Chapter 19 | Nongkrong

Dewa dan Johar berjalan ke arah parkiran berdua. Sedang beberapa menit yang lalu Dani sudah lebih dahulu meninggalkan stadion membawa serta Dzikri, Willy dan Arbi. Hari itu mereka memang tidak memiliki rencana untuk berkumpul. Dewa dan Johar berjalan sambil mengomentari hal-hal random yang mereka lewati. Sesekali mereka membahas permainan basket tim lawan pada pertandingan tadi.

Mereka berdua meraih helm dan siap melajukan motornya keluar stadion. Sesaat dering notifikasi keluar dari handphone Dewa. Tangannya sibuk mencari keberadaan handphonenya di dalam tas ransel. Sekejap handphone dengan case warna hitam dengan stiker bola basket telah berada digenggamannya.

"Kevin ngajak nongkrong", ucap Dewa yang langsung memasukan handphonenya kembali setelah mengirim pesan balasan pada Kevin.

"Nongkrong dimana? ", Johar penasaran sambil membenarkan duduknya.

"Kafe sepupunya", Dewa lantas melajukan motornya keluar stadion dengan cepat.

Motor Dewa melesat dengan kecepatan tinggi membelah jalanan kota yang ramai, panas dan berdebu. Disalipnya beberapa bus dan truk besar. Motor matic berwarna putih itu meliuk-liuk menghindari kendaraan di depannya dengan gesit. Beberapa pengguna mobil bahkan kesal dan menggerutu harus berpapasan dengan motor yang bisa dibilang ugal-ugalan itu. Lebih parah lagi, bukan hanya motor dewa saja yang berlaku seperti itu, namun beberapa motor lain berlaku tak berbeda.

Hanya butuh waktu 15 menit, Dewa telah berhasil memarkirkan motornya di depan cafe. Kevin sudah berada di cafe sejak tadi menunggu kawannya dilantai dua. Kevin duduk di bagian balkon terbuka yang lumayan luas. Dari tempatnya, Kevin dapat melihat kedatangan Dewa dan Johar.

"Bro, gue disini", teriakan Kevin terdengar jelas oleh Dewa dan Johar yang baru melepas helmnya. Dewa dan Johar langsung masuk ke dalam cafe, menaiki tangga di pojok kanan menuju lantai dua dimana Kevin berada. Dewa dan Johar langsung menemukan keberadaan Kevin.

"Whats'up bro", sapa Kevin sambil menyodorkan tangannya yang disambut Dewa dan Johar dengan genggaman kuat. Mereka tentu tidak melakukan jabat tangan layaknya para pejabat, atau jabat tangan antara murid dan guru, terlebih lagi jabat tangan antara orang tua dan anaknya. Mereka berjabat tangan layaknya seorang yang hendak adu panco atau yang sering orang sebut dengan gerakan homie handshaking.

"Baru selesai latihan kalian? ", ucap Kevin akrab.

"Iya, kita di parkiran pas lo kirim pesan". Dewa duduk dikursi sebrang Kevin, yang diikuti Johar di sampingnya.

"Rajin banget kalian, nggak liburan kemana gitu? ", tangan kiri Kevin meletakkan handphonenya di atas meja.

Sejak tadi, sambil menunggu Dewa datang, Kevin memang menyibukkan dirinya dengan melihat handphonenya. Jika pemuda seusia mereka biasanya mengisi waktu dengan bermain game, maka hal itu tidak berlaku untuk Kevin. Kevin membuka handphonenya untuk mengerjakan soal-soal atau menonton video pembelajaran yang saat ini memang banyak tersedia di platform online. Kevin juga termasuk golongan maniak eksak sama seperti Alea. Bedanya Alea lebih sering mengurung diri di perpustakaan, kelas atau rumah, bahkan jarang berinteraksi dengan teman-temannya, kecuali Freya. Sedangkan Kevin genius nan ahli bersosialisasi. Dia organisatoris, terbukti selalu menjadi ketua OSIS baik saat SMP maupun SMA. Kevin juga aktif di bidang olahraga terutama basket, walau terkadang dia ikut bermain sepak bola atau volly.

"Mau pesen apa?", Kevin menyodorkan buku menu yang tersedia disetiap meja.

"Gue jus jeruk aja?", pinta Dewa tanpa melihat buku menu.

Johar membuka buku menu dengan telaten, dibacanya satu-persatu menu yang terpampang.

"Lo nggak makan? ", tanya Kevin pada Dewa.

"Emang disini sedia apa aja? ", tanya Dewa yang malas membaca buku menu.

"Ada beberapa varian spaghetti, bakso, sup juga ada", Kevin hanya mengingat menu yang paling populer di cafe.

"Nasi campur ada? ", tanya Dewa sambil sibuk membuka hoodienya yang sekarang terasa panas.

"Ayam geprek juga ada? ", sela Johar semangat.

"Hahaha, kayaknya gak ada", Kevin cukup terheran dengan kedua temannya. "Yang bener aja kalian nanyain nasi campur sama ayam geprek di cafe".

"Gue dari pagi belum sempat makan nasi", keluh Dewa yang entah karena kesibukkan apa, membuatnya melewatkan makan nasi.

"Kalau gue sih pagi uda makan nasi, cuman tiba-tiba aja pengen ayam geprek", jelas Johar.

"Ah kalian ngawur aja, bakso aja deh kalau gitu", Kevin beranjak dari kursinya untuk memesan makanan ke meja kasir. "Eh Jo minum lo apa? ", Kevin menghentikan langkahnya sejenak.

"Es cappuccino aja", jawab Johar sambil meletakkan buku menu di meja.

"Sekalian nasi kalau ada", tambah Dewa yang masih keukeuh mencari nasi.

Kevin hanya tersenyum sambil meneruskan langkahnya.

Beberapa menit kemudian Kevin kembali, dan langsung duduk. Mereka kemudian berbicara banyak hal berkaitan dengan klub basket mereka. Dari mulai jadwal latihan, jadwal olimpiade, pengembangan klub, anggaran dana hingga pengadaan perlengkapan anggota. Mereka memang sedang mempertimbangkan membuat seragam baru namun sampai saat ini belum ada keputusan final terkait hal itu. Hingga makanan dan minuman mereka datang, mereka masih terus membicarakan klub basket. Bahkan mereka menikmati makan siang mereka sambil terus membahas klub basket.

Mangkuk bakso mereka telah kosong sejak tadi, sedang gelas-gelas minuman mereka tinggal menyisakan potongan es batu yang mulai mencair. Selama satu jam mereka berbicara tentang klub basket dengan penuh antusias. Sebelum mengadakan rapat bulanan klub basket dengan seluruh anggota dari kelas 12, kelas 11 dan kelas 10, Dewa yang tak lain ketua klub basket biasanya membahas banyak hal tentang topik yang akan dibahas dalam rapat dengan Kevin sebagai ketua OSIS. Hal ini dilakukan agar rancangan agenda klub tidak bersebrangan atau bertentangan dengan agenda besar OSIS yang menaungi seluruh ekstrakurikuler di sekolah. Pembicaraan mereka tentu lebih lues dan santai, selain karena mereka berteman, juga karena bagaimanapun Kevin merupakan anggota klub basket yang tentu memiliki keterikatan dan pemahaman yang dalam tentang klub.

Setelah pembahasan mengenai klub basket dirasa cukup, mereka kemudian hanya mengobrol random. Kevin kemudian mengeluarkan beberapa snack dari ranselnya. Tak lupa dia memesan kembali minuman untuk teman-temannya. Meski mereka bukan dari satu angkatan, namun mereka layaknya sahabat yang sebaya. Tidak ada rasa canggung.

Jika ada yang bertanya sejak kapan mereka dekat, tentu jawabannya sejak duel basket memperebutkan posisi ketua klub yang diadakan awal semester kemarin. Setelah Dewa berhasil mengalahkan ketua klub basket sebelumnya dengan penuh perjuangan, Kevin langsung memberikan selamat dan mengajaknya makan bersama. Sejak saat itu mereka semakin dekat seiring berjalannya waktu. Dewa juga akhirnya mengetahui bahwa Kevin sebenarnya tidak pernah berniat menjadi ketua klub basket, dia sengaja mengalahkan banyak penantang agar Dewa bisa langsung melawannya dan masih memiliki banyak tenaga saat menghadapi ketua klub lama yang memang memiliki skil dan kekuatan yang besar. Kevin juga sudah mengira jika Dewa tidak akan maju sebagai penantang, karena itu Kevin sengaja menantangnya setelah mengalahkan hampir separuh anggota klub. Rencana Kevin bisa dianggap sukses, karena berhasil mendorong Dewa menjadi ketua klub.

Alasan Kevin mengincar Dewa sebagai ketua klub tentu bukan asal tunjuk, apalagi karena nepotisme. Sejak proses seleksi anggota klub, Kevin sudah melihat potensi besar pada Dewa. Kemampuan, kecakapan, ketangkasan, kecepatan dan kekuatan Dewa bermain basket berada di level yang tinggi. Karena itu dia bertekad dengan sungguh-sungguh menjadikan Dewa sebagai ketua klub.

Waktu berlalu cepat, namun mereka masih asik bercengkrama membicarakan banyak hal yang terlintas di pikiran mereka. Denting notifikasi terdengar dari handphone Kevin yang sejak tadi tergeletak di meja. Seketika menghentikan obrolan mereka. Jari-jari Kevin dengan cepat meraih handphonenya. Dibacanya dengan cermat pesan yang terpampang dilayar handphonenya. Kevin mengetik beberapa kata lalu mengirimnya dengan cepat. Sebelum Kevin menutup layar handphonenya, matanya melirik pada baris bawah daftar obrolan. Dibukanya obrolan dengan nama kontak Alea❤️‍🩹. Seperti biasa tidak pernah dijawab batinnya. Kevin hanya bisa menarik nafas dalam.

"Kenapa? ada masalah? ", tanya Dewa khawatir setelah mendengar suara keluhan Kevin.

"Oh tadi cuman pesan dari nyokap, biasa nanya kapan pulang", tangan Kevin meletakkan kembali handphonenya di atas meja.

"Oh gue kira ada masalah", ucap Dewa.

"Emmm, sebenarnya gue lagi nungguin balasan, ternyata bukan dia yang ngirim pesan", ungkap Kevin.

Dewa dan Johar hanya diam mendengarkan, sepertinya mereka sudah paham seseorang yang di maksud Kevin.

"Satu minggu ternyata lama ya, uda 168 jam gue gak lihat Alea. Uda ditelfon gak pernah diangkat, di wa gak dibales, sukur-sukur dibaca, kadang beberapa hari baru dibaca. Di samperin ke rumah dia malah kabur, padahal kata abangnya dia dirumah", keluh Kevin panjang.

Dewa dan Johar yang kemarin baru bertemu Alea masih bungkam.

"Emang lo kirim pesan apa", tanya Dewa yang tiba-tiba penasaran.

Johar menatap Dewa dengan tatapan tajam, seolah-olah memberi sinyal pada Dewa untuk tak meneruskan pembicaraan tentang Alea.

"Gue tanya dia dimana, soalnya biasanya dia ada di perpustakaan kota, kalau nggak di cafe buku atau diam di rumah. Tapi satu minggu ini gue gak lihat dia di perpustakaan atau di cafe buku. Gue samperin ke rumah juga gak ada. Gak tau dia ngilang kemana satu minggu ini", jelas Kevin sedikit frustasi.

Johar masih menatap Dewa dengan tajam, pandangannya benar-benar tak beranjak. Johar tentu khawatir Dewa mengatakan perihal kedatangan Alea menonton pertandingan basket mereka, apalagi Dewa dengan Alea pergi berdua mencari duren.

Dewa paham dengan tatapan berapi Johar, tapi dia seakan tak memperdulikannya. "Kalau Al-".

"Eh, uda sore nih, pulang yuk, gue janji mau bantuin umi giling coklat", potong Johar dengan suara keras sambil berdiri dan menjinjing ranselnya. Johar berusaha mengalihkan pembicaraan dan mengakhiri pertemuan hari ini, dia takut sesuatu yang tak diinginkannya benar-benar terjadi.

Dewa lantas ikut berdiri dan tak lupa mereka berjabat tangan dahulu sebelum mereka berpisah.

...****************...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!