BLIND CHOICE

BLIND CHOICE

Chapter 1 | Mission Impossible

Freya membawa toples bulat transparan yang terlihat tumpukan kertas lipat didalamnya. Alea duduk bersila diatas karpet bulu rasfur yang tergelar disamping ranjang. Freya duduk bersila menghadap Alea sambil meletakkan toples transparan itu diantara mereka.

"Drum... drum... drum... drum... drum... waktunya Blind Choice". Tangan Freya menabuh toples sedangkan mulutnya membuat suara tiruan drum. "Akhirnya moment yang paling kita tunggu". Freya tidak bisa menyembunyikan wajah sumringahnya.

"Lo nggak bikin misi yang aneh lagi kan Fre? " Alea memasang wajah curiga pada sahabatnya itu. "Gue masih trauma sama misi tahun lalu tau". Bibir Alea manyun mengingat kenangan tak terlupakan yang menemani akhir masa SMP nya itu.

Bagaimana Alea nggak trauma sebagai siswi genius dan pemilik nilai sempurna yang waktunya di habiskan dengan belajar, belajar dan belajar, tiba-tiba dia harus mendaftar menjadi anggota paduan suara. Bahkan selama ini Alea tidak mengikuti kegiatan ekstrakurikuler apa pun atau mendaftar menjadi anggota OSIS karena waktunya dihabiskan untuk belajar. Menjadi anggota paduan suara sebenarnya tidak terlalu masalah bagi Alea, tapi yang menjadi masalah adalah karena Alea harus mendaftar menjadi paduan suara di semester kedua kelas 9 nya.

Pihak sekolah bahkan menolak pendaftarannya menjadi anggota paduan suara, karena seluruh siswa siswi kelas 9 dilarang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler atau sejenisnya dan harus fokus belajar untuk menghadapi Ujian Nasional. Namun, karena misi yang dia pilih harus dijalankan sesulit apapun selama hal itu tidak melanggar hukum, sehingga Alea harus berusaha dengan sekuat tenaga membujuk pihak sekolah agar mengizinkannya menjadi anggota paduan suara.

Setelah dia membujuk wali kelasnya dengan susah payah dengan berjanji bahwa paduan suara tidak akan mempengaruhi nilai sempurnanya, Alea diizinkan menjadi satu-satunya anggota paduan suara dari kelas 9. Selain itu untuk membuktikan nilai Alea tidak turun dia harus melakukan simulasi ujian nasional sebanyak 3 kali diawal semester kedua. Alea menjadi siswa paling sibuk disekolah dimana dia harus membagi waktunya untuk les dan latihan paduan suara karena paduan suara akan tampil di acara perpisahan akhir tahun.

"Tenang aja Le, misi yang gue buat pasti seru-seru". Mata kanan Freya berkedip meledek Alea. "Gak kaya misi yang lo buat, mbosenin, intinya cuman belajar belajar dan belajar". Freya bergidig mengingat misi yang harus dia selesaikan.

Bagaimana tidak, entah kebetulan atau memang nasibnya, selama 3 tahun berturut-turut, bahkan di ulang tahunnya pada 1 bulan yang lalu, Freya memilih kertas bertuliskan MENDAPAT RANKING 10 BESAR. Alhasil, Freya yang tidak terlalu suka belajar harus berkutat dengan buku-buku setiap hari ditengah kesibukan latihan silatnya. Kenyataan yang lebih pedih dalam satu tahun kedepan dia harus belajar lebih keras karena materi pelajaran SMA semakin sulit baginya. Namun, Freya tidak dapat mengeluhkan pilihannya karena itu sudah menjadi konsekuensi Blind Choice yang mereka berdua telah sepakati.

"Tapi berkat gue, bokap nyokap lo jadi bangga sama lo, dan semua yang lo minta dikabulin kan". Alea tersenyum bangga dengan misi yang telah ditulisnya.

"Iya bawel, semua berkat lo hidup gue jadi semakin mudah". Freya mencubit pipi kiri Alea gemas.

"Aaaaa... sakit woy lah". Alea meringis kesakitan.

"Sorry,,, sorry,,, ". Freya melepas cubitannya dengan cepat.

"Udah jam sembilan nih, cepet lo pilih misinya". Freya menyodorkan toples kaca ke tangan Alea.

"Perut gue mules tau Fre setiap pegang ni toples". Alea menerima toples dengan malas. "Perasaan gue gak enak".

"Hahahaa, lebay lo Lea, cepet buruan". Freya geli melihat tingkah sahabatnya.

"Awas aja kalau misinya gak masuk akal". Mata Alea menatap Freya dengan tajam.

"Ingat semboyan Blind Choice, menerima dengan ikhlas apapun misi yang kita dapat". Bibir Freya mengulum senyum.

"Iye,,, iye,,, ". Alea pasrah.

Tangan Alea masuk kedalam toples yang berisi kertas misi sekira 20 lembar. Tangan Alea mengacak kertas dan tak lama kemudian mengambil satu lipat kertas dan menyerahkannya ke Freya.

"Wah,,, degdegan gue". Jantung Alea berdetak tak beraturan.

"Okey,,, gue buka ya". Freya tersenyum sambil tangannya mulai membuka lipatan kertas pilihan Alea. Pelan-pelan Freya membaca dalam hati isi kertas putih di tangannya.

"Wah gila". Freya berseru hampir meloncat.

"Apa Fre, lo jangan nakutin gue". Alea penasaran sekaligus takut.

Freya membalik kertas putih dan menunjukkannya ke arah Alea. "Le, tahun ini hidup lo gue jamin gak ngebosenin".

Alea mengeja pelan tulisan pada kertas putih yang di pegang Freya. "MENJADI PACAR DEWA SELAMA 1 TAHUN"

Alea hampir meloncat "Gila lo Fre, gue gak salah baca kan".

Alea merebut kertas dan membacanya berulang kali.

"Fre,,, lo bener-bener gila". Seru Alea sambil matanya masih tidak percaya dengan misi yang dibacanya.

"Sorry Le, gua gak nyangka lo bakal ngambil kertas ini". Freya masih terkejut sekaligus merasa bersalah. "Tadinya gue cuman iseng aja nulis misi itu".

"Gue kayaknya gak bisa ngejalanan misi ini". Alea frustasi.

"Tapi misi itu gak melanggar hukum Le, jadi lo kayaknya gak bisa ganti deh". Freya mengingatkan syarat mengganti misi adalah jika misi yang didapatnya berkemungkinan melanggar hukum.

Alea melompat ke arah Freya, lengannya secepat kilat mengunci leher Freya. "Lo sengaja kan bikin misi absurd kayak gini, ngaku nggak lo".

"Ampun,,, ampun,,, Le, sakit woy". Freya terkejut, tubuhnya tidak sempat menghindar dari serangan mendadak sahabatnya.

"Ngaku lo, ngaku nggak". Rasa frustasinya membuat Alea mampu melumpuhkan pesilat kawakan seperti Freya.

"Lepas,,, lepasin dulu, ini gue nggak bisa nafas tolong". Freya pasrah dan tidak mungkin melawan Alea si kutu buku dengan tehnik silatnya.

Lengan Alea perlahan melepaskan kunciannya. Freya terbebas dan akhirnya bisa bernafas lagi.

"Fre, gue gak bisa nglakuin itu". Alea memelas.

"Lo pasti bisa Lea". Nafas Freya masih sedikit ngos-ngosan.

"Lo sengaja kan Fre, jujur aja deh lo". Tangan mungil Alea mencekram baju Freya dan mengguncang-guncangkan tubuh Freya.

Tangan berotot Freya memegang cenkraman jari-jari Alea dan berusaha menghentikannya. "Nanti baju gue sobek ya".

Alea melepaskan cengkramannya sambil terduduk pasrah. "Ngaku deh lo".

"Ni ya, jujur gue tadinya nulis misi ini tu cuman iseng doang, tapi malah beneran kepilih sama lo". Freya menahan tawa.

Alea terdiam sejenak sambil menenangkan fikirannya.

"Fre, ini beneran misinya gak bisa di batalin? " Alea masih berharap sahabatnya mengizinkannya mengganti misi.

"Berdasarkan peraturan yang uda kita sepakati sih, nggak ada alasan lo buat ganti misi". Freya membenarkan kaosnya yang melar ditarik Alea.

"Gila banget emang lo". Alea mengeluhkan kelakuan ajaib sahabatnya.

"Tenang aja, gue pasti bantu lo kok". Senyum Freya merekah.

"Gimana caranya gue jadi pacar Dewa, gue aja nggak kenal dia". Alea menyenderkan tubuhnya pada dipan kasur di sampingnya.

"Justru itu Le, ini kesempatan buat lo biar bisa kenal sama Dewa". Freya duduk di sampingnya sambil ikut menyenderkan punggungnya.

"Apa pentingnya gue kenal sama dia". Alea cemberut.

"Lo bilang kemarin hidup lo flat banget, gak ada tantangan dan ngebosenin. Ini waktunya bikin hidup lo makin menarik dan berwarna". Freya menyemangati Alea menggebu-gebu.

"Sadar nggak sih lo, selama satu semester ini gue lewatin masa SMA gue, gue aja gak pernah papasan sekalipun sama cowok yang namanya Dewa itu. Gue cuman pernah denger namanya aja, tapi sekarang gue dapat misi buat jadi pacarnya. Ini tu Mission Impossible banget buat gue". Alea semakin frustasi.

"Ya gimana mau ketemu Dewa, lo sekolah kayak pertapa sih. Kalau nggak semedi di kelas ya di perpustakaan". Keluh Freya dengan keseharian sahabatnya. "Lo tau, lama-lama lo bisa habis dimakan rayap tau".

"Gimana bisa, emang gue kayu". Alea mengerutkan dahi tak setuju.

"Ya bisa lah, lo kan kebanyakan diem kaya patung, trus lo tu udah bau buku. Wajar aja kalau rayap salah makan". Freya menahan tawa melihat ekspresi kesal sahabatnya.

Alea berdiri menuju ranjang, tangannya manarik selimut sampai dadanya. "Tidur dulu gue, bisa gila kalau mikirin misi ini terus".

Freya mengikuti Alea ke ranjang yang tidak terlalu besar itu, lalu tidur di sampingnya. "Happy Birthday Le, jangan lupa bahagia ya".

Alea melirik Freya dengan muka sebal. "Lo juga jangan lupa bahagia".

Seketika keheningan menyelimuti malam kedua sahabat itu, mengantarkan mereka dalam buaiyan mimpi-mimpi yang samar.

...****************...

Terpopuler

Comments

Mawar_Jingga

Mawar_Jingga

halo kak salam kenal,
aku mampir nih🤭
mampir kembali dan ikuti"sepotong sayap patah" dan mari saling mendukung🤗

2023-09-09

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!