Malam itu Vivi masih berusaha untuk menyenangkan Reihan dengan caranya sendiri, dia menyanyikan lagu lagu kesukaan Reihan, dan mereka juga bernyanyi bersama.
Vivi yang memesan rokok menjadi semakin menarik perhatian Reihan. Reihan tidak bertanya, dia hanya tersenyum smirk pada Vivi, spertinya ada hal lain yang dia pikirkan, entah apa itu.
"Hei, kamu merokok sekarang?" tanya Reihan ketika Vivi mengambil satu batang rokok dan menyalakannya.
"Iya, aku belajar merokok, tanggung mas, perempuan seperti aku ini baik susah, jdi ga bener sekalian, pusing aku mas, mumet sama kehidupan aku." saut Vivi.
"Lho kok gitu?" tanya Reihan mulai penasaran tentang kehidupan pribadi wanita satu ini.
"Iya, aku frustasi mas..aku mau baik, susah..ya udah aku ga bener aja sekalian!" saut Vivi sambil tersenyum.
"Ya udah ga usah dibahas, kita nikmati aja malam ini ya!" saut Reihan.
Malam semakin merayap, tak terasa waktu berjalan begitu cepat, Vivi dan Reihan sudah menikmati malam ini dengan riang, penuh canda dan tawa, diiringi music dan dentuman lagu di ruangan Vip itu.
Sudah waktunya mereka menyudahi kegiatan karaoke mereka.
"Vi, aku antar kamu pulang ya!" saut Reihan.
"Ga usah mas, aku bisa naik taksi ko!" saut Vivi yang sudah berjalan dengan tidak stabil, dengan mulut sudah bau alkohol.
"Kamu mabuk Vi, aku khawatir kamu kenapa napa dijalan!" saut Reihan.
"Apa tidak merepotkan kamu mas? Kamu juga mabuk kan?" saut Vivi.
Kamu tenang aja, malam ini aku bawa sopir!"
"Ya sudah tunggu di reseptionis ya mas, aku mau ganti baju dulu." saut Vivi.
Vivipun berjalan gontai ke ruangan ladies untuk mengganti bajuna dan menghapus make up tebalnya. Walaupun sudah mabuk tapi Vivi masih bisa mengontrol dirinya, mengingat semua yang terjadi padanya.
"Mana ponsel kamu?" tanya Reihan.
"Ada ditas mas" saut Vivi yang sudah lemas dan pusing ketika duduk di mobilnya.
Kemudian Reihan menuliskan nomer ponselnya diponsel Vivi.
"Aku menyimpan namaku diponsel kamu dengan nama Nita, siapa tahu kamu membutuhkannya." ucap Reihan yang menyimpan kembali ponsel kedalam tas Vivi.
Beberapa saat kemudian mereka sampai didepan rumah Vivi.
Karena Vivi yang sudah punya kunci ganda dia tidak mengetuk pintu rumahnya lagi, karena dia tahu pasti suaminya sedang tertidur pulas dikamarnya, dan dia akan segera pergi ke kamar kosong disampingnya.
Tapi Vivi kaget saat mendapati suaminya yang sedang duduk di kursi ruang tamunya.
Vivi berusaha menormalkan dirinya sekuat yang dia bisa. Berjalan dan bersikap senormal mungkin dihadapan suaminya.
Dia berjalan ke arah suaminya dan langsung mengulurkan tangannya untuk salim padam suaminya.
Sekuat apapun Vivi berusaha untuk menormalkan dirinya tetap saja Dicky bukan laki laki polos dan bodoh yang tidak tahu jika keadaan lawannya sedang dalam keadaan mabuk.
"Jadi gini kelakuan kamu ditempat kerja? Pulang dalam keadaan mabuk? Sudah seperti ***** aja kamu!" ucap Dicky yang langsung menampar Vivi
"Pllakkk.." satu tamparan keras mendarat di pipinya.
Vivipun tak kuasa menahan tangisnya.
"Maafkan aku mas!" saut Vivi.
"Kamu ini ya, mau mempermalukan aku?" teriak Dicky yang menjambak rambut Vivi dengan keras.
"Engga mas, maaf, tadi ada pesta karena tamu berulang tahun, dan aku dipaksa minum mas sama teman temanku!" saut Vivi berbohong sambil meringis menahan sakit di rambutnya.
Dicky membawanya ke kamar lalu membanting Vivi ke ranjang tempat tidurnya. Seketika Vivipun terhuyung keranjangnya, dan merasakan sakit dibadannya karena benturan ke ranjangnya.
"Awas kamu sekali lagi berani kamu minum minum seperti ini, aku tidak akan pernah memaafkan kamu!" ucap Dicky yang marah.
Vivipun bangkit dan memberanikan diri untuk berbicara pada Dicky.
"Kalau gitu kamu aja mas yang nyari kerja!" bentak Vivi yang mulai tersulut emosi.
"Plakkk...!!"
Dicky pun menampar lagi wajah Vivi kali ini benar benar lebih keras daripada biasanya, Vivi sampai terhuyung lagi ke ranjangnya. Dicky sudah tersulut emosi karena Vivi yang berani berbicara padanya.
"Tutup mulutmu! Jangan sekali kali berani berbicara padaku seperti itu! Harusnya kamu tahu diri! Kalau bukan aku yang nikahi mana mau lelaki lain menikah dengan janda seperti mu!" saut Dicky dengan nada yang tinggi.
"Aku menikahi kamu bukan lagi perawan yang harus aku junjung tinggi, kamu tidak lebih dari sampah bekas temanku sendiri! Jadi aku tidak rela harus pontang panting bekerja untuk menghidupi wanita sepertimu! Yang sudah mulai berani berlagak seperti *****! Tahu diri kamu!" Dickypun meluapkan semua emosinya .
***** adalah sebutan bagi wanita kupu kupu malam.
Sakit rasanya mendengar semua itu dari mulut mas Dicky, aku pikir mas Dicky serius mau menerimaku apa adanya, tapi apa? Ternyata di dalam lubuk hatinya masih ada rasa sakit hati oleh perbuatanku? bathin Vivi.
Kemudian Dickypun membating pintu kamar dengan keras dan berlalu dari hadapan Vivi.
Vivi hanya bisa merasakan sakit pada wajahnya dan juga tubuhnya dan dia menangis sesegukan didalam kamarnya sampai dia tertidur karena kelelahan.
*
Pagi itu seperti biasanya Dicky bergegas pergi dari rumahnya. Dia memang selalu begitu jika sudah terjadi pertengkaran dengan Vivi. Dia memilih meninggalkan Vivi daripada dia semakin tersulut emosi pada Vivi dan takut terjadi hal diluar batas kesadarannya.
Dia pergi ke rumahnya Frans untuk menenangkan dirinya dari emosinya semalam.
"Napa loe kusut amat, pagi pagi uda dateng aja kemari!" sapa Frans pagi itu.
"Biasa, aku abis berantem sama Vivi." saut Dicky datar.
"Kenapa lagi sih..!" tanya Frans.
"Vivi sekarang kerja malam, dan aku dapati dia semalam pulang dalam keadaan mabuk, jelaslah aku marah dan aku menamparnya." jelas Dicky lirih.
"Ah kamu tuh ya, semarah marahnya cowok ga baek sambil mukul perempuan tahu ga lo, kayak banci!" ledek Frans.
"Tapi aku emosi Frans, dia berani sampai mabuk kaya gitu, apalagi dia sudah berani melawanku!"
"Ya kamu kan bisa nenangib diri kamu, jelasin ke dia, ga usah sampe mukul segala!"
"Iya Frans aku salah, tapu kadang juga aku khilaf Frans, dihati aku tuh masih suka tiba tiba datang bayangan si Jawa kalau sedang bertengkar sama Vivi.!"
Si Jawa adalah panggilan untuk Yoga, mantan suami dari Vivi, Dicky memang paling tidak suka dengan orang Jawa karena banyak alasan, salah satunya karena temannya itu orang Jawa yang telah merebut kekasihnya darinya.
"Kamu butuh psikiater Ky!" saut Frans
"Aku ga sakit jiwa, Frans!" bentak Dicky
"Orang ke psikiater itu bukan cuma orang sakit dengan gangguan mental aja Ky, kamu bisa konsultasiin ke galauan kamu ini sama psikiater!" saut Frans.
Dickypun merenungi apa yang terjadi pada dirinya belakangan ini. Semua yang terjadi memang seperti mimpi untuknya. Bertemu lagi dengan wanita yang belum bisa dia lupakan sepenuhnya dari dalam hatinya, sampai memutuskan untuk menikahinya tanpa menimbangkan segala konsekuensinya.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments