Suasana di dalam apartemen Lexy saat ini terasa mencekam. Lexy duduk bersebelahan dengan Christine dan tepat dihadapa mereka, Allen duduk dengan Peter. Mereka duduk dalam keheningan. Tidak ada yang berbicara. Semuanya diam.
Lexy melirik ke arah Christine yang seakan tidak peduli pada sekelilingnya. Pandangan Lexy beralih ke arah Peter, yang menatap Christine dengan terang-terangan. Sedangkan yang ditatap tidak peduli dan malah asik bermain ponsel.
Dengan kesal Lexy kemudian menarik Allen ke arah dapur. Meskipun sejujurnya ia tidak ingin meninggalkan Christine berdua dengan Peter. Tapi Lexy tidak punya pilihan, ia butuh penjelasan Allen.
"Kenapa kau membawanya kesini?!" tanya Lexy sedikit berbisik namun kentara sekali kalau ia sedang menahan emosi.
"Aku tidak tahu kalau Christine ada di sini," kata Allen dengan raut wajah bersalah.
"Kalau begitu sekarang lebih baik kalau kau secepatnya membawa temanmu itu keluar dari sini!" Kata Lexy.
"Tapi aku datang kesini karena ada keperluan." Allen mentap Lexy sendu, berusaha mengatakan tujuannya datang ke sini.
"Keperluan apa?"
"Aku mau mengambil barangku yang ketinggalan di sini,"
"Barang apa? Kenapa tidak dari tadi? Kalau begitu cepat ambil sekarang lalu bawa lelaki sialan itu menjauh dari tempat ini. Dari tadi aku memperhatikannya, dia secara terang-terangan menatap Christine."
"Aku meninggalkan beberapa berkas penting saat aku mengerjakan pekerjaanku di sini." kata Allen.
Allen sendirimemang sudah bekerja sebelum dia wisuda. Beberapa perusahaan sudah memintanya untuk bekerja di perusahaan. Allen tentu saja tidak melewatkan kesempatan itu. Ia mengambil pekerjaan di perusahaan IT ternama di New York.
"Sana cepat ambil, aku tidak ingin melihat temanmu itu berada di apartemenku lebih lama lagi!"
"Kenapa begitu? Apa karena Christine? Biarkan saja mereka, mereka sudah besar sama seperti kita." kata Allen dengan nada menggoda. Ia lalu tersenyum dan mengerlingkan sebelah matanya sembari berjalan dan mencoba merengkuh pinggang Lexy.
"Apa kau lupa apa yang sudah dilakukan temanmu itu pada Christine? Temanmu itu adalah laki-laki yang brengsek!"
"Iya aku tahu." kata Allen yang akhirnya mengurungkan niatnya. Perempuan dihadapannya ini benar-benar mengerikan kalau marah.
"Sekarang cepat bawa temanmu itu keluar dari tempatku!"
Sedangkan disisi lain, setelah Lexy menarik Allen pergi, Peter segera membuka suara. Jujur saja Ia merindukan suara perempuan yang saat ini berada di hadapannya. Perempuan yang saat ini sedang asik bermain ponsel dan tidak peduli dengan keberadaannya.
"Christine."
Peter menyebut nama Christine dengan suara yang tidak keras, namun cukup bisa didengar oleh Christine yang saat ini duduk tidak terlalu jauh dari Peter.
"...."
Beberapa detik berlalu, tidak ada tanggapan.
"Apa kau marah?"
"...."
Masih tidak ada tanggapan. Christine tetap asik bermain ponsel, melirik pun tidak pada Peter.
"Apa kau membenciku?" Peter masih berusaha untuk mendapat respon dari Christine.
"...."
Christine masih diam sambil memutar bola matanya jengah mendengar suara lelaki sialan itu. Tapi Ia tetap memainkan ponselnya tanpa melirik kearah Peter sedikitpun.
Peter yang melihat Christine memutar bola matanya tahu kalau perempuan itu mendengarnya berbicara namun sengaja tidak menjawabnya. Peter memutuskan untuk terus berbicara.
"Aku ingin minta maaf, maafkan aku. Aku tahu aku salah, aku sangat me-"
"Bisakah kau diam?" ujar Christine dingin memotong kalimat Peter.
Peter menyadari nada dingin yang diucapkan oleh Christine barusan. Tapi bukan Peter namanya kalau ia akan diam jika disuruh diam. Peter tetap berusaha untuk mengajak Christien berbicara.
"Christine, aku sangat meneyesal. Maafkan aku ku-"
"Berisik!"
Peter merasa egonya sesikit terluka ketika mendengar sentakan bernada dingin yang ucapkan oleh Christine kepadanya. Entah kenapa perasaan lelaki itu menjadi lebih sensitif jika sudah berhubungan dengan Christine.
"Christine."
"Bisakah kau berhenti memanggil namaku?!" nada bicara Christine terdengar dingin dan ketus.
Peter diam. Sejujurnya ia sangat suka menyebutkan nama Christine. Ia tidak bisa melanjutkan kata-katanya lagi, setidaknya tidak untuk sekarang. Sepertinya Christine masih sangat marah padanya dan itu wajar karena dia yang membuat Christine membencinya.
Peter berusaha memberanikan diri untuk berbicara lagi. Meskipun ia tahu Christine akan marah, tapi ia sudah tidak peduli lagi dengan itu. Peter ingin memperbaiki kesalahannya. Ia tahu tidak akan mudah untuk memperbaiki kesalahan itu. Tapi Peter tidak bisa jika harus menahan diri lebih lama lagi. Menahan ini semua hanya akan membuatnya semakin menderita. Ia sudah cukup menderita dengan dibenci oleh Christine, ia sudah cukup menderita dengan selalu terbayang-banyang akan kesalahannya pada wanita itu.
Dan ia sudah cukup menderita karena kebodohannya sendiri.
"Aku menyukaimu."
Singkat, padat dan jelas. Peter akhirnya mengatakannya. Ia menatap lurus ke arah Christine berharap ada sedikit perubahan di ekspresi perempuan itu. Dan Peter berhasil mendapatkan tubuh Christine menegang selama beberapa detik saja, karena beberapa detik kemudian tubuh Christine sudah kembali normal.
Christine menarik napas panjang, lalu meletakkan ponselnya di sebelahnya kemudian menatap lekat pada Peter.
"Aku tidak peduli." Kata Christine datar. Singkat, padat dan jelas. Bahkan Christine mengucapkannya dengan nada dingin bercampur ketidakpeduliannya yang terdengar sangat jelas.
Peter tidak terlihat kaget dengan balasan Christine barusan, bisa dibilang balasan yang diberikan oleh Christine barusan sudah diprediksi olehnya. Christine ternyata memang sudah sangat membencinya sekarang. Ia sadar akan hal itu dari pertama kali ia berusaha untuk membuat perempuan itu hancur, Peter sadar kalau ia akan menanamkan luka pada Christine.
Namun, satu hal yang baru saja Peter sadari.
Luka yang ia tanamkan pada Christine terlalu dalam.
Belum sempat Petee membalas ucapan Christine, Allen sudah menghampirinya dan mengajaknya pergi. Peter terlihat masih ingin berbicara dengan Christine namun apa boleh buat, Allen menariknya sambil menunjukkan ekpresi 'jangan sekarang' dan Peter menangkap ekspresi itu.
Sebelum meninggalkan apartemen Lexy, Peter kembali menatap Christine selama beberapa saat. Christine hanya menunjukan wajah datarnya seolah wanita itu benar-benar tidak peduli padanya. Tatapan Peter beralih ke Lexy yang menatapnya dengan tatapan benci.
Peter menarik napas panjang lalu menghembuaskannya dengan sedikit kasar, sebelum akhirnya mengikuti Allen dari belakang dan meniggalkan apartemen Lexy.
---------------
"Apa kau baik-baik saja?" tanya Lexy khawatir.
"Ya. kurasa."
Lexy tahu dari perilaku yang ditinjukkan Christine tadi ia tahu kalau Christine benar-benar menahan diri. Lexy tahu Christine masih memiliki perasaan itu pada Peter.
Sekeras apapun Christine mau menghapus lelaki itu dari pikirannya, tetap tidak akan bisa. Dulu ia bisa dengan mudah melupakan Max, karena ada Peter yang selalu memperlakukannya dengan manis dan penuh kasih sayang. Tapi kali ini berbeda. Untuk membuka hati saja terasa sedikit sulit baginya. Berbeda dengan Peter, lelaki itu mungkin bisa mencari perempuan seperti Christine dengan mudah di luar sana.
"Lexy." panggil Christine pelan.
"Ya?"
Christine terdiam cukup lama. Ia merasa ragu untuk mengungkapkan isi pikirannya. Mereka berdua duduk diruang tamu apartemen Lexy. Christine masih belum bergerak dari posisi duduknya yang semula. Ia tengah menatap lurus ke arah tempat duduk Peter tadi yang sekarang sudah kosong.
"Christine?" panggil Lexy sedikit cemas karena Christine diam cukup lama.
"Apa tadi kau mendengar apa yang dikatakan lelaki sialan itu padaku?" tanya Christine dengan mata kosong yang menatap lurus ke tempat duduk Peter tadi.
Lexy mengernyit menandakan dia tidak tahu.
"Tidak, memang apa yang dikatakannya?"
"Dia meminta maaf padaku." kata Christine sambil tersenyum miring. Lexy hanya diam mendengarkan Christine. Christine menarik napas kemudian menghembuskannya dengan pelan seolah sedang frustasi, kemudian berkata lagi.
"Dia juga mengatakan padaku," ada jeda di kalimat Christine selama beberapa saat sebelum kemudian ia berkata, "Kalau lelaki sialan itu menyukaiku" lanjutnya. Tanpa Christine sadari, air matanya terjatuh menyentuh pipinya.
Lexy menyadari kesedihan Christine langsung beranjak memeluk sahabatnya itu dengan lembut. Lexy mengusap-usap punggung Christine pelan, berusaha untuk meredakan tangisan Christine.
-------
Malam ini adalah celebrating party yang diadakan oleh Allen untuk merayakan wisudanya tadi pagi. Malam ini adalah saat dimana ia harus bersenang-senang untuk merayakan kelulusannya. Pesta ini teelihat sama meriahnya dengan pesta Peter dulu.
Yang empunya pesta juga terihat gagah dengan tuxedo hitamnya begitupub juga dengan lelaki yang saat ini berada disebelahnya. Lelaki itu juga terlihat gagah dengan setelah kemeja biru tua. Dan jangan lupa kalau lelaki itu juga tampan. Ralat, sangat tampan.
Lexy datang menghadiri pesta Allen dengan gaun biru tosca yang sangat menawan. Lexy berjalan ke Allen dan Peter. Allen terlihat tidak berkedip melihat penampilan Lexy malam ini. Lelaki itu langsung berjalan ke arah Lexy dan merengkuh pinggang kekasihnya itu dengan posesif, seakan berbicara kalau Lexy adalah miliknya.
Peter yang melihat tingkah Allen memutar bola matanya jengah. Kedua insan yang sedang dimabuk asmara itu terlihat berjalan ke arah Peter.
"Apa Christine tidak datang bersamamu?" tanya Peter begitu Lexy sudah berada di hadapannya dengan Allen.
"Kenapa kau mencari Christine?!" tanya Lexy ketus. Nada bicaranya sangat tidak bersahabat.
"Memangnya kenapa kalau aku mencarinya?" tanya Peter santai.
"Kenapa kau mencarinya setelah kau menyakitinya?! Laki-laki ******** sepertimu tidak pantas untuk Christine! Sebaiknya kau menjauh darinya." kata Lexy tajam.
Allen hanya diam. iya tidak tahu harus mendukung yang mana. Karena posisinya saat ini ia tidak ingin mendukung salah satu dari mereka. Mereka berdua terlalu berharga untuk dipilih salah satu.
Peter menghela napas rendah lalu menatap Lexy datat. "Aku menyukainya." katanya tegas.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 73 Episodes
Comments
Abid Aqila
belum up juga thor
2020-07-23
0
Santhy Susanthy
suka suka suka
2020-07-21
0