Christine berjalan menyusuri gelapnya jalanan malam dengan tatapan kosong. Sejak keluar dari tempat Peter, Christine hanya berjalan melangkahkan kakinya. Ia tidak tahu mau perhi kemana, yang jelas ia ingi menjauh dari semuanya.
Bayangan Peter mempermalukannya, bayangan orang-orang yang tertawa mengejek padanya. Sungguh sangat menyakitkan.
Christine terus berjalan. Jalanan yang sepi membuatnya mampu menjatuhkan air mata tanpa takut dilihat atau dikatai orang lain. Berjalan sejauh mungkin, sejauh yang kakinya bisa tempuh. Sampai rasa lelah pada kakinya bisa memudarkan rasa sakit pada hatinya.
Christine hancur. Ia mengutuk dirinya karena jatuh cinta pada Peter sangat cepat. Ia pernah merasakan sakit hati sebelumnya. Saat ia memergoki Max berjalan bersama seorang wanita cantik. Christine juga pernah merasa hancur sebelumnya, ketika ayahnya membiarkannya pergi dan tidak sekalipun menghubunginya lagi.
Namun yang Christine rasakan saat ini berbeda. Rasa sakit ini jauh lebih menyakitkan dari sebelumnya.
Christine terus berjalan di pinggir jalan raya sampai sebuah mobil melaju melewatinya. Namun beberapa detik selanjutnya mobil itu berhenti dan mundur secara perlahan mendekatinya hingga akhirnya berhenti disebelah Christine.
Itu mobil Megan.
Seseorang bergegaa turun dari mobil tersebut, lalu disusul oleh seorang lagi.
Lexy dan Megan.
Lexy turun terlebih dahulu sebelum disusul oleh Megan. Mereka berdua menghampiri Christine yang terlihat sangat memprihatinkan.
Tanpa menunggu, Lexy langsung memeluk Christine dengan erat, bahkan terlampau erat. Namun Christine hanya diam dan mematung tanpa membalas pelukan Lexy.
Lexy lalu menuntunnya berjalan menuju mobil Megan. Megan sendiri mengikuti mereka dari belakang. Christine menurut dan mengikuti tuntunan Lexy dan Megan padanya.
Seseorang lagi baru turun dari kursi pengemudi dan membukakan pintu untuk mereka. Alex membukakan pintu kursi belakang sebelum ia kembali lagi ke kursi pengemudi. Christine masuk terlebih dahulu sebelum disusul Lexy kemudian langsung memeluk bahu Christine.
Setelah mereka berdua masuk, Megan menutup pintu belakang lalu masuk ke pintu depan. Duduk di sebelah pengemudi, Alex.
Mobil kemudian melaju dalam keheningan.
Tidak ada yang memulai pembicaraan. Keheningan terus berlanjut hingga mobil yang mereka tumpangi berhenti di tempat tujuan, apartemen Christine.
Megan turun dan membukakan pintu belakang. Lexy turun terlebih dahulu sebelum disusul oleh Christine yang masih tetap diam. Ia sudah berhenti menangis sejak mereka masuk ke dalam mobil.
Lexy berterimakasih pada Megan, yang langsung di angguki oleh wanita itu. Megan merasa prihatin melihat Christine seperti itu, ia juga merasa bersalah karena meninggalkan Christine sendirian tadi. Christine pasti benar-benar linglung tadi.
SetelH mobil Megan menjauh, Lexy menuntun Christine berjalan masuk ke dalam apartemen Christins. Ia mendudukkan Christine di sofa lalu beralih mengambik air minum untuk Christine, walau sahabatnya itu tidak bergerak sama sekali.
Sudah cukup lama mereka duduk dan keheningan.
"Christine?"
Tidak ada jawaban. Sahabatnya itu hanya diam dan tidak merespon.
"Bicaralah Christine. Marah, menangis terserah apa saja yang penting jangan diam seperti ini. Kau sudah diam lebih dari 2 jam. Katakan padaku apa yang kau rasakan." Kata Lexy lembut.
Namun nihil. Christine hanya diam dan menatapnya dengan tatapan kosong. Namun tatapan itu juga tersirat kesakitan yang tidak mampu diucapkan dengan kata-kata.
"Kau boleh menangis, keluarkan semua beban yang kau rasakan Christine. Tapi jangan diam seperti ini, aku takut." kata Lexy mulai khawatir dengan Christine yang hanya diam.
"Aku ingin sendiri Lexy." Christine akhirnya berbicara namun suaranya terdengar lemah.
"Tapi aku tidak bisa meninggalkanmu sendirian untuk saat ini."
Tidak ada tanggapan lagi selama beberapa saat, membuat Lexy kembali khawatir.
"Christine?"
"Aku sedang ingin sendiri sekarang, Ini semua menyakitkan. Apa kau tahu? Aku sangat bodoh karena terlalu cepat jatuh cinta padanya! Dia tidak mempunyai hati! Dia menyakitiku, hatiku sakit, hatiku hancur. Dadaku terasa sangat sesak. Aku merasa seperti terjatuh ke jurang yang paling dalam." Kata Christine dan mulai menangis lagi, ia mengatakan semua yang ia rasakan pada Lexy.
Lexy memeluk Christine sangat erat. ia juga ikut mengeluarkan air mata, ia ikut menangis Christine. Lexy merutuki Peter dengan kata-kata yang sangat kasar dari dalam hatinya. Ia pernah kagum pada Peter karena lelaki itu memang sangat tampan, siapapun akan jatuh dalam pesonanya dengan cepat.
Begitu juga dengan Lexy, ia pernah sempat merasa iri saat Peter mengatakan kalau Christine adalah kekasihnya saat di pesta Megan. Namun, Ia akhirnya bisa melepas Peter pada Christine karena lelaki itu berusaha begitu sangat keras untuk mendapatkan hati Christine. Tapi setelah mendapatkan hati Christine apa yang lelaki itu lakukan benar-benar sangat kurang ajar.
Lexy sudah bukan fans Peter lagi sekarang. Mulai saat ini ia adalah musuh Peter garis keras.
Karena kelelahan akibat terus menerus menangis, Christine kemudian tertidur di sofa, ia tertidur sangat pulas. Christine tertidur masih menggunakan gaun, make upnya juga belum dihapus.
Dengan telaten, Lexy mengambil air hangat dan membersihkan make up Christine. Namun ia tidak berani untuk mengganti gaun sahabatnya itu jadi ia membiarkan Christine tidur menggunakan gaunnya.
Lexy mengambil ponselnya dan menghubungi Allen. Tadi Allen lah yang tadi langsung menghubunginya dan menceritakan apa yang sudah terjadi. Mereka memang sudah saling mengenal, mereka pernah satu kelas saat SMA dulu.
"Christine sudah tidur sekarang, katakan pada teman sialanmu itu jangan pernah ganggu Christine lagi!" pekik Lexy. Setelah mendengar jawaban dari Allen, Lexy mematikan ponselnya dan kembali ke apartemennya.
-------
Allen mematikan ponselnya setelah lawan bicaranya di seberang juga melakukan hal yang sama terlebih dahulu.
"Apa kau sudah gila Peter?" tanya Allen.
Saat ini kedua lelaki itu sudah berada di penthouse milik Peter. Allen menatap lurus ke arah Peter. Sedangkan Peter menanggapinya saja tidak berniat. Lelaki itu sama sekali tidak merasa bersalah pada Christine.
"Memang apa yang kulakukan?" tanya Peter. Suranya justru terdengar bingung.
"Aku baru tahu kalau kau se-******** ini Peter." balas Allen datar.
"Apa maksudmu?" tanya Peter. Sebelah alisnya terangkat.
"Yang kau lakukan pada Christine tadi terlalu berlebihan Peter. kau mempermalukannya." kata Allen lalu menarik nafas panjang. "kata Lexy dia menangis."
Peter memutar bola matany malas setelah pham alur pembicaraannya dengan sahabatny itu.
"Ia pantas menerimanya" kata Peter tak acuh.
"Pantas katamu? Apa kau tidak sadar sudah menyakitinya? Kau terlalu ******** Peter. Kau membuatnya jatuh cinta padamu dan kemudian kau menghancurkan hatinya. Itu yang kau katakan dia pantas menerimanya?" Kata Allen tak percaya.
Peter mengernyit ada kilatan perubahan ekspresi yang dia tunjukkan pada Allen saat mengatakan kalau Christine jatuh cinta padanya. Tapi sedetik kemudian Peter kembali ke sikap datarnya.
"Dia sudah menolakku Allen, bahkan ia melakukannya sebelum ia bertemu denganku. Kau tahu tindakan seperti itu mengusik egoku." kata Peter tidak peduli.
"Lalu kenapa kalau dia menolak dijodohkan denganmu? Bukankan wajar seseorang akan menolak jika mendengar kata dijodohkan? Apa masalahnya untukmu?" balas Allen kesal.
"Orang yang sudah menolakku tidak pantas untukku."
Allen melongo mendengar kalimat Peter barusan. Dia tidak tahu kalau sahabatnya itu teramat sangat percaya diri. Tidak pantas katanya? Apa sebenarnya masalah lelaki ini? Dia berbicara seakan semua perempuan sangat gampang untuk dia dapatkan! Yaah walaupun sejujurnya memang begitu kebenarannya.
"Apa kau sadar dengan apa yang baru saja kau katakan?"
"Sangat sadar."
"Kau akan menyesali ucapanmu barusan Peter."
"Sepertinya tidak."
"Ya, ya, ya terserah mu Peter. Tapi jika saat itu terjadi kau akan menangis. Ku harap agar tidak akan terjadi nanti, apalagi kalau kau ingin Christine kembali padamu."
"Terserah apa katamu." kata Peter lalu berjalan ke kamar mandi.
Peter ingin mendinginkan pikirannya sekaligus menyegarkan nya. Ia lelah berdebat dengan Allen. Lebih tepatnya ia malas mendengar Allen terlalu banyak mengoceh tentang Christine. Semua sudah terjadi jadi jalani saja.
Selesai mandi Peter keluar dan segera memakai pakaiannya. Setelah memakai pakaiannya Peter berjalan keluar kamar dan menemui Allen yang tengah berbaring di sofa ruang tamu di penthouse nya.
"Kau mau kemana?" tanya Allen.
Peter memakai pakaian yang cukup rapi jadi bisa disimpulkan kalau ia akan pergi ke suatu tempat.
"Club." jawab Peter malas.
"Untuk apa?" tanya Allen lagi,
"Ini hari kelulusanku. Mereka sudah menungguku di sana." balas Peter datar.
"Dan kau akan mentraktir mereka?"
"Kenapa kau cerewet sekali?"
"Memangnya kenapa kalau aku cerewet?"
"Kau terlalu cerewet sehingga membuatku kadang ragu sebenarnya kau laki-laki atau perempuan"
"Sialan kau!"
"Sudah lupakan. Aku pergi."
Peter berjalan ke basement sekaligus tempat parkir mobil khusus untuknya. Di basement itu terparkir banyak jenis mobil mahal. Mulai dari Ferrari, Lamborgini, bahkan RR, ia punya.
Peter memutuskan untuk mengemudikan mobil Mercedes Benz hitam miliknya. Ia menyetir dengan kecepatan rata-rata. Menembus jalanan malam yang terlihat sangat indah dengan lampu-lampu jalanan yang temaram. Sunyi dan menenangkan.
Namun cahaya lampu itu mengingatkannya pada raut wajah muram Christine. Jauh di dalam hatinya, ada sedikit perasaan tidak suka saat melihat Christine bersedih. Perasaan tidak rela saat Christine meninggalkannya.
Apa ia terlalu berlebihan ya? Tapi sudahlah, kedepannya juga Peter tidak akan bertemu dengan Christine lagi. Jadi biarkan saja. Lagipula itu adalah pelajaran karena sudah mengusik ego seorang Peter.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 73 Episodes
Comments
Linggar Kusuma
sad
2020-09-03
0
Venti Melinda Goe-Chee
sedih euyyy
2020-07-20
0
Nna Rina 💖
ga sabar nunggu up selanjutnya... chayo
2020-07-16
0