Keesokan harinya seperti biasa Vivi menjalani aktifitas rutinnya sebagai ibu rumah tangga. Dickypun masih belum mendapatkan pekerjaan, alhasil dia hanya disibukan dengan tanaman dan juga burung burung peliharaannya, sesekali dia hanya main ps dirumah, ataupun pergi dengan temannya untuk hiking ke gunung, menghilangkan suntuk dan rasa bosannya.
Karena Vivi tidak mau ada masalah dirumahnya dia hanya mendukung saja apa yang dijalani suaminya itu, yang penting dia tidak merasa jenuh diam dirumah, karena itu hanya akan menjadi boomerang untuknya yang sewaktu waktu akan meledak.
Sore menjelang, Vivi segera bersiap untuk pergi ke rumah Gladies dengan makeup tipis yang biasa dia pakai, dan pakaian sederhana, hanya menggunakan jeans hitam, dipadukan dengan blazer yang berwarna mocca, tak lupa sepatu platshoesnya dengan warna senada blazernya.
Beb, jadi kerumah kan hari ini? tanya Gladies di chatt whatsappnya.
Iya donk Dies, sebentar lagi aku otw ya!
Ok, beb aku tunggu.
"Mas aku pamit ya, doain semuanya lancar ya Mas!" ucap Vivi sambil pamit pada suaminya.
"Iya, kamu hati hati di jalan!" saut Dicky.
Itulah Dicky, seorang suami yang kadang terkesan cuek pada isterinya, dia membiarkan Vivi bekerja tanpa mengantarnya, ataupun menjemputnya ketika pulang kerja. Dan Vivi juga tidak pernah menuntutnya akan hal itu, dia membiarkan saja suaminya itu berkehendak sendiri tanpa membebaninya.
Vivi memesan ojek online untuk pergi ke rumah Gladies, tak berapa lama diapun sampai kerumah yang dituju.
"Permisi pak, saya mau ketemu sama mba Gladies." ucap Vivi kepada satpam yang sedang berjaga didepan rumahnya.
"Maaf bisa saya tahu dengan mba siapa ya?" saut satpam itu ramah.
"Saya Vivi pak." timpa Vivi
"Tunggu sebenyar ya mba Vivi, saya kasi tahu dulu bu Gladiesnya." saut pak satpam tadi.
"Iya silahkan pak..." saut Vivi tersenyum.
Memang ya kalau orang kaya tidak bisa bertemu orang sembarangan, harus ada izin dulu, bathin Vivi.
Tak lama pak satpam pun membukakan gerbang rumahnya, dan Vivi dipersilahkan masuk.
"Hai beb? Apa kabar?" sapa Gladies sambil memeluk Vivi dan cipika cipiki alias cium pipi kiri cium pipi kanan.
"Baik Dies." saut Vivi.
"Kamu sendiri gimana kabarnya?" timpanya.
"Aku juga baik Vi, ayo masuk." ajak Gladies yang kemudian duduk di sofanya yang diikuti oleh Vivi.
"Emang kamu dibolehin sama suami kamu buat kerja malam?" tanya Gladies heran.
"Boleh ko, ga tau akhir akhir ini dia memang lagi cuek banget sama aku, ga peduli aku mau kerja apa kayaknya, yang penting aku bisa ngasilin uang buat makan kita sehari hari." saut Vivi lirih.
"Lah kasian banget sih kamu, kayak yang dimanfaatin banget sama suami kamu Vi! Apa jangan jangan suami kamu selingkuh lagi kali..?" timpa Gladies sambil nyengir kuda, Vivi tahu kalau Gladiea hanya sedang meledeknya.
"Kamu tuh, jangan ngomong sembarangan! Enak aja, enggalah!" bantah Vivi tersenyum manis.
"Hahaha..." Gladiespun terbahak dengan ucapan Vivi, dia merasa berhasil meledek Vivi.
"Ya uda diminum dulu tuh!" ucap Gladies kemudian.
Vivipun menggangguk tanpa menjawab dia langsung meminum minuman yang sudah disediakan bibik barusan di meja.
"Ya sudah kita langsung aja ketempat kerjaku yuk!" ajak Gladies.
"Lho katanya kamu uda ga kerja disana?" tanya Vivi heran.
"Iya tapi kadang aku freelance disana kalau lagi gabut." jawab Gladies sambil tersenyum.
"Oh, bisa gitu ya?" tanya Vivi heran.
"Apa sih ga bisa oleh Gladies..?" jawab Gladies sombong tapi sambil tertawa.
Merekapun langsung beranjak dari kursinya untuk kemudian pergi ke tempat kerja Gladies yang dibicarakan tadi.
Vivipun agak tidak mengerti sebenarnya pekerjaan apa yang Gladies maksud, tapu dia tidak banyak bertanya, karena takut mengganggi fokus Gladies yang sedang menyetir mengendarai mobil miliknya, memang saat itu Gladies tidak diantar sopirnya karena ingin menyetir sendiri katanya.
Sesampainya mereka di sebuah hotel yang cukup mewah di kota, Vivi menjadi heran sebarnya dia mau bekerja di hotel? Tapi untuk dibagian apa? Dan kenapa harus malam.kerjanya kalau di hotel, perasaan di hotel manapun pasti ada shift kerjanya.
Tapi Vivi hanya mengikuti ke arah Gladies berjalan menyusuri tangga darurat menuju lantai 2, sampailah dia disebuah ruangan yang dipenuhi wanita wanita cantik, bermake up tebal, dengan menggunakan minidress dan highheels yang cukup tinggi ada yang 7 sampai 10 centimeter.
Wanita wanita disanapun terlihat cukup akrab dengan Gladies, mereka menyapa Gladies dan Gladiespun menyapa mereka dengan ramah, tapi banyak juga yang diantara mereka memandang Vivi jutek, dengan tatapan yang tidak bersahabat.
"Malam mami.." sapa Vivi pada seorang wanita yang sudah terlihat berumur, yang sedang merokok, seumur dengan adik dari ibu nya Vivi sekitar 50tahunanlah, tapi dia masih terlihat cantik dan sexy berbeda daripada wanita diseusianya.
"Malam cantik.." sapa wanita itu ramah yang kemudian membalas cipika cipiki Gladies.
"Mih, temen aku mau kerja disini katanya." timpa Gladies yang menarik tangan Vivi.
"Kenalin nih mih, temen aku namanya Vivi!"
"Hallo sayang, panggil aku mamih Rara ya!" mamih Rarapun mengulurkan tangannya dan disambut baik oleh Vivi.
"Aku Vivi mih.." saut Vivi.
"Kamu mau pakai nama siapaa disini?" tanya mamih Rara.
"Maksudnya mih?" tanya Vivi heran.
"Memang Gladies belum memberitahukannya sama kamu?" tanya mamih Rara heran.
"Engga mih." Vivi menggeleng.
"Memang ya anak itu!" terlihat mama Rara kesal sambil melihat ke arah Gladies yang rambutnya sedang di catok oleh seorang hairstyles.
"Sayang, disini itu tidak ada nama panggilan yang asli, semua wanita yang bekerja disini memakai nama palsu, sebut saja nama artisnya gitu." mama Rara menjelaskan.
"Oh gitu ya mih?" saut Vivi.
"Iya Gladiespun disini terkenal dengan nama Mira!" timpa mamih Rara.
Pantas saja sedari tadi sampai disini mereka semua menyapa Gladies dengan nama Mira, aku agak heran, jadi ini alasannya...bathin Vivi.
"Jadi kamu mau dipanggil apa sayang?" timpa mamih Rara.
"Panggil aku Vero aja mih." saut Vivi.
"Vero, ok sayang, kebetulan belum ada yang pakai nama itu disini." ucap mamih Rara memegang pundak ViVi.
"Ok Vero, kita disini kerjanya melayani tamu dengan sebaik mungkin, sekarang kamu harus belajar bagaimana caranya mengoperasikan remote pada layar agar kamu bisa melayani tamu dengan baik mau apapun lagu yang mereka sukai!" mamih Rara menjelaskan.
Vivi masih bingung sebenarnya apa pekerjaan yang Gladies tunjukan padanya. Tapi dia masih mendengarkan mamih Rara menjelaskan tentang pekerjaannya.
"Tapi sebelum itu kamu ganti dulu pakaian kamu dan sepatu kamu, lalu kamu bisa makeup sama makeup artis disana juga hairstyles nya ya!" timpa mamih Rara.
"Baik mih, tapi mih Veri ga bawa baju seperti yang mereka pakai." saut Vivi.
"Ga usah khawatir kamu bisa pakai baju aku tuh kamu pilih sendiri diloker, ayo aku tunjukin." ucap Gladies yang telah selesai di catok menghampiri lagi ke mereka yang sedang mengobrol.
"Ya uda." saut Vivi mengikuti Gladies.
Gladiespun menunjukan semua pakaian miliknya, semuanya minidrees, terlihat pakaian yang mahal dan elegan. Vivi merasa ririh karena akan memakai pakaian yang belum pernah sebelumnya dia pakai.
"Apa memang harus sesexy ini pakaiannya Dies?" tanya Vivi heran.
"Iya donk beb, biar menarik tamu yang mau boking kamu mmalam ini!" jawab Gladies.
"Haaahh? Boking maksudnya?" tanya Vivi heran.
"Maksud aku, kita disini kerja sebagai ladies companion Vi, atau lebih terkenal dengan LC atau Pl yaitu pemandu lagu, tugas kita cuma nemenin tamu tamu yang mau karaoke di tempat ini!" Gladies menjelaskan sambil menunjukan beberapa pakaian yang terlihat pas ditubuh Vivi.
Hahhh, PL? Pemandu lagu? Nemenin tamu karaoke? Ya Tuhan apa aku harus terpaksa melakukan pekerjaan ini? bathin Vivi yang merasa dilema dengan pekerjaan yang harus dia jalani.
Bersambung....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments