Sesampainya di apartemen, Christine menangis sangat kencang. Ia tidak tahu apakah ia terlalu kolot atau bagaimana, tapi Christine sangat malu ketika Peter menciumnya di tempat umum. Untuk pertama kalinya, dia melakukan hal se-intim itu, terlebih lagi di tempat umum.
'Apa aku harus pulang? Apa aku harus menerima perjodohan itu?' pikir Christine.
Suara bel apartemen membuyarkan lamunan Christine. Jujur saja, sebenarnya Christine tidak ingin membuka pintu entah siapapun yang datang mengunjunginya saat ini. Ia sedang tidak ingin diganggu, Ia sedang ingin sendirian sekarang. Tapi suara bel itu tidak berhenti dan malah semakin sering. Akhirnya dengan langkah malas, Christine berjalan ke arah pintu dan membukanya. Keterkejutannya jelas tidak bisa di sembunyikan karena yang ada dihadapannya saat ini adalah Maxime.
"Kenapa lama sekali membukanya?"
"Untuk apa kau kemari?"
"Aku ingin menjelaskan kesalahpahaman yang terjadi di antara kita, Sayang." ucap Maxime lembut.
"Sudah kukatakan aku tidak ingin mendengarkan apapun darimu! Intinya kita sudah selesai! Jadi jangan menggangguku lagi!" Kata Christine tegas.
"Tapi kau harus mendengarkan ku Christine, kumohon." pinta Maxime dengan wajah memelas.
Christine menghela napas panjang.
"Lima menit."
Tanpa banyak berpikir Maxime langsung berbicara. "Namanya Nadine, wanita yang kau lihat bersamaku saat di pesta. Dia tunangan ku, mantan tunangan lebih tepatnya. Orang tuaku memaksaku untuk bertunangan dengannya dan aku menyetujuinya karena sejujurnya awalnya aku memang sudah bosan denganmu, kau tidak pernah berdandan, selalu dengan dandanan yang sama dan monoton sehingga membuatku bosan. Jadi saat ayahku memintaku untuk bertunangan dengan Nadine, aku menerimanya." Kata Max pelan. Ia lalu menghirup napas dalam, seakan apa yang akan dikatakannya selanjutnya sangat berat.
"Sebenarnya aku memang berniat memutuskanmu malam itu, tapi aku mengurungkan niatku karena aku sangat terpesona melihatmu malam itu jadi aku datang kesini untuk meminta maaf dan memimta kesempatan kedua darimu. Aku tahu aku salah, oleh sebab itu aku ingin memperbaiki kesalahanku. Aku janji, setelah ini aku tidak akan menyakitimu lagi." pinta Max.
"Kau berniat memutuskanku?"
"Ya, awalnya. Tapi tidak jadi karena kau ternyata sangat cantik."
"Persetan denganmu! Pergi dari sini aku tidak ingin melihatmu lagi!"
Blamm!!
Christine menutup pintu dengan sangat keras dihadapan Maxime. Maxime menganga, ia juga terkejut dengan kejadian yang baru saja terjadi. Ini masih belum lima menit.
Christine sendiri tidak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya. Satu lagi hal yang membuat hatinya sakit. Ia benci pada pada laki-laki! ayahnya yang menjodohkannya, Maxime yang hanya mencintai fisiknya, dan Peter yang memperlakukannya seperti wanita murahan! Ia benci sangat membenci semuanya.
Christine kembali menangis. Ia tidak kuat menahan semuanya. Ia tidak kuat lagi membendung air matanya, ia menangis sejadi-jadinya. Tidak peduli jika akan ada tetangga yang mendengar ataupun terganggu dengan suara tangisannya. Ia tetap menangis dengan keras melepaskan semua beban yang dia rasakan saat ini. Ia ingin pergi.
Christine tertidur setelah cukup lama menangis, ia lelah. Ia tertidur selama beberapa jam dan terbangun karena lapar. Ia melirik jam dinding yang menunjukkan angka lima. Ternyata ia tertidur cukup lama, ia bahkan melewatkan makan siang.
Christine berdiri dari tempat tidurnya lalu berjalan ke arah dapur tapi ternyata ia tidak mendapatkan bahan makanan di sana. Christine akhrinya memutuskan untuk keluar membeli makanan cepat saji. Namun suara ketukan pintu kembali terdengar ketika ia mengambil dompet dikamar.
Sejujurnya Christine merasa ragu untuk membuka pintu, tapi keraguan itu hilang setelah ia mendengar suara Lexy dari luar yang meneriakkan namanya.
"Christine!! Aku kira kau mati di dalam sana!" Pekik Lexy begitu melihat Christine membuka pintu .
"Tidak, aku masih hidup."
Lexy mengamati penampilan Christine yang berantakan. Mata sembab, bibir kering, wajah pucat, dan suaranya yang terdengar lemah dan pilu.
"Kau pasti belum makan, ayo masuk aku bawa makanan untukmu" ajak Lexy.
Christine mengangguk dan menuruti perkataan Lexy. Lexy sendiri tidak banyak bertanya, ia hanya mengamati Christine yang terlihat sangat menyedihkan di hadapannya.
"Jangan menatapku seperti itu, aku sudah lebih baik sekarang."
"Aku sudah mendengar kejadian tadi pagi antara kau dan Peter. Percayalah saat mendengarnya aku langsung mendatangi Peter tapi ia bilang ia sangat menyesal." ucap Lexy.
"Yeah terserahlah, aku tidak peduli." Kata Christine datar.
"Tadi siang setelah aku pulang, Maxime menemuiku. Kau ingat wanita yang kita lihat bersamanya saat di pesta? Wanita itu bernama Nadine, dan dia tunangan Maxime." ucap Christine kembali bersuara, pelan namun masih bisa didengar Lexy
"Apa!!"
"Iya wanita itu tunangannya, ia mengatakannya sendiri padaku. Ia bilang ia bosan denganku karena aku tidak pernah berdandan, ia bilang aku sangat membosankan." dan tangis Christine kembali pecah. ia menangis di hadapan Lexy yang menatapnya tanpa bisa berkata apa-apa.
"Aku menyayangi Max Lexy. K-kau tau aku sangat menyayanginya, tapi dia memperlakukan seperti ini. Dia hanya menyukaiku secara fisik dan itu sangat menyakitiku."
"Ssshhh tidak Christine, kau tidak menyayangi Max. Kau menyukainya karena dia laki-laki pertama yang berpacaran denganmu ditambah lagi kau berpacaran sudah sangat lama dengannya. Memang akan sedikit sulit tapi aku percaya kau pasti akan segera melupakannya. Jangan bersedih lagi, makanlah. Kau harus makan." Kata Lexy pelan. "Dan, malam ini kau tidak usah bekerja aku sudah menghubungi Anton agar mengijinkan mu, kubilang kau sakit. Ia bilang cepat sembuh. Setelah makan istirahat lah." kata Lexy lagi.
Christine mengangguk menuruti setiap perkataan Lexy. Lexy sangat baik. Ia beruntung punya teman seperti Lexy karena wanita itu sangat bisa diandalkan. Lexy selalu mendukung semua yang dilakukannya. Ia sangat senang memiliki sahabat seperti Lexy disampingnya. Ia tidak pernah merasa sendiri, tidak pernah kesepian, tidak seperti saat pertama kali ia kabur dari rumah karena menolak perjodohannya. Ayahnya bahkan memblokir kartu kreditnya. Kevin memang mendukung perjodohan Christine tapi melihat Christine di usir dari rumah karena menolak perjodohan itu membuat Kevin secara diam-diam selalu memberikan uang yang cukup banyak pada Christine.
"Kakak tidak tau apa alasanmu menolak perjodohan itu, kau bahkan tidak tau siapa lelaki yang dijodohkan ayah denganmu" ucap kakaknya kala itu
"Aku sudah punya pacar kak," jawab Christine sedih.
"Christine kakak tidak tau sejak kapan kau pacaran, tapi kakak tidak akan memaksamu seperti ayah. Ini gunakan uang ini untuk bertahan hidup sampai kau mendapatkan pekerjaan, kalau sudah habis dan kau tidak mendapatkan pekerjaan tidak apa-apa kakak akan selalu memberimu uang." ucap Kevin memberi Christine setumpuk uang cash.
"Tapi kak, ayah akan memarahimu kalau ayah tau kau memberiku uang."
"Biarkan ayah memarahiku, palingan nanti juga akan reda sendiri. Tapi kakak tidak bisa membiarkan adik kesayangan kakak harus menjadi gelandangan hanya karena memilih jalan hidupnya sendiri! jadi gunakan uang ini dengan baik, bekerjalah untuk bertahan hidup. Berjuang dan berbahagialah Christine buat kakak bangga dan buat ayah sadar kalau pilihannya tidak membuatmu bahagia." ucap Kevin sambil mengecup kening adiknya kemudian pergi.
Setelah Kevin pergi, Christine hanya terdiam. Dia tidak tahu mau berbuat apa. Ia tidak pernah seperti ini sebelumnya. Tapi ia tidak ingin pulang ke rumah. Ia akan bekerja, berjuang dan berbahagia seperti yang diucapkan kakaknya.
Mengingat semua kejadian itu membuat dada Christine sesak, ia tidak bahagia seperti yang kakaknya ucapkan. Apakah ia harus kembali ke rumah dan menerima perjodohan itu? Tapi ia tidak mau! Dia akan bertahan. Tidak, ia memang harus bertahan.
*****
Syudahhh up 💕💕🙏
Part ini ga jelas ya wkwkwkw
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 73 Episodes
Comments
Istri_Kimsoekjin😎
lnjut
2020-11-16
0
Santhy Susanthy
lanjut
2020-07-09
1