"Hai..selamat malam para pria pria kesepian..." saut wanita itu mengagetkan ketiga pria dihadapannya yang sontak membuat mereka menengok ke arah wanita itu secara bersamaan.
Ternyata yang datang adalah Sisca, wanita cantik dengan kulit putih mulus..hidung yang bangir dan mata yang indah, memakai one shoulder dress yang memperlihatkan bahu indahnya yang terlihat semakin sexy.
"Hadeuhhhh..aku pikir siapa, ternyata yang dateng ibu kun..." saut Frans sambil ngakak.
"Ibu kun apa maksudnya?" tanya Sisca heran sambil mendelikan matanya.
"Ibu kuntilanak..." tambah Frans sambil ngakak.
Ketiga laki laki itu pun menertawai candaan Frans terhadap Sisca. Sisca adalah teman mereka sewaktu di Universitas yang sama. Dia memang wanita cantik hanya saja dengan rambut panjang sepinggangnya yang lurus membuat teman temannya meledeknya seperti kuntilanak. Hee..tapi karena sudah terbiasa Sisca pun menanggapinya biasa saja.
"Ciaaachh, udah dandan cantik cantik gini disebut kuntilanak, situ buta ya mas?" saut Sisca yang kemudian duduk disamping Ardi.
"Kamu sendiri kesini?" tanya Ardi
"Iya nih, tadinya mau ngajak Ilmira, tapi dia masih ada kerjaan yang engga bisa ditinggalin katanya." saut Sisca.
"Eh ada pengantin baru tu...! Apa kabarnya Pa bos?" timpa Sisca mengarah pada Dicky didepannya.
"Uda ga jadi pengantin kaleee..pengantin basiiii...." timpa Frans nyengir kuda.
"Baik ka, lah kamu kapan mariedd? Masa wanita cantik kayak kamu belum ada yang punya?" ledek Dicky.
"Iya dia mah terlalu pilih pilih..!" saut Frans
Mereka asyik bercengkrama satu sama lain. Dicky, Frans, Andri, Sisca dan Ilmira, mereka berlima adalah teman di Universitas yang sama. Hanya Dicky dan Ilmira saja yang sudah menikah, yang lainnya masih betah sendiri.
"Nah ky, tadi kan kamu minta kerjaan ke aku, bukannya aku ga mau kamu kerja ditempat ini, hanya saja tempat ini kan cuma cafe kecil, aku kayaknya ga akan bisa gaji kamu, bukannya aku raguin kemampuan kamu ya, sory banget..!!" ucap Ardi memulai percakapan serius mereka setelah menghabiskan makanannya tadi.
"Haduh ya sudahlah di, santei aja kali!" saut Dicky tersenyum ramah.
"Lho emang kamu uda ga kerja di cafe itu lagi ky? serius?" tanya Sisca yang heran sambil dia menyeruput minumannya yang baru datang diantarkan oleh waitersnya.
"Iya, perusahhannya failed, sudah dari satu bulan yang lalu aku nganggur." saut Dicky muram.
"Lah kebetulan banget dong, aku juga mau bikin cafe, bakalan cocok kayaknya kalau kamu yang pegang ky!" saut Sisca dengan wajahnya yang serius tapi tetap terlihat manis.
"Serius kamu Sis? Ko ga pernah cerita kalau mau buka tempat baru sih?" tanya Frans heran.
"Ya memang, aku takut aja kalau Ardi bakalan tersaingi kalau aku buka cafe..." saut Sisca yang melirik ke sampingnya yang kemudian tersenyum manis.
"Lah kamu apaan sih, namanya rezeqy mah udah ada yang ngatur, kau mah santai aja mau kalian semua nih sama sama bikin cafe, aku mah seneng aja kalian mengikuti bisnis kecil kecilan aku ini." saut Ardi datar.
"Lagian ky kenapa sih kamu engga ikutin bisnis papah kamu aja, atau pegang salah satu toko kue milik mamah kamu, malah mau kerja di orang lain?" tanya Ardi heran
"Aku ga minat di, aku ga mau tertekan sama keluarga aku kalau aku megang salah satu usahanya, aku pengen bisa mandiri, mengejar semuanya sesuai apa yang aku mau!" jelas Dicky kepada teman temannya.
"Iya betul itu, apalagi nih dia lagi bucin bucinya sama isteri baru nya itu..." timpa Frans yang meledek Dicky.
"Diam lu onta arab!!!" saut Dicky yang kemudian semua orang di meja itu tertawa oleh ledekannya kepada Frans.
"Iya Ky, asli belum buka sih cafe nya masih dalam proses, tapi nanti aku kabarin kamu kalau butuh sesuatu. Ok." saut Sisca
"Siap ka." saut Dicky sumeringah.
*
Ditempat lain Vivi menceritakan semua kejadian yang dia alami kepada ibunya tempo hari. Vivi sebenarnya tidak mau merepotkan ibunya, tapi karena dia tidak tahu harus minta tolong kepada siapa lagi lebih baik minta tolong kepada ibunya, daripada harus minta tolong sama orang lain yang belum tentu mau menolongnya dalam keaadaan kesulitan seperti ini, alhasil hanya ibunya satu satu harapannya.
"Ya ampun sayang, ini ujian buat kamu nak! kamu harus lebih kuat lagi! Insyaalloh rezeqy kamu akan digantikan berkali kali lipat, amin." ucap Ibu bijak.
"Iya amin bu.., bu kalau ada Vivi mau pinjam uang Ibu dulu untuk Vivi beli ponsel, supaya Vivi bisa mencari kerjaan baru." saut Vivi lirih
"Ya sudah tunggu sebentar!" Ibu pun beranjak dari kursinya dan segera masuk ke dalam kamarnya.
"Ini, kebetulan kemarin ayah kamu sudah memberikan uang gajinya sama ibu, kamu pakai saja untuk membeli ponsel dan kehidupan sehari hari kamu sebelum kamu kembali mendapatkan pekerjaan." ucap Ibu sambil memberikan amplop coklat yang berisi uang.
Vivi memang dekat sekali dengan ibunyatapi Vivi tidak pernah sekalipun menceritakan tentang bagaimana kehidupan rumah tangganya, baik yang dulu maupun yang sekarang. Dia tahu batas mana dia harus dan tidak unyuk bercerita tentang kehidupannya. Dia tidak mau ibunya bersedih jika tahu kehidupan rumah tangganya yang bahkan kinipun belum berubah lebih baik.
Ibu Vivi adalah sosok ibu yang baik hati dan bijak menanggapi segala permasalahan, apalagi menyangkut anak anaknya. Dulu saat Vivi memutuskan bercerai dengan suami pertamanya, ibu Vivi bahkan tidak tahu apa masalahnya, akan tetapi dia tidak beruasaha mencegah atau melarangnya, dia tahu kalau anaknya sudah mengambil keputusan berarti keputusan itu yang terbaik untuk dirinya. Ibu Vivi hanya menasehati Vivi agar selalu berfikir tidak dengan emosi sesaat, setelah itu keputusan ada di tangan Vivi.
"Bu, terimakasih banyak ya, Vivi masih selalu merepotkan ibu." saut Vivi memeluk erat ibunya.
"Sudah kewajiban ibu nak,,," balas sang ibu
"Vivi janji nanti kalau Vivi sudah bekerja lagi pasti Vivi kembalikan uangnya." timpa menerima pemberian ibunya.
"Bu Vivi harus pulang sekarang, bukannya Vivi tidak rindu ibu dan ayah juga Arif, tapi hari sudah menjelang sore, dan Vivi harus naik kendaraam umum karena mas Dicky tidak menjemput Vivi."
"Ya sudah kamu hati hati ya dijalan, ibu selalu mendoakan yang terbaik untuk anak ibu yang cantik ini." saut ibu Vivi tersenyum melepaskan pelukannya.
Vivi kemudian diantar oleh Arif mengendarai motornya sampai ke depan jalan raya, karena rumah Vivi yang masih jauh dari jalan raya, tidak ada kendaraan umum yang melintas disana, hanya ojek motor yang kadang jika sudah sore tidak ada.
"Arif, jaga ibu dan ayah baik baik ya, sekolah yang bener, usahakan taun depan kamu masuk universitas negeri, agar bisa mencapai cita citamu menjadi seorang dokte!" pesan Vivi pada Arif sesampainya mereka di jalan raya.
"Iya kak, kakak tenang aja, Arif pasti bisa membuat kedua orang tua kita bangga!" saut Arif yang segera mencium tangan kakak perempuan satu satunya itu.
Tak lama kendaraan umumpun datang, Vivi segera meninggalkan Arif dan melambaikan tangan kepadanya, sedetik kemudian kendaraan yang ia tumpangi melaju membawanya pulang kerumah.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments