Masih di pagi hari yang cerah, dimana sebagian besar sebuah cerita dimulai. Alea yang tinggal di perumahan yang bisa dibilang kawasan elit membuka pintu kayu yang tinggi terbuat dari kayu jati yang diukir apik. Alea berjalan ke halaman rumahnya dengan sesekali menguap malas. Salah satu hal yang paling tidak disukai Alea dari libur sekolah adalah tak perlu melakukan apa pun. Baginya diam di rumah tanpa melakukan apa pun sangat menjemukkan. Puluhan buku sudah dia tamatkannya, channel TV sudah berkali-kali digantinya, handphone terus menyala sampai baterainya habis, namun kebosanan semakin menjadi dan waktu terasa berjalan sangat lambat.
Alea sering heran dengan sorakan dan semangat teman-teman sekolahnya saat menyambut liburan sekolah. Batinnya sering bertanya semenarik dan semenyenangkan apa liburan murid lain hingga mereka selalu menunjukkan euforia bahagia yang berlebihan. Tangan lembut dengan jari-jari lentik Alea menarik malas selang berwarna orange dari pinggiran halaman rumahnya. Di seretnya selang yang tergulung rapih hingga mengurai panjang melewati seluruh halaman rumahnya.
Ditariknya keran stainless ke samping, seketika air mengalir dari ujung selang yang telah dipasang sprayer. Alea menyiram tanaman bunga yang di tanam oleh ibunya dengan merata. Saat Alea sedang sibuk mengairi bunga-bunga yang sebagian sedang mekar, beberapa kali penjaja makanan melintas di depan rumahnya. Sepuluh menit yang lalu penjual kue putu dengan suara peluit uap yang khas berlalu meninggalkan aroma manis yang membuat perut bergejolak meminta di isi. Tak lama kemudian klentingan sendok yang dipukulkan pada mangkuk dengan ketukan yang khas dan cepat menarik perhatian beberapa penghuni di gang rumah Alea. Perempuan paruh baya yang mengenakan daster bunga-bunga keluar dari pintu rumahnya sambil menenteng mangkuk.
Alea hanya melirik sekilas saat gerobak yang mengeluarkan suara kemelenting berhenti di ujung jalan dan telah di kelilingi beberapa orang. Alea kembali fokus menyiram tanaman dengan rajin. Disiraminya semua tanaman di halaman rumahnya tanpa terlewat satu pun. Alea tak tergoda sedikitpun dengan serangan aroma gurih dan nikmat yang ditinggalkan oleh gerobak penjaja makanan yang lewat silih berganti.
Saat Alea sedang menyiram pohon palm yang masih pendek di halaman rumahnya dekat jalan, terlihat seorang gadis berlari terburu-buru menghampirinya.
"Leaaaaaaa", teriak gadis itu dari kejauhan.
Alea lantas menengok ke sumber suara yang memang berteriak dengan suara keras. Ketika gadis itu sampai di depan Alea, dia menekuk punggungnya ke depan dengan tangan bersandar di lutut seperti gerakan ruku sambil bernafas ngos-ngosan. Dibiarkan saja gadis itu agar dia mengatur nafasnya dulu. Butuh beberapa menit bagi gadis yang sudah Alea kenal itu untuk meredam gemuruh jantungnya dan menyelaraskan tarikan nafasnya kembali.
"Leaaaa", teriaknya lagi dengan suara gemas. "Lo hutang cerita sama gue", seketika gadis yang tak lain sahabatnya itu menubruk Alea dari belakang. Dikalungkannya tangan kanannya ke leher Alea sambil kakinya berjingkrak-jingkrak.
Alea hanya berdiri pasrah saat tubuhnya ikut tergoncang oleh kehebohan Freya.
"Ceritain dengan detail dan terperinci waktu kemaren lo jalan sama Dewa", Freya masih gemas sambil menggoncang-goncang tubuh Alea yang kecil itu.
Alea lantas berjalan menghampiri keran air dan mematikannya. Alea berjalan sedikit lalu menggulung selang orange nya yang terulur panjang dihalaman. Freya tak mengikuti Alea, dia berjalan dengan riang menuju dua kursi yang tertata diteras rumah Alea. Diantara kursi itu terdapat meja bundar yang diatasnya tersaji jus mangga dan beberapa roti lapis coklat. Freya menuang jus ke gelas lalu meminumnya dengan cepat. Ditungguinya Alea dengan menikmati roti lapis dan jus mangga yang sedikit asam itu.
Alea berjalan menghampiri Freya dengan langkah gontai dan malas, sedangkan Freya terlihat sangat semangat dan antusias menunggu temannya itu. Alea bukannya tidak suka dengan kedatangan Freya, namun Alea yakin Freya datang untuk meledeknya dan membombardirnya dengan banyak pertanyaan perihal perjalanannya mencari duren dengan Dewa.
Alea duduk dikursi sambil menyenderkan punggungnya ke belakang. Freya yang masih antusias, seperti sudah tak sabar melemparkan banyak pertanyaan pada Alea.
"Jadi... ", Freya menelan roti lapis coklatnya dengan cepat. "Jadi kemarin lo ngapain aja sama Dewa", tanyanya dengan histeris sambil tangan kirinya reflek memukul-mukul meja dengan keras.
Alea melirik sahabatnya dengan malas. Tingkahnya yang berlebihan membuatnya ingin tidur saja. "Ya beli duren, sesuai permintaan Johar", jawab Alea seadanya.
"Yakin cuman beli duren aja, kalau bohong hidungnya jerawatan lo", ledek Freya dengan suara manja.
Alea tersenyum tipis mendengar kata-kata Freya, tentu saja Alea tidak mau hidungnya mejadi panjang karena tumbuh jerawat besar di hidungnya.
"Emmm", ragu-ragu Alea menceritakan perjalanannya dengan Dewa. " Sebelum beli duren, Dewa ngajak makan bakso dulu", ungkap Alea yang seketika pipinya memerah.
"Sumpah... ", teriak Freya kencang lalu menutup mulutnya.
Alea sudah mengira jika Freya pasti heboh. Alea meminta Freya agar mengendalikan suaranya, agar tak terdengar ke dalam rumah dimana ibunya sedang sibuk membuat kue di dapur.
"Ceritain semua ke gue, pokoknya", pinta Freya tak sabar. Kali ini dia sudah menurunkan volume suaranya.
"Dewa nanya gue suka nasi apa bakso, trus gue jawab aja bakso. Jadi kita makan bakso dulu terus setelah itu kita langsung beli duren. Uda gitu aja", cerita Alea dengan singkat, padat, jelas, namun tak memuaskan Freya.
"Dewa ngomong apa aja? Dia cuek nggak? Atau dia galak?", tanya Freya dengan penasaran.
"Dewa baik, ramah dan ngambekan", kenang Alea dengan sedikit tersipu.
"Cie... yang uda kena pelet Dewa", ledek Freya.
"Ngaco lo", bantah Alea sebal.
"Menurut lo Dewa gimana? First impression lo ke dia gimana? ", tanya Freya lagi yang belum puas mendengar penjelasan sahabatnya.
"Dewa pokoknya baik, nggak dingin dan nggak cuek kayak yang orang-orang bilang", tambah Alea.
"Gue gemes sama lo, ceritain detailnya tolong, gimana perasaan lo pas bareng Dewa", Freya semakin nggak sabar.
Alea sebal mendengar desakan Freya, namun akhirnya dia ceritakan panjang lebar dengan blak-blakan.
"Awalnya gue takut sama Dewa, terus dia yang nyamperin gue duluan. Dia ngasih helm sambil senyum, grogi deh gue, tremor pula tangan gue. Eh dia malah tambah senyum lebar, panas dingin lah badan. Dia nurunin step motor, perhatian banget, tapi batin gue bilang mungkin dia emang biasa kayak gitu aja kali. Gue duduk agak mundur, takutnya Dewa risih kalau gue deket-deket, eh malah dia kasih tas nya, ya udah gue taro aja didepan gue. Waktu motor mau maju tiba-tiba Dewa nyuruh gue pegangan, lah tambah tremor tangan gue, mau pegangan kemana coba. Akhirnya gue pegangan hoodienya aja. Trus kita mampir ke cafe bakso, kita makan di situ. Eh malah Kak Kevin bolak balik kirim pesan nanyain gue dimana. Dan lo tau waktu gue bilang kalau gue mau bohong sama Kak Kevin tentang keberadaan gue, Dewa malah ngambek. Dia kayaknya gak suka banget sama orang yang bohong. Dia malah nyuruh gue kasih tau aja kalau gue sekarang lagi sama dia. Lah ya gue gak mau, berabe nanti, bisa-bisa Kak Kevin nyusulin kita. Tapi Dewa malah bilang dia gak takut kalau Kak Kevin ndatangin kita. Kata Dewa dia gak akan biarin Kak Kevin bawa gue pergi", papar Alea panjang lebar tanpa jeda.
Freya mendengar cerita Alea dengan penuh antusias dan berkali-kali tertawa.
"Wah gila, pertama jalan bareng aja kalian uda salting-saltingan", komentar Freya heboh. " Gue yakin Dewa suka sama lo, soalnya setau gue Dewa tipe cowok yang nggak mau bonceng cewek. Dia tuh cuek dan dingin uda kayak kulkas yang ditaruh di kutub selatan".
"Ngarang aja lo, mungkin aja Dewa emang orangnya baik. Gue gak mau berekspektasi terlalu tinggi", ucap Alea.
"Tapi, ngomong-ngomong lo kayaknya uda mulai suka ya sama Dewa", goda Freya.
Alea wajahnya memerah seperti kepiting rebus. "Nggaaaak", bantah Alea.
"Cie... uda kelihatan kok, ngaku aja deh lo. Lo nggak bakal bisa bohongin gue, gue uda kenal lo lama ya", desak Freya.
"Jangan ledekin gue mulu napa", pinta Alea.
"Jujur dulu", paksa Freya.
"Emmm, kayaknya sih. Gue aja belum yakin", jawab Alea malu-malu. "Gue harus pastiin dulu perasaan gue".
"Wah kayaknya misi kali ini bukan karna Blind Choice lagi nih, tapi uda pake perasaan", goda Freya lagi.
"Uda dong, gue malu", mohon Alea.
"Gue pingin denger lagi cerita lo, habis itu kalian kemana", Freya masih terus menggoda Alea dengan banyak pertanyaan.
Alea hanya merajuk sebal pada Freya. Pembicaraan mereka sepanjang hari itu masih terus berkutat tentang Dewa.
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 29 Episodes
Comments