Selama dalam perjalanan pulang, suasana dalam mobil Peter sangat tenang. Bahkan bisa dibilang sunyi. Radio mobil tidak menyala karena si pengemudi sekaligus pemilik mobil tidak berniat untuk menyalakannya.
Hal itulah yang membuat Christine tidak berani untuk meminta Peter menyalakan radio. Sungguh, ia sangat bosan. Peter sendiri tidak berniat untuk memulai pembicaraan terlebih dahulu, begitupun dengan Christine.
Setelah cukup lama merasakan kesunyian, Christine akhirnya memutuskan untuk memberanikan diri mengajak Peter berbicara terlebih dahulu.
"E-ehem, Peter bisakah kau menyalakan radio atau musik? Aku merasa seperti berada di luar angkasa karena terlalu sunyi di sini." Kata Christine, meskipun tertangkap nada keraguan di kalimatnya.
Sayangnya tidak ada tanggapan dari Peter padanya. Lelaki itu tetap tidak menyalakan radio maupun musik bahkan setelah beberapa menit berlalu. Peter tetap fokus mengendarai mobil dan tidak sekalipun menoleh ke arah Christine.
Christine merasa canggung dan ter-abaikan. Dengan memberanikan diri, Christine mencoba menekan tombol on/off radio. Namun ia sedikit tersentak ketika tangan Peter menghalangi tangannya dengan cara langsung menangkap dan menggenggamnya.
Jantung Christine langsung berulah, ketika tangan hangat Peter sesekali mengusap telapang tangannya. Sejak kapan jantungnya seperti ini? Rasanya Christine menjadi benar-benar gugup.
Gezzzz, Christine benar-benar benci saat jantungnya seperti ini. Di tambah lagi sekarang punggung tangannya sudah berada dibibir Peter dan membuat jantungnya semakin menggila. Christine rasa saat ini ia bisa mendengar suara jantungnya sendiri.
Christine memejamkan mata berusaha menyangkal alasan kenapa jantungnya bisa berdetak secepat ini. Tidak! Christine tidak mungkin jatuh cinta pada Peter! Tidak mungkin!
'Hei bodoh! Tarik tanganmu dari bibirnya! Sadarlah kalau ia hanya ingin membuatmu jatuh kedalam pelukannya! Dan kau tidak sebodoh itu Christine! Cepat tarik tanganmu dari bibir sialannya itu!!' Otak Christine mulai melancarkan makiannya. Memaki hatinya agar cepat sadar dan tidak mudah terjatuh lagi. Khususnya jatuh pada seorang pemain wanita kelas kakap seperti Peter.
Setelah bergulat dengan logika dan otaknya, Christine akhirnya mencoba menarik tangannya dari bibir Peter.
Menyadari si pemilik tangan berusaha menarik tangannya, Peter menggenggam tangan Christine semakin erat. Ia menempelkan bibirnya semakin rapat pada telapak tangan Christine membuat wanita itu kewalahan dan akhirnya menyerah.
"Sebenarnya apa mau mu Peter? Kenapa kau seperti ini?" Tanya Christine dengan nada lesu.
Peter tidak menjawab. Bibirnya masih terus menempel pada punggung tangan Christine. Hanya saja kali ini Peter mengecupnya lembut.
"Peter jawab!!" pekik Christine dengan kesal, mungkin karena sedari tadi ia merasa ter-abaikan.
"What, babe?" balas Peter pada akhirnya, namun suaranya terdengat malas.
Bukannya menjawab, Christine justru kembali terdiam. Rasa kesal semakin bertambah di dadanya.
Peter sendiri tahu kalau Christine sudah sangat jengkel padanya. Tapi ia tetap tidak merespon karena saat ini Christine memasang wajah cemberutnya yang menurut Peter sangat menggemaskan.
"Peter..." Rengek Christine.
"Kenapa sayang?"
"Kenapa kau seperti ini?" Tanya Christine dengan rengekan bercampur kesal.
Peter menghela napas rendah. "Apa benar kau tidak akan datang ke acara wisudaku?" tanya Peter dengan nada sedih.
"Apa? Kenapa aku harus datang ?" tanya Christine balik.
"Apa maksudmu 'kenapa'? Sudah jelas kau harus datang babe." Peter mengangkat sebelah alisnya.
"Tapi kenapa aku harus datang? Aku tidak punya alasan untuk datang."
"Apa-apaan itu? Kau kekasihku, jadj kau harus datang dan aku ingin melihatmu di hari wisudaku nanti. Titik!"
"Bukankah minggu lalu kau bilang tidak akan memaksaku datang? Kenapa sekarang kau memaksaku datang?" Tanya Christine mulai curiga.
"Itu kan minggu lalu. Hari sudah berganti dan sekarang aku memintamu datang. Lagipula kesepakatan kita kau akan menjadi kekasihku selama aku belum wisuda? Kau masih ingat perjanjian kita dulu bukan. Kau ke-ka-sih-ku sampai aku wisuda!" Kata Peter mulai kesal.
"Lagipula aku ingin melihatmu dihari bahagiaku nanti babe." kata Peter lagi, tapi kali ini ia melembutkan suaranya. Berusaha membuat Christine luluh. Peter harus bisa membuat Christine luluh dan datang di hari wisudanya. Karena acara puncaknya memang di situ.
Christine menatap Peter lekat. Minggu lalu Peter berkata tidak akan memaksa Christine datang, tapi kenapa hari ini Lelaki ini memaksa? Seperti sangat ingin Christine datang ke hari wisudanya?
'Ada yang aneh.' pikir Christine.
Pikiran Christine melayang jauh entah kemana dan kembali lagi saat mobil Peter berhenti di depan gedung apartemennya. Sayangnya Christine belum bisa turun dari mobil karena Peter masih menggenggam tangannya.
"Berikan aku alasan yang sebenarnya kenapa aku harus datang Peter. Kalau kau tidak memberiku alasan maka aku tidak punya alasan untuk datang!" kata Christine
Untuk beberapa saat Christine bisa melihat Peter terkejut dan sedikit panik setelah mendengar perkataanya barusan.
Peter menelan ludahnya kelu.
Rencananya tidak boleh gagal! Christine harus datang ke acara wisudanya nanti! Dengan semua usahanya selama ini dan jika pada akhirnya Christine tidak datang maka apa artinya ia berusaha? Sial.
"Babe ayolah, kau harus datang." rengek Peter kemudian dengan nada memelas.
"Aku butuh alasan Peter." Kata Christine mantap.
Peter tersenyum.
"Aku sebenarnya tidak memiliki alasan babe, yang kutahu aku hanya ingin melihatmu di hari bahagiaku. Aku ingin kau melihatku bahagia sayang, jadi aku ingin kau ada di sana, di hari bahagiaku." Kata Peter lalu tersenyum sendu.
Senyum Peter mengembang kala melihat tatapan Christine berubah sendu. Gadisnya ini menghela napas beberapa kali karena galau. Peter tahu Christine akan segera luluh setelah mendengar kalimatnya barusan. Memangnya perempuan mana yang tidak akan luluh ketika seorang lelaki menggombal?
"Baiklah aku akan datang, tapi aku tidak memiliki dress jadi kau harus mengantarku membeli dress besok." ucap wanita itu sambil tersenyum.
'Kena kau!'
"Tentu saja, sayang." kata Peter dengan senyum penuh kemenangan.
Dengan lembut ia kemudian melepaskan tangan Christine dan langsung turun dan membukakan pintu untuk wanitanya.
Christine tersenyum melihat tingkah laku Peter yang menurutnya sangat manis. Lelaki itu langsung turun dan membukakan pintu untuknya. Romantis sekali.
'Tumben sekali lelaki ini tidak minta cium? Ehhh apa yang kupikirkan aku tidak sedang berharap dicium Peter kan! Tidak tidak tidak aku tidak berharap!' Pikiran Christine kembali berkelahi.
Tapi tidak lama kemudian, seakan mengetahui isi pikirannya, bibir Peter sudah menempel di atas bibirnya lembut. Mengecupnya sekilas. Dan sukses membuat Christine mematung di tempat.
"Aku akan menjemputmu besok." Kata Peter penuh semangat. Lelaki itu mengedipkan sebelah matanya dan kembali menuju mobilnya dan menjalankannya.
Dan Christine hanya senyum-senyum sendiri seperti orang gila.
Peter mengemudikan mobilnya. Senyum miring bertengger di bibirnya yang seksi.
'Kau memang harus datang Christine sayang. Ada kejutan dariku untukmu dihari wisudaku nanti.' batinnya senang dan masih tersenyum sinis.
_______
Christine berjalan masuk ke apartemennya dengan senyum yng menghiasi wajah kalemnya. Ia merebahkan diri di kasur empuk kesayangannya begitu ia sudah di dalam apartemennya.
Christine melirik ponselnya yang berbunyi. Ada nomor asing yang mengiriminya pesan. Saat membuka pesan itu senyum Christine semakin lebar. Itu nomor Peter.
'*Aku akan menjemputmu besok siang jam 11, tidak udah berdandan karena kau sudah cantik.
Yours
Peter*.'
'Dari mana peter mendapat nomorku? Ah, biarlah, dulu dia juga tiba-tiba tau dimana tempat tinggalku' batinnya.
------------------
Hari ini Peter benar-benar menjemputnya jam 11 siang. Bahkan lelaki itu saat ini sedang menunggunya yang masih berdandan. Setelah selesai, Christine turun dan menemui Peter yang saat ini sedang bersandar di mobilnya sambil menelepon.
Lelaki terlihat sangat tampan dengan kemeja berwarna biru navi, celana jeans hitam dan sepatu kets. dandananya seperti anak muda pada umumnya, rambutnya sedikit berantakan entah kenapa terlihat sangat sexy dimata Christine.
"Aku sudah siap." Kata Christine mendekati Peter.
Peter menoleh dan sejenak menatap Christine. Christine terlihat sangat cantik dan cerah memakai dresa berwarna biru pudar yang mampu membuatnya terpesona. Begitu sadar dengn lamunannya, Peter segera mengakhiri pembicaraannya dengan orang yang ditelponnya.
"Apa kau menunggu lama? Maafkan aku." Kata Christine menunduk karena merasa bersalah.
Peter kembali terpaku dengan penampilan Christine sekarang, namun ia segera menghapus keterpakuannya dan bergumam pelan. 'Sadarlah Peter, ingat tujuan utamamu!!'
Peter tersenyum ke arah Christine.
"Tidak apa-apa, aku tidak menunggu terlalu lama. Ayo pergi!" kata Peter lalu membukakan pintu untuk Christine.
Peter mengemudikan mobilnya menuju butik milik tantenya. Butik langganan kalangan jetset. Tidak masalah Peter akan menghabiskan banyak uang untuk Christine.
Ah rasanya Peter tidak sabar menunggu hari bahagianya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 73 Episodes
Comments
Anina Lucky
can't wait juga updatean nya thor... 🤭
2020-07-12
1
Nna Rina 💖
wah.... tmbh seru.... mksh thor up nya walaupun cm sdkt. chayo.... ditunggu next eps
2020-07-12
1