Waktu berjalan dengan cepat, setelah lama berbincang dengan Gladies, Vivi melirik jam dinding di rumah Gladies menunjukan waktu jam tiga pagi.
"Dies, aku harus pulang sekarang, suamiku pasti khawatir karena ga ada kabar dari aku, dan ini pertama kalinya aku pulang kerumah selarut ini." ucap Vivi
"Ya sudah klo gitu tunggu bentar!" saut Gladies sambil berlalu mengambilkan kertas dan pena tidak jauh dari sofa tempat duduk kami.
"Ini aku tuliskan nomer handphone ku, siapa tahu kamu membutuhkannya." timpa Gladis menyodorkan kertas kecil.
"Iya pasti aku hubungi kamu nanti kalau aku sudah punya handphone baru." saut Vivi tersenyum manis.
"Kamu pulang diantar sopir aku ya! Dan ini, pasti kamu membutuhkannya." Gladis mengepalkan beberapa uang kertas ke tangan Vivi.
"Ga usah Dies aku uda ngerepotin kamu." ucap Vivi
"Udah ambil aja, aku ikhlas ko bantuin kami." saut Gladies
"Ya uda aku ambil, tapi nanti aku balikin ya kalau aku uda ada uang." timpa Vivi tersenyum malu.
"Ah kamu kayak ama siapa aja, ga usah dibalikin, ga usah dipikirin, aku ikhlas ko bantuin kamu. saut Gladies ramah dan segera dia menghubungi sopirnya untuk mengantarkan aku pulang.
"Ya uda kalau gitu aku antar sampai depan ya." Gladies dan Vivi pun segera beranjak dari tempat duduk mereka dan langsung keluar rumah.
"Aku pamit ya Dies, makasih utuk semuanya." ucap Vivi seraya memeluk Gladies.
"Iya, hati hati dijalan ya,jangan segan hubungi aku kalau kamu membutuhkan sesuatu." saut Gladies yang meregangkan pelukan mereka.
Kemudian Vivi pun berlalu menaiki mobil Gladies dan duduk dikursi penumpang.
Dalam perjalan menuju rumah Vivi pun menikmati pemandangan dini hari lewat jendela mobil yang ditumpanginya, Vivi membayangkan apa yang akan terjadi padanya dirumah ketika dia sampai nanti.
Ya Tuhan semoga Mas Dicky ga marah karena aku yang pulang selarut ini, gumamnya seraya membayangkan kejadian dirumah tempo hari.
*flashback off*
"Pranggg.." suara piring pecah yang dilemparkan Dicky ketika mereka sedang berada di ruang makan.
"Kamu masak begini saja tidak becus, apa selama menikah dulu kamu hanya membeli makanan dari luar?" bentak Dicky ke arah Vivi.
Vivi pun kaget dibuatnya dan tanpa terasa air matanya mengalir begitu saja.
"Maafkan aku Mas." sahut Vivi sambil terisak.
"Maaf kamu bilang, aku menikahi kamu yang seorang janda, bukan seorang gadis belia yang baru saja belajar berumah tangga, masa masak untuk suami pun kamu engga becus, pantas saja kamu ditinggalkan suami mu." bentak Dicky mengepal keras dagu Vivi.
Memang saat itu masakan Vivi agak keasinan, tapi masih bisa dikonsumsi. Hanya saja memang Dicky tidak suka makanan terlalu asin atau terlalu manis.
Entahlah semenjak mereka menikah hal sekecil apapun sering menjadi pertengkaran, padahal sebelumnya Dicky adalah sosok pria yang perhatian dan menyenangkan.
"Sudah jangan menangis, bereskan semua ini dan berikan aku uang, aku mau makan saja diluar dan jangan menyuruhku makan kalau kamu masih tidak becus masak seperti ini!!" ucap Dicky segera berlalu kekamarnya.
Dengan hati kecewa dan bersedih Vivi pun membereskan bekas pecahan piring tadi dan makanannya yang berserakan dilantai, lalu setelah selesai dia segera pergi ke kamarnya menyusul Dicky.
"Ini mas." Vivi meyerahkan beberapa lembar uang yang dia ambil dari dalam lemari di kamarnya dan memberikannya pada Dicky. Dicky pun segera berlalu dari rumahnya tanpa pamit.
Dicky Alexander Brata, pria tampan yang usianya hanya dua tahun lebih muda dari Vivi, sebenarnya Dicky bukan orang yang arogan hanya saja setelah kembali bersama Vivi, Dicky seolah mempunyai dua kepribadian, kadang dia akan menjadi orang yang sangat menyenangkan untuk Vivi, tapi seketika diapun akan berubah menyebalkan, cenderung melukai hati dan perasaan Vivi, bahkan Dicky juga tak segan berlaku kasar dan ringan tangan terhadap Vivi.
Pria dengan tatto memenuhi kedua tangannya, dan memiliki tindik dibagian bawah bibirnya juga di telinga kirinya menambah kesan macho dan cool. Meskipun dengan penampilan yang begitu Dicky bisa menyesuaikan keadaannya jika didepan keluarga ataupun di publik dia selalu berpakaian tertutup sehingga tidak banyak yang tahu kalau Dicky mempunyai tatto di bagian kedua tangannya.
Awal pertemuannya kembali dengan Vivi adalah ketidaksengajaan mereka, saat itu Vivi sedang bekerja di cafe, Dicky dan teman temannya hendak makan siang di cafe tersebut.
Mereka sangat canggung satu sama lain, sampai Dicky memberanikan diri untuk menyapa Vivi terlebih dulu.
"Hai Vi, apa kabar?" tanya Dicky sambil mengulurkan tangannya.
"Ba..baik..." saut Vivi yang terperanjat dan jantungnya berdetak lebih kencang dari biasanya, tapi dia langsung menyambut uluran tangan Dicky.
"Kamu sendiri gimana kabarnya?" tanya balik Vivi.
"Aku baik, gimana kabar Vivi junior?" timpa Dicky serius menanyakan anak dari Vivi yang sebelumnya dia tahu dari orang lain kalau Vivi sudah mempunyai anak dari pernikahannya.
"Aku juga tidak tahu bagaimana kabarnya Ky, karena sekarang anak aku tinggal dengan ayahnya." saut Vivi lirih.
Degg..
Tanpa Vivi meneruskan perkataannya Dicky sudah bisa mencerna apa yang vivi ucapkan. Dicky tersenyum smirk tanpa memperluhatkannya dihadapan Vivi.
Seketika muncul rasa yang bercampur aduk di hati Dicky, seakan tak percaya orang yang sangat dicintainya dulu berarti tidak bahagia dengan pilihannya. Rasa kecewa dan amarah juga karena orang yang dia percayai untuk memiliki Vivi ternyata tidak bisa membahagiannya. Tapi ada rasa bahagia karena ternyata orang yang telah membuatnya kecewa dan sakit hati tidak hidup bahagia dengan pilihannya.
Tanpa percakapan panjang lebar mereka mengakhiri obrolan, karena Vivi juga disibukan dengan pekerjaannya, dan Dicky yang hendak menyanyap makan siangnya dengan teman teman sepekerjaannya.
Haripun berganti, tapi pertemuan mereka kala itu sangat amat menggangu pikiran Dicky yang ingin mengetahui lebih banyak tentang orang paling dicintainya itu dan akhirnya diapun memutuskan untuk berkunjung lagi ke tempat Vivi bekerja dan bertukar nomer ponsel.
Sejak saat itu Dicky menjadi penyembuh luka untuk Vivi, dia selalu ada mengisi hari hari Vivi, perhatiannya dan sikapnya yang manis membuat semua wanita pasti tidak akan menyia-nyiakannya.
*flashback on*
Wajah Dicky kusut, dia hanya memutar mutar chanell televisi nya tanpa menonton acaranya, karena dia sangat khawatir dan gelisah kenapa Vivi belum pulang selarut ini.
Dicky sudah mencoba beberapa kali menghubungi ponsel Vivi tapi nomornya sedang diluar jangkauan.
Apa sebenarnya yang terjadi dengan kamu Vi, sampai selarut ini kamu belum pulang. Mudah mudahan tidak terjadi apa apa denganmu, dan sebentat lagi pasti kamu pulang, bathinnya.
Dicky berusaha memejamkan matanya untuk tidur, untuk tidak memperdulikan dan mengkhawatirkan Vivi, akan tetapi dia tidak berhasil, dia terus dalam kegelisahannya dan bayangan bayangan kelam masalalunyapun hadir begitu saja.
Dicky sudah beberapa kali masuk keluar kamar hanya sekedar untuk melihat ke arah ruang tamunya, siapa tahu saja Vivi sudah pulang, akan tetapi wanita yang sedang ditunggunya tetap tidak kunjung pulang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments
Mamah Ayung888
baru baca dua bab nih.. jadi penasaran..
2023-09-10
0
bianca
teruskan cerita nya,,penasaran sama kehidupan Vivi jadinya😁
2023-08-01
0
kuia 😍😍
Pokoknya karya ini singkatnya kereeeeen banget! Makasih author sudah membuat karya yang luar biasa😄
2023-07-27
0