Gemuruh dan dentuman music karaoke menggema menggetarkan ruangan. Suara gelas dan botol botol bir dan minuman alkohol lainnya saling berdengtingan dan beradu menambah semarak suasana.
Para ladies berparas menawan, berpoles cantik merona, tubuh molek gemulai dibungkus gaun ketat minidress seolah ingin menonjolkan seluruh lekuk tubuh menggoda sang tamu pria pria hidung belang.
Senyum cerah berbinar dibibir diiringi sapaan hangat dan halus kian menggoda dan menggetarkan naluri pria. Dalam kesehariannya sang pemandu lagu karaoke ini memang harus tampil penuh riak bahagua, penuh laku ceria, dan guratan penuh pesona.
Namun siapa sangka dibalik itu semua banyak sekali jeratan kisah kelam yang menyiksa. Mereka akhirnya terjerembab dalam bisnis sensualitas karena memang tak punya pilihan. Kebutuhan utama untuk terus bertahan hidup, terdesaknya ekonomi, jeratan kemiskinan, hingga kurangnya keterampilan dan kemampuan dalam bidang tertentu, dan sebagian lagi berasal dari rumah tangga yang hancur, karena ditinggal suami atau memilih bercerai karena menghadapi peringai pasangan yang tak mau mengambil tanggung jawab memberi nafkah ikut mendorong mereka bekerja sebagai pemandu lagu.
Sudah seminggu Vivi menjalani pekerjaannya sebagai pemandu lagu. Selama belum ada tamu dan sudah beres dengan makeup juga hairstylish Vivi berusaha mencoba mendekati para ladies lainnya, agar bisa akrab dengan mereka, ternyata banyak diantara mereka yang memang punya banyak kisah kelam.
Satu diantaranya bernama Rika, gadis berusia 18 tahun itu memilih untuk menjadi pemandu lagu, karena keperawanannya yang sudah dijual oleh orangtuanya sendiri kepada pria hidung belang di desanya, karena desakan ekonomi membuat orangtuanya banyak hutang, akibatnya mereka dengan terpaksa harus mengorbankan salah satu putri mereka untuk dijual untuk melunasi semua hutangnya. Dari situ Rika menjadi meninggalkan desanya, karena menanggung malu kepada tetangga dan juga masyarakat dikampungnya, dan memilih untuk hidup dikota, salah satu temanya mengajaknya untuk bekerja sebagai seorang pemandu lagu. Karena dia hanya lulusan smp, alhasil sulit mendapatkan pekerjaan dikota, akhirnya dia menjadi seorang pemandu lagu.
Ada lagi cerita miris seorang pemandu lagu yang bernama Salsa, dia merupakan janda dengan dua anak yang masih kecil kecil. Salsa ditinggalkan suaminya karena suaminya itu lebih memilih perempuan lain, dia menikah lagi tanpa memberikan tanggung jawab sebagai ayah kepada anak anaknya, alhasil Salsapun harus bisa menghidupi kebutuhan anak anaknya, karena dia hidup diperantauan di kota Bandung, keluarganya berada di Kalimantan sana, untuk pulangpun harus bisa mempunyai ongkos hingga jutaan rupiah, tidak berbekal ijazah yang hanya sekolah menengah atas, makanya Salsa memutuskan untuk bekerja sebagai pemandu lagu, agar siangnya dia masih bisa mengasuh anak anaknya, yang jika pada malam hari dia menitipkan anaknya pada tetangganya yang dia beri kepercayaan sebagai pengasuh anak anaknya.
Juga ada Risma, dia sebenarnya mempunyai suami, hanya saja suaminya tidak mau bekerja keras, suaminya hanya seorang kuli bangunan, yang itupun kadang ada kadang tidak ada pekerjaan. Risma hanya bersekolah dasar, dia tidak mendapatkan pendidikan yang layak dari orangtuanya karena kehidupan perekonomian mereka. Risma juga kerap kali mendapatkan penganiayaan fisik dari suaminya yang memang tempramental, makanya dia harus bisa mendapatkan uang setiap harinya untuk bisa memenuhi kebutuhanya dan juga kebutuhan suaminya itu agar dia tidak mendapatkan kekerasan dalam rumah tangga oleh suaminya. Teman teman ladiespun kerap menasehati untuk meninggalkan saja suaminya itu, akan tetapi entahlah mungkin sudah dibutakan oleh cinta atau alasan apa sehingga Risma masih mempertahankan suaminya itu.
Sama halnya seperti yang dialami Vivi sekarang ini, sampai detik ini dia tidak kunjung mendapatkan pekerjaan lain yang layak baginya. Dia terpaksa menjalani dulu pekerjaannya sebagai pemandu lagu karena suaminya yang belum kunjung mendapatkan pekerjaan.
Rumahnyapun terasa hampa, tak ada sosok suami yang perhatian, bahkan komunikasipun jadi berkurang. Vivi pergi kerja jam enam sore, Dicky masih belum pulang entah dari mana, saat Vivi pulang dari kerjanya, suaminya itu langsung tidur kembali ke kamarnya, dan saat Vivi bangun dari tidurnya, didapatinya suaminya sudah tidak ada dirumah. Begitu setiap harinya, sampai Vivi merasa dilema, harus bagaimana sebaiknya, Vivipun mulai merasa stress dengan semua yang terjadi padanya, dia hampir kehilangan akal, dia menjadi merokok seperti teman teman ladies lainnya dan mulai menikmati pekerjaannya sebagai pemandu lagu.
Disisi lain, Dicky juga merasa kalau kini rumah tangga yang dia jalani menjadi semakin hampa, tidak ada lagi isterinya yang ceria, tidak ada lagi sosok seorang teman untuk sekedar mencurahkan isi hatinya, dan tidak ada lagi masakan isteri dirumah.
Dia menjadi sering keluar rumah, untuk berkunjung ke rumah Frans atau bersenang senang sesekali dengan Frans ke cafe milik Ardi atau berkaraoke bersama teman lainnya, terkadang dia bertemu dengan Sisca membicarakan project yang akan mereka bangun.
Karena cafe Sisca yang masih dalam pembangunan, alhasil masih dua atau tiga bulan lagi cafenya baru dibuka, dan dengan itu Dicky masih belum bisa bekerja, dia sudah berusaha untuk mencari pekerjaan di tempat lain, tapi nihil, keberuntungan masih belum berpihak kepadanya.
*
Malam semakin merayap, tenggelam dalam alunan music, hingar bingar dan gemerlap nuansa. Vivi baru saja diboking oleh seorang pengusaha muda dan sukses, tak lain adalah Reihan.
Malam itu dia dan teman temannya datang lagi ke tempat Vivi bekerja, dan dia memboking lagi Vivi untuk menjadi pemandu lagunya kali ini.
"Tumben bos Reihan boking Vero lagi, biasanya mas Reihan tidak akan mau LC yang sama untuk menemani malam mas Reihan." saut mamih Rara yang menyambut kedatangan Reihan bersama teman temannya.
"Iya mih, sepertinya aku mulai penasaran dengan LC yang satu itu mih!" saut Reihan sambil tersenyum ramah.
Malam itu Reihan menyuruh Bunda nya langsung memanggilkan Vero untuknya, tidak perlu menshowingkan LC lainnya, dan diapun memesan room VIP yang hanya khusus untuk dua sampai empat orang saja.
Dan teman temannya yang lain dia suruh bersenang senang di ruang terpisah.
"Say, ikut mamih yuk, kamu diboking diruangan VIP 2!" ucap Mamih Rara kepada Vivi yang memang sudah siap untuk menerima tamu.
"Oh ya mih? siapa tamunya mih?" bisik Vivi.
"Ada aja, nanti kamu lihat sendiri ya cantik!" saut mamih Rara terkesan kemudian menggandeng Vivi ke ruangan yang dituju.
Sesampainya diruang tersebut Vivi tidak kaget lagi karena Reihan adalah tamunya untuk malam ini, mungkin ada rasa bahagia karena dia tidak harus melayani tamu tua bangka atau pria mesum kurang ajar.
"Hai...!" sapa Reihan mengulurkan tangannya.
"Hai mas Reihan!" saut Vivi.
"Gimana kabarnya kamu?" tanya Reihan mempersilahkan Vivi duduk disampingnya.
"Aku baik mas, mas sendiri gimana?" saut Vivi canggung.
"Aku sehat, kamu mau kan menemani aku malam ini?" tanya Reihan basa basi meski dia sudah tau jawabannya.
"Iya tentu dong mas!" saut Vivi tersenyum sambil duduk disisi Reihan.
"Ok, Sekarang kamu pesen makan sama minum dulu setelah itu kamu nyanyi lagu buat aku ya!"
"Siap mas.!"
Bersambung....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments