Chapter 16 | Perdebatan

Mobil merah berbelok menyeberangi jembatan kecil dengan perlahan, lalu memasuki jalan yang tak terlalu lebar. Pemandangan hijau yang asri terbentang di kanan kiri jalan memanjakan mata. Pohon-pohon Kakao yang sedang berbuah lebat berjejer di sepanjang jalan. Beberapa lelaki paruh baya yang memakai caping tani sibuk memetik buah kakao yang telah matang.

Freya tertegun melihat pemandangan yang jarang dilihatnya itu. Batinnya ingin sekali menanyakan pemandangan yang sedang dilihatnya pada Johar. Namun diurungkannya kembali setelah dia ingat jika Johar tak terlalu ramah padanya. Dipelototinya sebentar wajah Johar yang sedang sibuk menyetir mobil. Sangat menyebalkan gumamnya dalam hati.

Johar menginjak rem di depan rumah bercat hijau muda. Rumah itu tak memiliki gerbang atau pagar, hanya bunga-bunga kertas menghiasi halamannya yang pohonnya dibentuk seperti gapura. Johar lantas turun dari mobil diikuti Dani dan Dzikri sedang Willy sibuk membangunkan Arbi yang terlelap sejak tadi.

Dani mengetuk kaca pintu mobil disamping Freya sambil melambaikan tangannya, seperti memberi tanda Freya untuk turun. Freya dengan malas keluar dari mobil yang saat itu bersamaan dengan kemunculan wanita paruh baya yang mengenakan daster besar dengan paduan kerudung besar yang hampir menutupi seluruh badannya. Wanita yang memiliki senyum ramah dan hangat itu menghampiri mereka. Dengan takdim Johar meraih tangan wanita itu lalu menempelkannya di keningnya yang lantas diikuti Dani dan Dzikri bergantian.

Wanita itu melemparkan senyum pada Freya yang spontan dibalasnya dengan senyuman canggung. Dani memberi kode agar Freya bersalaman dengan wanita itu. Diikutinya arahan temannya itu dengan ragu-ragu.

"Cah ayu namanya siapa? Kamu teman Johar juga?" tanya wanita itu sambil mengelus kepala Freya lembut.

Freya tersenyum malu sekaligus bingung karena dia jarang di perlakukan lembut seperti itu. Ibu Freya sebenarnya sudah meninggal sejak dia kecil dan Freya hanya hidup berdua dengan ayahnya. Wajar saja jika dia jarang bersentuhan dengan seorang ibu kecuali Ibu Alea itupun tidak terlalu intens layaknya berhubungan dengan ibu sendiri yang setiap hari bertemu. Itu juga salah satu alasan mengapa Freya terlihat tomboy dan tak feminim.

"Namanya Freya Umi, dia satu angkatan dengan kita", jawab Dzikri.

"Satu kelas sama Johar? ", tanya wanita itu lagi.

"Engga Mi", yang di jawab Johar dengan datar.

Willy dan Arbi beringsuk keluar dari mobil dengan perlahan. Tubuhnya yang terlihat kaku membuat mereka berjalan membungkuk.

"Ayo kedalam, kebetulan umi tadi bikin getuk dan onde-onde", ajak wanita berparas ayu yang tak lain ibu Johar.

Mereka tak berjalan memasuki rumah, melainkan berjalan mengikuti jalan setapak di samping rumah. Jalan itu berkelok jauh kebelakang menuju bangunan gazebo yang terbuat dari kayu kelapa, beratap sirap kayu ulin dan memiliki luas 6 meter kali 4 meter. Terlihat sangat luas dan arstiktik.

Enam sekawan itu duduk di dalam gazebo dengan nyaman, kecuali Johar yang ternyata sudah tak terlihat batang hidungnya. Freya duduk di salah satu sudut gazebo sambil melemparkan pandangannya menikmati panorama alam yang hijau dan asri.

Tak berapa lama kemudian, Johar datang dengan nampan yang penuh dengan bermacam-macam makanan buatan rumah termasuk onde-onde dan getuk seperti yang ditawarkan Ibu Johar tadi. Beberapa kali Johar hilir mudik membawa makanan dan minuman yang lebih banyak.

Johar mempersilahkan teman-temannya untuk memakan hidangan yang telah dibawanya. Tanpa berlama-lama mereka lantas menikmati makanan dan minuman itu dengan lahap tanpa sungkan. Ternyata mereka memang sudah biasa berlaku seperti itu di rumah Johar kecuali Freya yang memang baru pertama mengunjungi rumah Johar. Jika ada yang mengira teman-teman Johar berlaku kurang sopan itu tidaklah benar, karena sebenarnya mereka pernah bersikap malu-malu dan tidak memakan banyak makanan yang di sajikan Johar. Namun bukannya mendapat pujian, mereka malah mendapat omelan dan tangisan dari Ibu Johar. Hal itu karena Ibu Johar lebih suka jika teman-teman Johar mau makan dan menikmati hidangannya dengan lahap.

Beberapa waktu berlalu mereka sudah tak lagi sibuk mengunyah makanan karena perut mereka telah penuh meskipun makanan masih banyak. Mereka hanya duduk bersantai sambil mengobrol random dan saling menggoda. Saat Freya sedang menertawakan Arbi yang bersikap konyol, tiba-tiba Johar menghampirinya dengan wajah datarnya.

"Fey, bisa ngobrol bentar", ucap Johar.

Freya menatap Johar dengan malas, namun tak berani dia menolaknya.

Johar berjalan keluar gazebo menuju dua kursi duduk yang berjejer dengan atap seperti payung terbuat dari jerami. Freya dengan langkah gontai mengikuti Johar. Mereka berdua duduk bersampingan sambil menghadap kebun kakao.

"Gue mau nanya", kata Johar tanpa basa basi. "Lo sengaja ndeketin Dewa dengan Alea kan?".

Freya tak terkejut dengan pertanyaan Johar meski dia tak menyangka Johar akan bicara blak-blakan padanya.

"Iya", jawab Freya tegas. " Gue emang sengaja bikin mereka deket".

"Mending lo berhenti deh, mumpung belum terlanjur jauh".

"Gue nggak mau".

"Kenapa lo keras kepala banget sih", Johar sewot. "Gue gak setuju kalah Dewa dan Alea deket, apalagi kalau mereka sampai jadian".

" Lah kenapa? Lo suka sama Lea? ".

"Gak lah".

"Terus atas dasar apa lo nggak setuju? ".

"Gue gak mau Dewa menderita".

"Maksud lo? ".

"Semua orang juga tau, Kevin suka sama Lea. Dan semua orang juga tau Kevin nggak akan ngerelain Alea pacaran sama cowok lain. Dia bakalan berusaha membabi buta dan ngelakuin apa aja untuk mempertahankan Lea".

"Tapi kan kita juga tau Lea nggak pernah nerima perasaan Kevin".

"Pokonya gue gak setuju, karena kalau Kevin sampai tau Dewa dan Lea deket pasti Kevin bakal berbuat sesuatu ke Dewa".

"Santai aja kenapa sih, toh Kevin nggak mungkin melakukan hal kriminal ke Dewa".

"Lo kayak nggak kenal Kevin aja, pokoknya gue gak mau Dewa kenapa-napa. Mending Dewa dan Alea gak usah saling kenal, itu lebih bagus".

"Kenapa lo marah banget sih, lagian belum mereka bakal saling suka, mungkin aja mereka temenan aja. Gue cuman pengen Lea bisa berteman dengan banyak orang. Dan gak harus jadi pacarnya juga".

"Mereka nggak boleh deket pokoknya titik".

"Ngotot banget sih lo. Emang kenapa kalau mereka deket, kan uda gue bilang mereka belum tentu pacaran".

"Pokoknya lo harus ngejauhin Alea dari Dewa bagaimanapun caranya".

"Lo berlebihan", kesal Freya sambil berdiri dan berniat meninggalkan Johar.

"Dewa uda suka sama Lea dari dulu".

Kata-kata Johar langsung menghentikan langkah Freya.

"Maksud lo? "

"Dewa uda naksir Lea dari lama, tapi Dewa uda kubur perasaan itu jauh dihatinya karena dia sadar nggak mungkin ada kesempatan buat dia. Kalau lo ndeketin Alea sama Dewa, gue takut perasaan yang sejak lama dipendam Dewa bakalan meledak. Bakalan sulit buat mereka bersama, terlalu banyak perbedaan dan halangan buat mereka".

Freya hanya berdiri mematung mendengarkan Johar.

"Gue cuman nggak mau mereka saling menyakiti, mending biarin Alea sama Kevin. Gue yakin suatu saat Alea pasti bisa nerima Kevin atas kegigihan Kevin. Jadi jangan libatkan Dewa diantara mereka".

Freya tak mampu lagi menjawab satu patah katapun kata-kata Johar. Dia lantas duduk kembali di kursi samping Johar. Mereka hanya saling diam untuk waktu yang lama.

...****************...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!