Peter sedang memegang gelas berisikan cairan vodka ditangan kanannya. Sesekali ia menggoyang-goyangkan gelas itu dengan gerakan memutar, membuat cairan yang ada di gelas itu ikut bergerak memutar seperti sedang di aduk. Peter sedang tidak fokus.
Saat ini, Peter sedang berada di sebuah club malam terbesar di New York. Dia tidak sendirian melainkan bersama dengan beberapa teman lelaki dan wanitanya. Tapi sepertinya hanya dirinyalah yang tidak menikmati tempat ini.
Beberapa temannya sudah ada yang sangat mabuk, namun ada juga yang setengah mabuk, bahkan ada juga yang sudah kehilangan kesadarannya.
Berbeda dengannya yang terlihat masih sangat sadar. Peter baru meminum seperempat cairan dari total keseluruhan jumlah cairan yang ada di gelas yang saat ini dimainkannya. Peter tidak minum banyak hari ini. Ia juga terlihat tidak peduli dengan teman-temannya yang sudah sangat mabuk itu. Peter tidak tahu apa yang terjadi ladanya, yang jelas saat ini ia ingin sendiri.
Tidak menunggu lama, Peter akhirnya memutuskan untuk pulang ke penthouse-nya. Sebelum pergi, ia membayar semua tagihan yang dipesan oleh teman-temannya. Peter memang mentraktir mereka semua karena hari ini adalah hari wisudanya, atau lebih tepatnya kemarin siang. Karena saat ini jam sudah menunjukkan angka dua pagi.
Setelah selesai membayar, Peter langsung berjalan menuju mobilnya. Ia tidak oamit karena tidak tahu harus pamit pada siapa. Dan saat ini Peter sedang berusaha untuk fokus menyetir. Peter tidak mabuk dan ia belum mengantuk. Tapi entah mengapa ia tidak bisa berkonsentrasi sejak tadi.
Seperti saat di club tadi ketika banyak wanita seksi menggerayangi tubuhnya. Peter justru tidak mempedulikan mereka semua. Malah ia merasa sangat risih pada wanita-wanita itu. Sangat tidak seperti biasanya. Biasanya Peter akan langsung mengangkut salah satu dari wanita yang menggodanya untuk dipakainya bersenang-senang malam ini.
Peter masih berusaha berkonsentrasi ke jalanan. Namun pikirannya tetap tidak ada ditempatnya. Pikirannya melayang-layang ke ekspresi malu dan sedih Christine. Ekspresi itu benar-benar mengganggunya.
Kenapa ia tidak bisa berhenti membayangkan ekspresi menyakitkan itu? Padahal itulah tujuan utamanya. Peter sudah berhasil melakukan semua sesuai dengan yang direncanakannya, tapi kenapa ia justru merasa tidak nyaman dan bimbang? Bahkan ia merasa bersalah pada Christine. Sial!
'Sebenarnya apa yang sedang terjadi padaku?!' teriak Peter frusrasi.
Peyer bingung dengan keadaannya saat ini. Ia tidak mungkin menyukai Christine, wanita itu bukan tipenya. Yaah sekalipun ia tidak bisa berohong dengan mengatakan kalau perempuan itu tidak cantik. Karena kenyataannya perempuan itu memang cantik.
Christine memang cantik.
Dan sedetik kemudian Peter mengumpat karena tersadar dengan apa yang baru saja dipikirkannya. Intinya Christine memang cantik tapi perempuan itu bukan tipenya titik tidak pakai koma.
Sudah pasti, alasan kenapa ia terus memikirkan Christine adalan karena rasa bersalah saja. Tidak lebih dari itu.
-----------------------------------
tiga bulan kemudian
Pagi ini lelaki itu terbangun dengan perasaan yang sama sejak tiga bulan yang lalu. Sepi.
Ia sudah tidak tinggal di New York, ia pindah ke Manhattan tiga bulan yang lalu. Awalnya Peter mengira kalau setelah pindah ke Manhattan semuanya akan berubah. Ternyata semuanya masih sama.
Saat di New York ia juga tinggal sendiri di penthouse-nya. Sama dengan saat ini, ia juga masih tinggal sendiri di penthouse-nya. Namun bedanya, ia sudah tidak lagi mendapat gangguan dari sahabatnya, Allen.
'Ku harap ku akan selalu berbahagia'
Kata-kata itu terus menghantui Peter sejak kepindahannya ke Manhattan. Kata-kata yang cukup sederhana, namun mampu membuatnya merasa seperti orang gila. Kalimat itu selalu menghantuinya kapanpun dan dimanapun. Membuat ia sangat sulit melakukan hal lain karena selalu memikirkan kalimat itu.
Kelebat rasa bersalah masih bercokol di hatinya. Ia ingin meminta maaf tapi lagi-lagi ego menghalanginya.
Terlebih lagi saat ia mengetahui kenyataa kalau Christine benar-benar mencintainya. Bukan hanya asumsinya saja tapi kenyataannya memang seperti itu. Peter mengetahui hal itu dari Allen saat sahabatnya itu meneleponya dan memakinya. Dan di akhir peembicaraan Allen mengatakan yang sebenarnya.
Christine cinta padamu, tapj kau menyakitinya. kata Allen waktu itu sebelum memutuskan sambungan teleponnya.
Itu bukan pertama kalinya Allen mengatakan kalau ada orang perempuan yang jatuh cinta padanya. Bahkan ia sering mengalami kejadian dimana perempuan yang terlebih dahulu menyatakan cinta padanya dan meminta Peter untuk menjadi kekasihnya.
Peter tidak pernah menyatakan perasaannya terlebih dahulu. Ia akan menunggu perempuan itu menjatuhkan harga dirinya dengan menyatakan cintanya dan perasaannya pada Peter.
Entah kenapa setelah kejadian dimana ia mempermalukan Christine di hari wisudanya beberapa bulan yang lalu, membuatnya merasakan sesuatu yang aneh. Ada perasaan senang, lega, bersalah, dan kesal.
Dan entah kenapa ia ingin bertemu dengan Christine.
Ia tidak menyukai Christine, hanya saja ia ingin bertemu dengn wanita itu.
Sayangnya ia tidak akan bisa menemui Christine dalam waktu dekat, karena saat ini ia sudah berada jauh dari Christine. Peter juga sibuk saat ini. Seperti hari ini, ia akan menghadiri rapat bersama beberapa petinggi perusahaannya.
Sekarang ini Peter sudah bekerja di salah satu cabang dari perusahaannya. Tepatnya beberapa hari setelah ia wisuda, ayahnya menyuruh ia meng-handle salah satu cabang perusahaan mereka yang ada Manhattan.
Ayahnya masih belum mau memberikan perusahaan kepadanya karena pria paruh baya itu masih ingin melihat dan mengamati kemampuan Peter. Josh -ayah Peter- juga tidak ingin buru-buru menyerahkan semua tanggung jawab perusahaan kepada Peter karena mempertimbangkan beberapa alasan.
Yang pertama Peter masih belum berpengalaman, yang kedua karena Josh masih sanggup bekerja. Bahkan bisa dibilang masih sangat sanggup, dan yang ketiga Peter masih terlalu muda untuk mengambil alih seluruh tanggung jawab sebagai pemilik perusahaan.
Peter saat ini memang masih berusia dua puluh lima tahun. Ia terpaut tiga tahun lebih tua dibandingkan Christine.
Peter masih termenung pagi itu memikirkan beberapa rapat yang harus ia hadiri. memikirkan kesibukannya saja membuat Peter merasa lelah. Ia butuh liburan.
Sepertinya Peter harus kembali ke New York selama beberapa saat untuk menghilangkan kepenatannya. Dan sedikit bersenang-senang dengan Allen rasanya akan cukup.
Peter memutuskan untuk menghubungi Allen. Lagi pula beberapa hari ini Allen sering menghubunginya, namun tidak bisa ia jawab karena kesibukannya.
Josh memberinya tanggung jawab untuk salah satu cabang perusahaannya yang cukup besar untuk ia handle. Cabang perusahaan yang saat ini ia handle, memiliki beberapa klien dari perusahaan besar.
Peter mengambil ponselnya. Mencari kontak yang ingin ia hubungi. Setelah menemukan kontaknya ia langsung menekan tombol hijau untuk menghubungkannya pada kontak tersebut. Terdengar nomor yang dituju berdering beberapa kali sebelum kemudian diangkat.
"Ternyata kau masih hidup sehingga masih bisa menghubungiku." pungkas seseorang di seberang saa tanpa berbasa-basi terlebih dahulu.
"Aku sibuk belakangan ini jadi tidak bisa menerima penggilanmu."
"Ya, ya, ya terserahlah. Aku menghubungimu karena aku ingin memberitahukan sesuatu padamu."
"Apa?"
"Aku akan wisuda minggu depan, apa kau bisa datang?"
"Akan ku usahakan untuk datang."
"Kau harus datang! Aku datang saat wisudamu bagaimana mungkin kau tidak datang saat aku yang diwisuda!"
"Sebenarnya aku ada rencana ke New York dua minggu lagi, tidak bisa kalau minggu de-"
"Oh. Hai Allen sedang apa kau disini?"
Deg.
Suara itu.
"Oh hey. Sebentar aku akan menghubungimu lagi na-"
"Tidak! Jangan ditutup. Lanjutkan saja."
Tidak terdengar apa-apa selama beberapa saat, membuat Peter melihat ke layar ponselnya. Masih terhubung. Peter kembali meletakkan ponsel itu ke telinganya, barulah terdengar suara dan itu suaranya.
"Allen?"
"Ah iya. Aku tadi ada keperluan dengan Lexy. Apa kau ada perlu dengannya juga?"
"Iya, dia memintaku menemaninya membeli dress untuk wisudamu nanti. Apa kau melihatnya?"
"Ah, sepertinya ia sedang bersiap-siap di kamar"
"*Baiklah, aku akan menunggunya di sini. Apa kau keberatan? Sepertinya tidak karena ini adalah ruang tamu hahahah"
"Aku tidak keberatan duduklah."
"Kau sedang menelpon siapa? Sepertinya aku mengganggu."
"Ah tidak, aku hanya menelpon seorang teman,"
"Ah, baiklah. Lanjutkan saja aku akan mencoba untuk tidak mendengarkan."
"hahaha baiklah. Tadi kau mau bilang apa*?" ucap Allen kembali kepada Peter setelah ia berbicara dengan perempuan itu
"Ah tidak. Aku akan datang saat kau wisuda nanti."
"Benarkah? Kenapa? Bukankah kau baru akan ke New York dua minggu lagi?" tanya Allen dengan nada menyelidik.
"Aku mempercepat jadwalku untuk datang, agar aku bisa menghadiri wisudamu."
"Kenapa kau tiba-tiba mempercepat kedatanganmu?" tanya Allen masih dengan nada menyelidik.
Sebenarnya ia sudah merasa aneh saat tadi Peter menolak untuk menutup panggilannya. Biasanya lelaki itu akan lebih dulu menutup panggilannya saat tiba-tiba ada orang yang mengajak berbicara lawan bicaranya.
"Sebenarnya kau ingin aku datang di wisudamu atau tidak?!" sentak Peter mulai kesal.
"Ah baiklah, aku akan menunggumu datang. B-"
"Eh tunggu sebentar jangan ditutup!!" pekik Peter sedikit berteriak dan memotong kata-kata terakhir yang hendak dikatakan oleh Allen.
"Apa lagi?"
"Aku ingin minta tolong."
Allen kemudian mematikan panggilannya setelah bingung dengan permintaan Peter. Sebenarnya Allen tidak ingin melakukan permintaan sahabatnya itu. Namun Peter memaksanya lewat pesan instan dan mengancam bahwa ia tidak akan datang ke wisuda Allen jika Allen tidak mengabulkan permintaannya.
Picik memang, tapi mau bagaimana lagi? Itu satu-satunya cara agar Peter bisa mendapatkan apa yang ia mau.
Beberapa saat setelah Allen menyetujui permintaannya tadi, saat ini sudah terkirim beberapa gambar seorang wanita yang tengah duduk sambil memainkan ponsel. Foto wanita itu tersenyum dan foto saat sedang berbicara dengan Lexy.
Peter tersenyum sendiri melihat gambar wanita itu.
Ah, ia jadi semakin ingin bertemu dengan Christine.
---------------
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 73 Episodes
Comments
Nna Rina 💖
ditunggu up selanjutnya thor... chayo....
2020-07-17
0