Hari sudah mulai larut Dicky dan teman temanyapun pulang dari cafe milik Ardi, Dickypun diantar pulang oleh Frans kerumahnya. Sesampainya dirumah Dicky tidak lupa mengucapkan terimakasih kepada Frans untuk malam ini, karena Frans yang telah membayar billnya tadi di cafe, dan juga dia yang telah mengantarkan Dicky pulang ke rumahnya.
"Thank you bro!!" ucap Dicky yang telah turun dari mobil Frans sesampainya mereka di depan rumahnya.
"Siap..bro! See u!" kemudian Frans melanjutkan perjalannya untuk pulang.
Karena Dicky yang punya kunci ganda rumahnya, diapun langsung membukakan pintu tanpa mengetuknya dan yakin kalau isterinya sudah tidur saat dia pulang karena hari sudah larut malam.
"Ceklek.." Dicky langsung menuju kamarnya dan membukakan pintu kamarnya.
Vivipun langsung membuka mata dari tidurnya dan langsung mengulurkan tangannya untuk mencium tangan suaminya itu.
"Mas, akhirnya kamu pulang, sebentar ya aku ambilkan minum!" ucap Vivi seraya menuju kedapurnya.
Dickypun tidak menghiraukan apa yang Vivi katakan, dia langsung membersihkan dirinya dan mengganti bajunya dengan piyama tidurnya kemudian berbaring di ranjangnya.
Tak lama Vivipun datang membawakan satu gelas air putih, dan langsung memberikannya pada Dicky.
"Ini mas minum dulu!" ucap Vivi
Dickypun mengambilnya lalu meminumnya sedikit. Itulah kebiasaan Vivi yang selama ini dia jalani, jika suami pulang mau dari tempat kerja atau darimanapun pasti Vivi tidak akan lupa memberikan minum walaupun hanya air putih.
"Mas mau aku siapin makanan?" timpa Vivi pada suaminya yang sudah berbaring.
"Tidak usah, aku sudah makan tadi di caffenya Ardi, kamu tidur aja!" saut Dicky yang kemudian menarik selimutnya dan kemudian memejamkan matanya.
*
Pagi menjelang, seperti biasa Vivi yang sudah bangun mulai melakukan aktifitas rutinnya di rumah, dari mulai menyapu, mengepel lantai, mencuci baju, yah seperti ibu rumah tangga pada umumnya. Tak lupa dia menyiapkan sarapannya pagi itu untuk suaminya.
Tak berapa lama kemudian Dickypun bangun dari tidurnya dan lekas dia mandi kemudian menyantap sarapannya yang sudah tersedia di meja makan.
"Mas hari ini aku mau mempersiapkan cv untuk melamar pekerjaan, dan mau langsung aku kirim ke resto dan juga hotel yang sedang ada lowongan." ucap Vivi sambil menyantap sarapannya dengan lahap.
Hanya nasi goreng ditambah telor ceplok yang Vivi masak untuk sarapannya pagi itu.
"Ya sudah, kamu hati hati." saut Dicky singkat.
Padahal di dalam hati Vivi sangat menginginkan suaminya itu untuk mengantarkannya pergi, tapi kemudian ditepisnya karena dia tidak mau ada pertengkaran lagi.
Setelah selesai sarapan Vivipun langsung beranjak pergi untuk mencari pekerjaan,kemudian pamit pada suaminya dan langsung meninggalkan suaminya yang masih sibuk menyiram tanaman dihalaman rumahnya.
Semenjak Dicky tidak bekerja, mengurus tanaman dan burung peliharaannya adalah hal yang biasa Dicky lakukan di rumah. Sebelum berangkat bekerja atau mau pergi kemanapun Vivi harus menyediakan roko, kopi, nasi dan lauknya, tak lupa dia meninggalkan uang di atas meja riasnya untuk keperluan Dicky.
Pernah sekali Vivi mau berangkat kerja dia lupa tidak menyediakan roko dirumah untuk suaminya, alhasil pulang kerja Vivipun harus menerima kemarahan Dicky karena kesalahan sepelenya. Sudah bekerja dengan susah payah, letih dan lelah ditambah kemarahan dari suami adalah hal yang paling tidak mau dirasakan oleh semua wanita manapun, termasuk Vivi.
Vivi mengendari angkutan umum untuk menyiapkan cvnya, ke tempat fotocopy, jaraknya memang tidak jauh dari rumahnya hanya beberapa meter saja.
Setelah semuanya siap segera Vivi mengirimkan satu persatu lamarannya tadi ketempat tempat dimana terdapat lowongan pekerjaan yang sebelumnya Vivi lihat tadi dirumah setelah mengerjakan pekerjaan rumahnya.
Tidak terasa hari sudah mulai siang, teriknya matahari dan perjalanan yang melelahkan harus turun naik angkot, membuat perut Vivipun keroncongan, mulai terasa lapar, diapun memutuskan untuk mampir dulu di salah satu kedai warung makan.
Vivi sedang menyantap makanan yang dia pesan dan segelas air es teh manis kesukaannya, ketika seorang laki laki dari belakang menepuk punggungnya.
"Vi..?" sontak Vivi kaget dibuatnya, suara yang tidak asing untuknya, kemudian dia melirik ke arah laki laki itu.
"Mas, mas Yoga..." ucap Vivi dengan suara seperti orang gagap karena kaget bertemu dengan mantannya itu.
Yoga Saputro, laki laki yang pernah menjadi suaminya, penampilan yang selalu rapih dan maskulin, memakai kemeja berwarna hijau army, dengan rambut klimisnya, sebenarnya dia cukup tampan dan mapan. Hanya saja pernikahan Vivi tidak lama bertahan dengannya.
Vivi terlalu lelah dengan rumah tangga yang penuh dengan kebohongan, apalagi diwarnai dengan perselingkuhan. Bukan hanya satu atau dua kali Yoga ketahuan selingkuh dari Vivi, bahkan beberapa kali, hanya permintaan maaf dan kesempatan yang dia minta, karena Vivi selalu memikirkan nasib anaknya, berulang kali diapun memaafkan mantan suaminya itu dan memberikan kesempatan demi kesempatan yang selalu berakhir dengan kesalahan yang sama.
Sampai saat Vivi melihat dengan kepala matanya sendiri saat Yoga membawa wanita lain ke sebuah hotel berbintang, yang bahkan Vivipun belum pernah merasakan diajaknya ketempat itu, dia berjalan sambil memeluk pinggang wanita cantik dan sexy itu, bagaikan tersambar petir disiang bolong, hancur sudah perasaan Vivi saat itu, orang yang sangat dia cintai itu ternyata sanggup untuk melakukan hal semacam itu dibelakangnya. Kaki Vivi seolah lemas, dia tidak sanggup lagi berdiri, tapi dia tetap diam, masih menahan amarah dan kesedihan yang dia rasakan saat itu, kemudian berlalu pulang kerumahnya untuk meluapkan rasa kecewa, sakit dan kemarahannya dengan air mata yang sedaritadi telah dibendungnya.
Tapi yang namanya kesabaranpun ada batasnya, akhirnya setelah kejadian itu Vivi memutuskan untuk mengakhiri pernikahannya dengan Yoga. Karena Yoga enggan berpisah dengan Vivi, terus mencoba merayu dan meyakinkan Vivi agar memberi kesempatan lagi untuknya, tapi Vivi tetap bersikukuh pada pendiriannya untuk bercerai. Akhirnya Yoga memberikan syarat yang tidak mudah untuk berpisah, yaitu anaknya, dia yakin kalau Vivi todak akan mau hak asuh anak ada padanya, Vivi pasti tidak akan sanggup berpisah dengan anaknya, anak satu satunya yang Vivi punya, belahan jiwanya.
Tapi apalah daya saat itu Vivi sudah tidak tahan lagi dengan perlakuan mantan suami nya itu, tekadnya sudah bulat, tidak ada lagi maaf, tidak ada lagi yang namanya kesempatan, hatinya sudah hancur berkeping keping, karena itu dengan sangat berat hati, Vivi terpaksa tega untuk memberikan anaknya kepada mantan suami nya itu. Karena dia yakin saat itu juga anak lakinya itu lebih baik tinggal dengan suami nya dan keluarganya yang mapan, daripada harus bersama dengannya yang belum tentu bisa membahagiannya.
Yogapun kelimpungan karena dia tidak bisa meyakinkan Vivi lagi untuk hidup bersamanya, segala cara sudah dia coba, tapi tidak ada lagi kesempatan untuknya, akhirnya Yogapun pasrah dan merelakan Vivi, dan mengambil hak asuh anak semata wayang mereka.
"Hai, kamu sendirian aja?" tanya Yoga heran.
"I..iya mas.." saut Vivi yang masih kaget karena pertemuannya dengan mantan suaminya itu.
Sejak mereka berpisah hari itu dan meresmikannya di pengadilan agama, baru kali ini mereka bertemu kembali.
"Boleh saya duduk?" timpa Yoga.
"Boleh, silahkan mas!" saur Vivi yang jadi canggung.
"Bagaimana kabarmu?" tanya Yoga seraya duduk di kursi yang berhadapan dengan Vivi.
"Aku, alhamdulillah baik mas." saut Vivi.
"Mas sendiri dan Wigy bagaimana kabarnya?" timpa Vivi menanyakan kabar anaknya.
"Kita berdua baik baik saja, Wigypun sudah tidak bertanya lagi dimana ibunya." saut Yoga.
Degg.
Ya Tuhan ingin sekali mulut ini berteriak sekencang kencangnya, tak kuasa hati ini mendengarnya dari mulut Mas Yoga, bahwa anak satu satunya yang aku rawat dengan kasih sayang, yang aku lahirkan dari rahimku, bahkan sudah tidak mengingat ibunya lagi.
Bersambung....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments