Sabar Yang Melampaui
"Aaarggggkkkhhhh......Kak Revand..." teriak Vivi dengan perasaan kaget saat tasnya dirampas dari tangannya.
Vivi Veronica mungkin tidak secantik artis artis ibu kota ataupun model model papan atas, wanita berusia 21 tahun itu memiliki kulit kuning langsat dengan hidung yang mungil dan bibir tipis juga lesung pipi, tapi Vivi memiliki kecantikan alami yang dia peroleh dari ayah dan ibunya yang asli orang Indonesia. Badan Vivi agak berisi tapi dia tidak gemuk, ya cukup untuk seorang wanita yang sudah mempunyai satu orang anak.
Menjelang tengah malam Vivi diantar oleh Revand untuk pulang kerumahnya, selepas pulang dari tempat kerja, Vivi dan teman temannya menghabiskan malam mereka ke sebuah tempat familly karaoke di kota Bandung.
Revan adalah teman satu tempat kerja Vivi di cafe tempat mereka bekerja. Pembawaan Revand yang dewasa dan tegas membuat semua teman kerja nya sangat menghormati Revand, sama halnya dengan Vivi, dia sudah menganggap Revand sebagai kakak nya sendiri karena kebetulan Vivi juga tidak mempunyai kakak laki laki.
"Kenapa Vi?" tanya Revand heran dan kaget oleh teriakan Vivi.
"Itu Kakkk,barusan tasku diambil oleh pemotor yang lewattt..." rengek Vivi.
Sontak Revand yang sedang menjalankan kemudi motor maticnya pun menghentikan lajunya dipinggir jalan. Memang saat itu jalan yang mereka lalui sangat sepi dari kendaraan yang biasanya lalu lalang.
"Ya Tuhan Vi, sabar ya! apa kita lapor saja ke polisi terdekat?" tanya Revand sambil mengelus pundak Vivi.
Vivi membuka helm yang dia kenakan, dan seketika tubuhnya terasa lemas, dia langsung mendudukan dirinya diatas trotoar pinggir jalan kala itu, gimana engga, gaji terakhir yang baru saja dia terima siang tadi selama satu bulan bekerja dan handphone dia ada dalam tasnya itu.
"Percuma Kak, lapor polisi juga toh kita ga ada bukti dan akupun tidak melihat jelas ciri ciri dari mereka yang mengambil tasku." jawab Vivi sambil menggaruk garuk rambutnya yang tidak gatal.
Ya Tuhan musibah apalagi ini, mana gaji terakhir tadi ada di dalam tas itu, juga handphone dan kunci rumah, gumamnya dalam hati.
Siang tadi memang hari terakhir Vivi bekerja, karena kontrak yang tidak diperpanjang Vivi akhirnya harus bisa melepaskan pekerjaan yang sudah satu tahun dia geluti sebagai seorang kasir.
Dengan rasa kecewa dan sedih yang mendalam Vivi tidak tahu harus berbuat apalagi, dia ditemani Revan hanya duduk termenung meratapi nasib kedepannya.
Beberapa menit berlalu..
"Vivi..." teriak seorang wanita dari dalam mobil berwarna silver.
Vivi dan Revandpun dibuat kaget dengan teriakan wanita itu.
Mobil silver itu pun menepi dan turunlah wanita tadi yang berteriak memanggil nama Vivi.
Wanita cantik berkulit putih, dengan rambut panjang yang dicurly, memakai pakaian yang kurang bahan, dan memperlihatkan bentuk tubuhnya yang indah bak gitar spanyol, tak lupa highheels 7cm yang membuat kakinya semakin terlihat jenjang.
"Vivi...Vivi Veronica kan?" tanya wanita tersebut tersenyum ramah.
" Iya aku Vivi." saut Vivi masih heran dan mengingat siapa wanita cantik yang sedang berdiri dihadapannya.
"Aku Gladies, Gladies Aurora, teman smp kamu." timpa wanita tersebut.
"Oh benar kamu Gladis? Pangling aku, abis nya kamu cantik banget sekarang." ucap Vivi girang sambil memeluk Gladies dan mencium pipi kiri kananya.
"Ah kamu bisa aja Vi, kamu juga ha kalah cantik ko, kalian ngapain disini?" tanya Gladies sambil mengatarahkan pandangannya ke arah Revand.
"Kalian lagi berantem ya?" timpal Gladies.
"Apaan sih kamu Dies, oh iya kenalin ni Kak temen smp ku, Gladies." ucap Vivi
"Hai, aku Revand, kita patner kerja bareng." Revand tersenyum sambil mengulurkan tangannya.
"Aku Gladies, maaf ya, aku pikir kalian pacaran lagi berantem pinggir jalan, hee." Gladies menerima uluran tangan Revand sambil nyengir kuda.
"Trus kalian lagi ngapain disini?" Gladies pun mengulangi pertanyaannya.
"Barusan tas ku kena jambret orang Dies, makanya kita lagi bingung ini." saut Vivi lirih.
"Aduh kasian banget kamu Vi, sabar ya!" ucap Gladies mengusap pundak Vivi.
"Kalau gitu kamu mending mampir dulu yu kerumah aku, ga jauh ko dari sini, tinggal beberapa meter lagi." timpa Gladies.
"Gimana apa Kak Revand mau mampir dulu ke rumah Gladies?" tanya Vivi pada Revand.
"Kayaknya engga dulu deh, soalnya tadi di telepon uda bilang ama Kak Ocha bentar lagi pulang." jawab Revand.
" Ya udah kalau gitu aku mampir dulu ke rumah Gladies ya Kak, hati hati nyetirnya,pelan pelan aja!" timpa Vivi
Setelah memakai helmnya kembali Revand pun berpamitan pada kedua wanita dihadapannya, dan bergegas melajukam motor maticnya untuk segera pulang kerumahnya.
"Ya uda yu Vi masuk mobil!" ajak Gladies ramah.
Vivi menjawab dengan anggukan dan kemudian mengikuti Gladies menuju mobilnya dan duduk disamping Gladies di kursi pemumpang belakang pa sopir.
Perjalanan dari tempat berhenti tadi sampai ke rumah Vivi pun memang tidak membutuhkan waktu lama. Sampailah mereka di komplek perumahan yang cukup mewah bergaya classic modern yang cukup membuat Vivi terpesona dibuatnya.
Tak lama berselang mobilpun berhenti, " dah sampai nih, yu masuk!" ajak Gladies sambil berjalan ke arah pintu rumahnya diikuti Vivi dibelakangnya.
Vivi dibuat heran dengan rumah Gladies yang mewah itu, padahal setau Vibi dulu ayah Gladies hanya seorang Pegawai Negeri Sipil di sebuah perusahaan milik negara. Rumahnya pun terbilang sederhana, berbeda sekali dengan pemandangan yang saat ini tampak dihadapannya. Rumah tiga lantai yang mewah dengan taman juga kolam ikan yang ada air mancurnya, parkiran dan halaman yang luas. Bahkan untuk masukpun digerbanh rumah yang besar mereka harua menekan kode tersendiri.
Memang ironis sekali dengan kehidupan Vivi.
Tak lama berselang ada seorang Bibik yang membukakan pintu rumahnya dengan ramah mempersilahkan kami masuk.
"Ayo duduk Vi!" ajak Gladies sambil meletakan tasnya yang branded dan merebahkan tubuhnya di sofa ruang tamu. Vivipun menjawab dengan anggukan dan langsung duduk disebelah Gladies.
"Aku kangen banget deh sama kamu." ucap Gladies.
"Aku dengar kamu uda nikah ya?" timpanya.
"Iya Dies, aku uda punya anak malah." jawab Vivi.
"Permisi non, ini Bibik bawakan minuman." ucap Bibik sambil meletakan minuman hangat yang dibuat nya diatas meja.
"Terimakasih Bik." sautkita berdua kompak.
"Sama sama non, saya permisi." saut Bibik segera berlalu dari hadapan kami.
"Kamu sendirian aja dirumah sebesar ini Dies?" tanya Vivi heran.
"Engga, ada Bibik dan Pak sopir yang menemani aku dirumah ini." saut Gladies santai.
Memang dari dulu Gladies seorang yang mandiri karena mungkin sudah terbiasa ditinggal kedua orang tuanya bekerja. Ibu Gladies seorang guru honorer, dia anak sulung dengan dua orang adik laki laki.
Gladies yang berkehidupan serba mewah membuat Vivi bertanya tanya, tapi kemudian Vivi menyadari kenapa harus ikut campur dengan kehidupan orang lain, biarlah darimanapun Gladies mendapatkannya bukan urusan Vivi.
"By the way, anak kamu umur berapa tahun? tanya Gladies.
"Tiga tahun Dies, sayang dia dibawa ayahnya." saut Vivi.
"Oh jadi kamu uda pisah sama suami kamu?" timpa Gladies.
"Iya begitulah Dies, pernikahanku ga sesuai ekspentasi, jadi harus berakhir dan anaku sekarang tinggal bersama dengan neneknya, ibu dari mantan suamiku." saut Vivi lirih.
"Jadi kamu janda dong sekarang?" canda Gladies
"Engga, aku baru saja menikah lagi, baru tiga bulan ini, kamu masih ingat Dicky kan? Kakak kelas kita yang mantan pacar aku itu?" timpa Vivi
"Iya masihlah, secara kalian pacaran sesekolahan pada tahu." saut Gladies sambil tersenyum.
"Iya ya, jadi ingat masalalu" seringai Vivi
"Emang kenapa sama Dicky?" tanya Gladies heran karena Vivi terhenti dengan obrolannya.
"Dia suami aku yang sekarang." ucap Vivi.
"Ya Tuhan, dunia sempit banget ya, yang uda pernah disunting laki laki lain akhirnya melabuhkan hatinya kembali pada cinta pertamanya." gurau Gladies sambil tersenyum manis.
"Daritadi aku terus yang ditanya, kamu sendiri kenapa belum married?" tanya Vivi.
"Yee, kata siapa belum neng, lah rumah segede gini darimana aku dapat coba?" Gladies malah balik tanya.
"Ya mungkin dari hasil jerih payah kamu kerja selama ini kan?" saut Vivi positive thinking.
"Ini rumah suami aku, hanya saja aku cuma isteri simpanan." timpa Gladies lirih.
Tuhan, aku pikir aku saja yang pernah mengalami masa rumah tangga yang sulit, ternyata Gladies pun mengalami masalah yang pelik dalam rumah tangga nya, dia mempunyai segalanya, tapi suaminya ternyata bukan cuma miliknya. Memang didalam rumah tangga diuji dengan berbagai macam ujian, gumam Vivi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments
bianca
nyimak ...
2023-08-01
1
kirom hasran
Karakter-karakternya sangat hidup, aku merasa seperti melihat mereka secara langsung.
2023-07-24
1
Amai Kizoku
Terkesan!
2023-07-24
1