, agar wanita itu tidak banyak bertanya kalau sekiranya minta izin untuk membawa Naufal keluar rumah. "Aku ingin menjelaskan semuanya pada Kak Khaeri, Bu. Aku tidak mau merahasiakan Naufal padanya. Aku juga tidak mau, kalau masalah Naufal malah menjadi masalah setelah kami menikah nanti. Jika aku sudah berusaha jujur dari sekarang. Setidaknya Kak Khaeri bisa memilih, antara melanjutkan niatnya untuk menikah dengan ku, atau mungkin membatalkan rencananya." Tersenyum kecil pada Rumi yang sedang menyimak semua ucapannya.

"Ibu menghargai keputusan kamu, Nak. Yang kamu katakan memang benar. Apalagi ini adalah masalah besar. Jangan sampai calon suami kamu malah mempertanyakan banyak hal setelah kalian menikah nanti. Mudah-mudahan Allah melancarkan semua urusan kamu dan mempermudah jalan untuk rencana kalian ke depannya."

"Aamiin.. terimakasih doanya, Bu." Nana mengusap wajahnya perlahan. Ia semakin memantapkan niatnya. Setidaknya semua orang yang mengetahui masalah ini sudah memberikan lampu hijau untuk rencananya ini.

***********

Rumi tersenyum bahagian melihat meja makan di rumahnya dikelilingi oleh beberapa orang. Pagi ini terasa berbeda karena keberadaan Khaeri di rumahnya.

"Nak Khaeri, silahkan. Maaf karena Ibu tidak bisa menyediakan makanan mewah untuk Nak Khaeri." Rumi sengaja mengatakan itu karena melihat Khaeri yang terus memperhatikan menu sarapan pagi itu.

"Eh, kenapa Ibu ngomong begitu?" Khaeri memperbaiki posisi duduknya. "Ini malah sangat mewah, Bu. Aku malah jarang makan dengan menu lengkap seperti ini di rumah. Aku hanya sering sarapan dengan sepotong sandwich atau dua butir telur rebus." Khaeri sedikit merendah karena tidak mau melihat Rumi kecewa. Bagaimana pun juga, ia harus menghargai usaha wanita itu menyiapkan sarapan untuknya.

"Oh, ternyata Nak Khaeri orang yang sederhana. Ibu kira kamu punya menu khusus untuk menu makanan."

"Mana ada kayak gitu. Aku adalah mantan anak kost, Bu. Ibu pasti tau lah, kehidupan yang di jalani anak kost seperti apa."

"Ah," Rumi tersenyum bangga. Pacar Nana kali ini terlihat menarik perhatiannya. Dia sudah bertekad, akan mendukung penuh rencana pernikahan Nana dengan pria itu.

Setelah selesai sarapan, Nana mendekati Khaeri karena ada yang ingin disampaikan padanya. "Kak, aku mengajak Naufal ikut hari ini." Bisiknya di dekat telinga Khaeri.

"Kamu kan mau ngomongin sesuatu sama aku. Kalau anak itu ganggu, bagaimana?" Khaeri sedikit berbisik. Tidak mau suaranya mengganggu yang lain.

"Dia harus ikut, Kak. Anak itu terlibat dalam hal yang harus aku bicarakan pada Kak Khaeri."

Deg..!

Khaeri langsung menatap Nana dengan penuh tanda tanya. Tatapan itu seolah-olah menuntut, agar Nana menjelaskan semuanya.

"Kak Khaeri akan tau semuanya nanti."

"Mm.." Khaeri mengalihkan pandangannya. "Baiklah, aku menghargai keputusanmu." Beranjak bangkit dari tempat duduknya. "Kita berangkat sekarang. Ajak Utami, biar kamu tidak capek kalau Naufal cengeng nanti."

"Itu sudah termasuk dalam hitunganku."

Utami hanya melengos mendengar perintah Khaeri. Ia merasa, Khaeri mulai berani mengeluarkan perintah untuknya.

Hanya membutuhkan beberapa menit perjalanan menuju tempat yang sudah di pilih Nana sebelumnya. Karena Nana yang memesan tempat, Nana yang mendekati resepsionis untuk mengkonfirmasi kedatangannya.

"Ruang VIP ya, Mbak. Mari saya antar.." Resepsionis itu menunjukkan jalan menuju ruang VIP yang sudah di pesan Nana.

"Kamu sampai memesan tempat ini, Na." Khaeri mengedarkan pandangannya, menatap setiap sudut ruangan yang terlihat tidak biasa itu.

"Na, aku ajak Naufal main di situ." Utami memotong karena tidak nyaman jika diam di sana, sementara Nana dan Khaeri mau bicara serius.

"Nggak usah jauh-jauh, Mi."

"Nggak, Na. Aku cuman mau main di sofa sebelah." Utami langsung berlalu. Untungnya Nana sudah membooking seluruh ruangan itu, sehingga tidak ada orang yang akan mengganggu pembicaraannya dengan Khaeri.

"Ini berlebihan, Na. Kamu menghambur-hamburkan uang hanya untuk menyewa seluruh tempat ini. Seharusnya kamu membiarkan orang lain ikut menyewa untuk menghemat biaya." Khaeri mengakhiri ucapannya dengan meneguk segelas coklat hangat yang batu saja di suguhkan di depannya.

"Aku tidak memikirkan itu, Kak. Menurutku, kenyamanan adalah hal paling utama. Uang bisa dicari."

"Terserah kamu kalau begitu. Sekarang mulailah bicara. Aku mau kamu ceritakan semua yang menurutmu penting." Khaeri memperbaiki posisi duduknya agar lebih nyaman.

Nana tersenyum lemah seraya menunduk. Ia mulai memikirkan darimana akan memulai ceritanya. Belum lagi, ia sedang mempersiapkan hatinya untuk kemungkinan terburuk. Kalau Khaeri merubah keputusannya, dia harus merelakan pria itu dan mencari orang lain yang mau menerima keadaannya.

Nana menelan ludahnya yang terasa tercekat di tenggorokan. "Naufal itu..." kembali menundukkan kepalanya. "Naufal itu anak aku, Kak."

Hening...

Khaeri sedang mencerna ucapan Nana. Berharap dia salah dengar atau apa. Intinya dia masih mengolah kalimat yang dikeluarkan Nana tadi.

Karena tidak mendengar jawaban Khairi, Nana mengangkat wajahnya perlahan. "Aku.. sudah.. tidak perawan lagi, Kak." Menatap Khaeri untuk menunggu jawaban pria itu.

Khaeri menelan ludahnya seraya mengalihkan pandangannya. "Kamu pasti sedang bercanda kan, Na. Kamu hanya sedang mengujiku. Benar 'kan?"

Nana menggeleng seraya tersenyum lemah. "Aku tidak bercanda, Kak. Ini adalah kenyataan. Naufal adalah anakku." Menarik nafas dalam. "Itulah mengapa aku berani menentang Kak Khaeri pas aku berangkat kemari. Kemarin Naufal sakit sampai masuk Rumah Sakit. Itulah mengapa aku sangat mengkhawatirkannya."

Khaeri mengusap wajahnya dengan kasar seraya menarik nafas dalam. "Jelaskan padaku, kenapa anak itu bisa ada." Ucapnya tanpa sedikit pun menatap Nana.

Melihat tingkah Khaeri membuat Nana kembali menunduk. "Itu hanya sebuah kecelakaan."

"Huh," Khaeri mendengus. "Yang namanya hamil di luar nikah, sudah pasti kecelakaan lah, Na. Kamu ini jangan ngomong ngawur."

"Aku nggak ngawur, Kak. Iya, yang di ucapan Kak Khaeri itu memang benar. Tapi, ini terjadi karena aku di jebak. Mas Fikri menjebak ku waktu itu. Aku nggak bisa ngapa-ngapain selain pasrah."

"Kamu tau kalau pembuahan itu berhasil, lalu kenapa membiarkannya? Kenapa kamu tidak a***** biar dia tidak tumbuh sampai seperti itu."

"Anak itu tidak salah apa-apa, Kak. Yang punya kesalahan itu aku sendiri. Atas dasar apa aku harus membunuhnya?"

"Apa pria yang bertemu dengan mu di pusat perbelanjaan waktu itu.."

"Iya," potong Nana. "Dia adalah ayah Naufal. Itulah mengapa aku sangat membenci pria itu. Andaikan agama memperbolehkan pembunuhan, aku ingin membunuh pria itu."

Khaeri kembali mengusap wajahnya dengan kasar. "Lalu apa yang kamu inginkan sekarang?"

"Aku nggak menginginkan apapun. Aku menyampaikan hal ini, karena aku nggak mau, keberadaan Naufal menjadi masalah nanti di belakang. Aku hanya ingin mendengar keputusan Kak Khaeri."

"Keputusan.."

"Iya, Kak." Nana mengusap air matanya yang keluar tanpa di minta. "Kak Khaeri bisa memutuskan semuanya. Mau melanjutkan rencana pernikahan kita, atau membatalkannya saja."

Khaeri mengetuk-ngetuk meja di depannya sambil menatap Nana dengan tajam. "Mm.. apakah kamu akan memintaku untuk menafkahi anak itu nanti?"

"Tidak." Jawab Nana tegas. "Kamu tidak wajib memberikan nafkah, karena dia bukan anakmu. Aku akan menafkahi Naufal dengan uangku sendiri tanpa campur tangan darimu. Tapi, sekiranya suatu hari nanti kamu berniat memberikan nafkah untuknya, aku akan sangat mensyukuri hal itu."

"Baiklah.. berikan aku waktu untuk memikirkan semua ini." Melipat tangan di dada, seraya kembali menatap Nana. Melihat air mata di pipi Nana membuatnya sedikit tersentuh. Seharusnya dia menghargai kejujuran Nana.

"Na.."

"Eh," Nana mengusap air matanya dan menatap Khaeri. "I.. iya, Kak."

"Kemarilah, duduk di sampingku.." menepuk sofa di sebelahnya.

**********

Terpopuler

Comments

Annisa

Annisa

Aduh, belum nikah aja udah mewanti-wanti si Khaeri. Kayak takut banget kalau Nana tidak bisa menafkahi anaknya. Nana itu anak orang kaya loh Khaeri ..😪

2023-10-07

0

Sadiah

Sadiah

Dasar laki² pelit gak suka banget sama laki² pelit,, baik sie sebenernya khairi cuma pelit aja,kalau menurut aku sabar aja deh na ngapain nikah sama laki² pelit dn perhitungan minta ampun,kamu kaya pasti ada yg ikhlas mencintai kalau dn anak kamu.

2023-08-17

0

lihat semua
Episodes
1 Permintaan Aneh
2 Nana Terjebak
3 Rencana Masa Depan
4 Kehidupan Baru untuk Nana
5 Berita yang Menegangkan
6 Kecewa yang Mendalam
7 Panggilan Baru
8 Ancaman Fikri
9 Menunggu Kepastian
10 Bersitegang
11 Saling Menjaga Perasaan
12 Saling Pengertian
13 Kenyataan untuk Khaeri
14 Kenyataan untuk Khaeri Part 2
15 Penjelasan untuk Khaeri
16 Perhatian Kecil dari Calon Ayah Sambung
17 Teman tapi Kepoan
18 Teman tapi Kepoan Part 2
19 Maaf, Surat Izinnya Masih di Sita
20 Syarat dan Ketentuan Berlaku
21 Keberuntungan Khaeri
22 Pikirkan Sebelum Terlambat
23 Menjadi Pasangan Halal
24 Jalani Saja dengan Sabar
25 Karena Aku Mencintainya
26 Suamiku Pria Hangat
27 Kesempatan dalam Kesempitan
28 Menjadi Sopir Sewaan Dokter Pelit
29 Sopir Tangguh
30 Tanda-tanda
31 Putri Kesayangan
32 Lebih Berhati-hati
33 Bahagia itu Sederhana
34 Kabar dari Sebrang
35 Perubahan
36 Isi Hati hanya Allah yang Tau
37 Hubungan Sedarah
38 Pertikaian Kecil
39 Masalahnya Tidak Sesimpel itu
40 Sedikit Berubah
41 Butuh Kesabaran
42 Biarin Aja biar Tau Rasanya
43 Aku Hanya Mau Dia
44 Puasa yang Ini Lebih Berat
45 USG
46 Keputusan Fadilla
47 Keputusan Fadilla part 2
48 Utami Merajuk
49 Ngambek
50 Naufal Rindu Mama
51 Firasat Seorang Ibu
52 Saudara
53 Sedikit Pelajaran
54 Sedikit Pelajaran Part 2
55 Butuh Penjelasan?
56 Pasangan itu Harus Saling Memahami
57 Pemeriksaan Terakhir
58 Kelahiran Khaeri Junior
59 Terlihat Sangat Berlebihan
60 Kedatangan Mertua
61 Perhatian dari Ibu Mertua
62 Diintimidasi Ibu Mertua
63 Saling Menjatuhkan
64 Rencana
65 Berita Terpendam
66 Over Thinking
67 Nafkah Pertama
68 Jiwa Perhitungan yang Meronta
69 Perhatian Seorang Kakak
70 Salah Khaeri atau Rasya?
71 Kapan Lho Sadar, Na?
72 Perkara Warung Pecel Lele
73 Semua Urusan di Urus Nana
74 Utami Sayang
75 Perhatian Kecil
76 Nasehat untuk Nana
77 Sahabat yang Sesungguhnya
78 Mulai Curiga
79 Awal Penyelidikan
80 Kecurigaan Nana
81 Perhatian Sony untuk Nana
82 Pertengkaran Hebat
83 Pertengkaran Hebat Part 2
84 Hukuman untuk Khaeri
85 Hukuman untuk Khaeri Part 2
86 Tidak Semudah itu, Ferguso!
87 Punya malu sedikit saja, bisa 'kan?
88 Menjauh adalah Cara Terbaik
89 Aku hanya Wanita Biasa
90 Na, Kamu dimana?
91 Sebuah Akting yang Sukses
92 Isi Hati yang Sebenarnya
93 Perhatian Asisten Melebihi Perhatian Suami
94 Akhir dari Sebuah Perjuangan Part 1
95 Akhir dari Sebuah Perjuangan Part 2
96 Akhir dari Sebuah Perjuangan Part 3
97 Akhir dari Sebuah Perjuangan Part 4
98 Buaya Darat yang Insyaf
99 Hanya Kurang Bersyukur dengan Apa yang Dimiliki.
100 Rencana Terselubung
101 Tidak Semudah Membalikkan Telapak Tangan
102 Rencana Masa Depan
103 Liburan Serasa Bulan Madu
104 Kedatangan Orang Terkasih
105 Kerusuhan di Klinik
106 Usaha Melemahkan Mental Pelakor
107 Usaha Melemahkan Mental Pelakor Part 2
108 Memilih untuk Mundur
109 Aduh, Aku Terciduk
110 Operasi
111 Koma
112 Saling Menyayangi itu Indah
Episodes

Updated 112 Episodes

1
Permintaan Aneh
2
Nana Terjebak
3
Rencana Masa Depan
4
Kehidupan Baru untuk Nana
5
Berita yang Menegangkan
6
Kecewa yang Mendalam
7
Panggilan Baru
8
Ancaman Fikri
9
Menunggu Kepastian
10
Bersitegang
11
Saling Menjaga Perasaan
12
Saling Pengertian
13
Kenyataan untuk Khaeri
14
Kenyataan untuk Khaeri Part 2
15
Penjelasan untuk Khaeri
16
Perhatian Kecil dari Calon Ayah Sambung
17
Teman tapi Kepoan
18
Teman tapi Kepoan Part 2
19
Maaf, Surat Izinnya Masih di Sita
20
Syarat dan Ketentuan Berlaku
21
Keberuntungan Khaeri
22
Pikirkan Sebelum Terlambat
23
Menjadi Pasangan Halal
24
Jalani Saja dengan Sabar
25
Karena Aku Mencintainya
26
Suamiku Pria Hangat
27
Kesempatan dalam Kesempitan
28
Menjadi Sopir Sewaan Dokter Pelit
29
Sopir Tangguh
30
Tanda-tanda
31
Putri Kesayangan
32
Lebih Berhati-hati
33
Bahagia itu Sederhana
34
Kabar dari Sebrang
35
Perubahan
36
Isi Hati hanya Allah yang Tau
37
Hubungan Sedarah
38
Pertikaian Kecil
39
Masalahnya Tidak Sesimpel itu
40
Sedikit Berubah
41
Butuh Kesabaran
42
Biarin Aja biar Tau Rasanya
43
Aku Hanya Mau Dia
44
Puasa yang Ini Lebih Berat
45
USG
46
Keputusan Fadilla
47
Keputusan Fadilla part 2
48
Utami Merajuk
49
Ngambek
50
Naufal Rindu Mama
51
Firasat Seorang Ibu
52
Saudara
53
Sedikit Pelajaran
54
Sedikit Pelajaran Part 2
55
Butuh Penjelasan?
56
Pasangan itu Harus Saling Memahami
57
Pemeriksaan Terakhir
58
Kelahiran Khaeri Junior
59
Terlihat Sangat Berlebihan
60
Kedatangan Mertua
61
Perhatian dari Ibu Mertua
62
Diintimidasi Ibu Mertua
63
Saling Menjatuhkan
64
Rencana
65
Berita Terpendam
66
Over Thinking
67
Nafkah Pertama
68
Jiwa Perhitungan yang Meronta
69
Perhatian Seorang Kakak
70
Salah Khaeri atau Rasya?
71
Kapan Lho Sadar, Na?
72
Perkara Warung Pecel Lele
73
Semua Urusan di Urus Nana
74
Utami Sayang
75
Perhatian Kecil
76
Nasehat untuk Nana
77
Sahabat yang Sesungguhnya
78
Mulai Curiga
79
Awal Penyelidikan
80
Kecurigaan Nana
81
Perhatian Sony untuk Nana
82
Pertengkaran Hebat
83
Pertengkaran Hebat Part 2
84
Hukuman untuk Khaeri
85
Hukuman untuk Khaeri Part 2
86
Tidak Semudah itu, Ferguso!
87
Punya malu sedikit saja, bisa 'kan?
88
Menjauh adalah Cara Terbaik
89
Aku hanya Wanita Biasa
90
Na, Kamu dimana?
91
Sebuah Akting yang Sukses
92
Isi Hati yang Sebenarnya
93
Perhatian Asisten Melebihi Perhatian Suami
94
Akhir dari Sebuah Perjuangan Part 1
95
Akhir dari Sebuah Perjuangan Part 2
96
Akhir dari Sebuah Perjuangan Part 3
97
Akhir dari Sebuah Perjuangan Part 4
98
Buaya Darat yang Insyaf
99
Hanya Kurang Bersyukur dengan Apa yang Dimiliki.
100
Rencana Terselubung
101
Tidak Semudah Membalikkan Telapak Tangan
102
Rencana Masa Depan
103
Liburan Serasa Bulan Madu
104
Kedatangan Orang Terkasih
105
Kerusuhan di Klinik
106
Usaha Melemahkan Mental Pelakor
107
Usaha Melemahkan Mental Pelakor Part 2
108
Memilih untuk Mundur
109
Aduh, Aku Terciduk
110
Operasi
111
Koma
112
Saling Menyayangi itu Indah

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!