Chapter 4 | Cookies Coklat

Aroma khas kue panggang memenuhi atmosfir rumah keluarga Alea. Aroma manisnya memicu rasa perih pada perut Alea dan membuat Alea tanpa sadar menelan salivanya. Alea lantas meluncur ke dapur dari kamarnya dilantai dua meninggalkan buku yang sedang dibacanya.

"Waaah, kayaknya kuenya enak banget Ma". Mata Alea berbinar melihat Cookies yang baru saja di angkat dari panggangan.

Ibunya tersenyum manis melihat anak gadisnya menodongkan tubuhnya didepan loyang berisi kue panggang yang masih mengepul, dan tak sabar untuk menyantapnya.

"Masih panas, tunggu sebentar lagi".

Alea duduk di kursi sambil mencondongkan badannya ke depan, sedang pandangannya masih tidak beranjak dari cookies coklat yang tertata rapih di loyang. Ibunya sendiri masih sibuk memasukkan loyang lain ke dalam oven.

"Lea nggak main sama Fre? "

"Dia lagi sibuk latihan silat Ma".

Ibunya mengangguk mendengar jawaban anak perempuan satu-satunya itu.

"Semester depan sudah mulai penjurusan kelas ya? Kemarin Ibu Devi buat pengumuman di grup chat orang tua siswa".

"Iya Ma".

Alea mendadak teringat dengan rencana konyol Freya yang mengusulkan dia untuk masuk di jurusan Social. Dalam hatinya berbisik mungkin ini waktunya untuk menanyakan pendapat ibunya.

"Ma, kalau Lea masuk di jurusan Social gimana? " Alea memberanikan diri bertanya dengan ragu-ragu.

Ibunya sedikit terkejut mendengar pertanyaan Alea. Selama ini Ibunya mengenal Alea sebagai anak perempuan yang jarang mengungkapkan pendapatnya sendiri. Selalu menyerahkan pilihan pada keluarganya dan seperti tidak memiliki keinginan sendiri.

"Boleh dong, tapi kalau boleh Mama tau apa alasannya? " Ibunya sangat antusias menyadari perubahan pada anak perempuannya sambil tangannya sibuk memindahkan cookies ke wadah toples.

Alea terdiam, bola matanya bergerak ke kanan ke kiri, dia gegabah karena belum menyiapkan alasan atas pernyataan mendadaknya. Seketika otaknya berfikir cepat mencari-cari alasan yang mungkin bisa dia gunakan. Dalam benaknya bergulat, tidak mungkin dia mengatakan alasan yang sebenarnya pada Ibunya.

Sebuah alasan yang tidak terlalu bagus terbersit di otaknya. "Emmm, Lea ingin mempelajari tentang karakter sosial Ma".

Ibunya memandang Lea dengan ekspresi sedikit bingung. "Maksudnya? Memang apa hubungannya dengan jurusan Social? "

Wanita cantik berpenampilan anggun itu berjalan sambil membawa toples yang berisi cookies coklat dan duduk di kursi sebrang Alea.

"Menurut Lea, anak-anak di jurusan social itu lebih beragam dibandingkan jurusan science, jumlah populasinya juga lebih besar, karakter anak-anaknya juga cenderung lebih bebas dan ekpresif jadi Lea bisa mempelajari berbagai macam karakter dan penyebab terbentuknya karakter itu". Alea berbicara panjang lebar dengan terbata-bata.

Mata Ibu berparas ayu itu mengernyit, mendengar penjelasan putri tersayangnya. "Jadi, intinya?"

"Lea pingin jadi Jaksa". Gadis pendiam itu menjawab dengan spontan tanpa berpikir panjang.

Mata Ibunya terbelalak mendengar jawaban yang tak terduga dari putrinya. Putri yang selama ini selalu juara Olimpiade Matematika itu tiba-tiba tertarik dengan Ilmu Sosial membuat Ibu dua anak itu tertegun keheranan. Ibunya tidak pernah menyangka jika putrinya selama ini memiliki cita-cita menjadi jaksa.

"Menjadi Jaksa juga bagus". Senyum anggun Ibunya mengiasi wajah ayunya sambil menyodorkan setoples cookies coklat buatannya pada Alea.

Alea menyadari bahwa jawabannya barusan sangat mengandung resiko yang sangat besar. Dia harus mempertanggungjawabkan dan mengejar cita-cita yang diucapkan spontan itu dengan sungguh-sungguh jika disetujui dan diizinkan oleh keluarganya.

Dia sebenarnya tidak pernah benar-benar memikirkan cita-citanya selama ini. Dia selalu berpikir bahwa kedepannya mungkin harus mengikuti jejak ayah dan kakaknya menjadi seorang dokter. Namun, untuk alasan mendekati seorang anak lelaki dia terpaksa memiliki cita-cita mendadak untuk menjadi jaksa. Misi Blind Choice kali ini benar-benar membuat Alea terpaksa mengambil keputusan yang ekstrim di hidupnya.

Alea mengambil cookies coklat di depannya dan memakannya, sedang pikirannya melayang entah kemana. Cookies coklat kali ini benar-benar terasa pahit di lidahnya, rasa manis yang tersimpan pada keping kue kering itu tiba-tiba menghilang dan sembunyi. Alea paham bahwa hari-hari kedepannya akan menjadi lebih sulit.

"Bagaimana rasanya? " Celetuk Ibunya membuyarkan lamunan Alea.

Alea tersentak mendengar pertanyaan Ibunya. "Enak Ma, enak banget, kue buatan Mama kan emang paling top". Senyum canggung Alea dengan kedua jempolnya diacungkan ke arah Ibunya.

Alea masih terus mengunyah cookies coklat sambil memperhatikan kesibukan Ibu menyelesaikan panggangan kuenya.

"Oh iya, sebelum formulir penjurusannya dikumpulkan Mama boleh baca dulu kan? " Senyum teduh Ibunya selalu terpancar pada wajahnya.

"Tentu Ma, kan formulirnya harus ditanda tangan wali murid". Jawab Alea terbata sambil menyadari bahwa formulirnya belum sempat diisi olehnya.

"Ma, emangnya Papa bakal setuju sama pilihan Lea? Kira-kira Papa marah engga ya? " Alea bertanya dengan ragu-ragu mengingat Ayahnya memang seseorang yang lembut, jarang bicara namun tegas terhadap kehidupan anak-anaknya.

"Lea tenang aja, serahkan semua sama Mama". Kerlingan mata Ibunya semakin membuat Alea terbebani dan merasa bersalah.

Alea paham, Ibunya pasti menanggapi semua yang Alea katakan barusan dengan serius. Alea sedikit menyesal tapi dia tidak mungkin bisa menarik kembali kata-kata yang sudah diucapkannya. Hal yang harus dia lakukan sekarang hanyalah melakukan semuanya dengan serius dan sungguh-sungguh tanpa mengecewakan Ibu yang sangat disayanginya.

"Sejak kapan Lea tertarik menjadi Jaksa". Pertanyaan tak terduga dari Ibunya melesat bak serangan dadakan yang tepat menembus otaknya.

Alea terkesiap, cookies yang sedang dikunyahnya buru-buru ditelan meskipun serat di tenggorokan. Otaknya dipaksa berpikir keras lagi untuk mencari jawaban yang sinkron. Alea berdiri mencangking mug dan mengisinya dengan air dingin berharap dapat mengulur waktu bagi otaknya menyusun jawaban. Alea duduk kembali, tangannya menggenggam mug dengan erat, diminumnya pelan-pelan air dingin yang langsung membasahi tenggorokannya.

"Sebenernya, itu belum lama Ma". Alea megutuki dirinya sendiri karena membahas pilihan jurusan tanpa persiapan apa-apa. "Lea kan kemarin nggak sengaja lihat drama tentang kejaksaan, ternyata keren banget. Terus Lea baca novel sherlock holmes juga dan itu seru banget". Jawab Alea sekenanya. "Sejak itu, Lea jadi kepikiran untuk jadi Jaksa".

"Emmm... ". Ibunya manggut-manggut mendengar jawaban putri kecilnya. "Sekarang Lea suka nonton drama? ". Pertanyaan lain yang tak terduga menyerbu Alea.

Sejak dulu Ibunya tau kalau Alea bukan pencinta drama atau film. Beberapa kali Ibunya mengajaknya menonton film dibioskop saja ditolaknya dengan alasan tak menarik baginya. Alea yang sejak kecil seperti tergila-gila dengan ilmu hitung jarang sekali melirik novel, cerita fiksi bahkan sastra. Baginya buku-buku tersebut terlalu berlebihan dan tak logis. Namun Alea tiba-tiba menggunakan drama dan novel menjadi alasan dia menemukan tujuan hidupnya merupakan ketidak singkronan yang dipaksakan.

"Lea nggak sengaja lihat drama itu di rumah Fre Ma, dia kan pencinta drama terutama genre action". Alea buru-buru mencari alasan untuk menghilangkan keraguan Ibunya.

Menyadari posisinya semakin berbahaya, Alea berencana segera kembali ke kamarnya. Jika semakin lama di dapur, dia mungkin akan diserang dengan pertanyaan-pertanyaan lain yang semakin menyulitkannya. Kebetulan Bi Imah masuk membawa beberapa bahan masakan. Alea segera bangkit dan mencuci mug yang dipakainya.

"Ma, Lea ke kamar dulu ya, cookiesnya beneran enak banget". Alea memeluk mamanya dengan hangat. Ibunya membalasnya dengan mengelus ubun-ubun putrinya.

"Ah, formulirnya nanti Lea taruh di meja kerja Mama". Lea segera melepas pelukannya dan bersiap lari ke kamarnya.

" Oke". Ibunya mengangguk dengan senyumnya yang ramah dan menenangkan.

Alea segera melangkah ke arah tangga, ingin sekali dia berlari dengan cepat, namun ditahannya dan mencoba berjalan dengan biasa.

...****************...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!