Hari senin yang cukup sibuk, hari ini kegiatan sekolah dimulai kembali. Setelah satu minggu libur semester, murid-murid memulai kembali aktivitas belajarnya disekolah. Jalanan ramai, angkutan umum dipenuhi murid-murid berseragam, motor berjejer membonceng siswa, sepedah berkejaran di trotoar jalan, beberapa siswa berlari mengejar teman-temannya. Di setiap sudut kota dipenuhi hiruk pikuk orang-orang, baik muda, remaja, setengah baya, tua, yang berseragam, berkebaya, bersarung, berjas, maupun yang bertato. Masing-masing orang sibuk dengan urusannya sendiri dan berusaha mengabaikan orang lain.
Alea dan Freya seperti biasa berangkat sekolah bersama. Rumah Alea dan Freya memang berada di komplek perumahan yang sama hanya berbeda gang saja. Awalnya Alea dan Freya berencana berangkat sekolah menaiki angkutan umum, namun saat mereka sedang berjalan menuju halte, tepatnya di pertigaan gang perumahannya, mereka berpapasan dengan mobil honda civic berwarna silver yang tidak asing. Kak Farrel batin mereka berdua. Mobil itu berhenti sebelum memasuki gang, diturunkannya kaca pintu sebelah kiri. Laki-laki muda berumur 20 tahunan duduk di kursi kemudi. Meskipun wajahnya terlihat lesu namun tidak sedikitpun mengurangi ketampanannya.

"Ayo naik, gue anterin", seru Kak Farrel dari dalam mobil.
Alea dan Freya lantas masuk ke dalam mobil dengan segera. Mereka berdua duduk di kursi belakang bersama.
"Gak ada yang di depan nih? Uda persis kayak supir aja gue", protes Kak Farrel.
"Hihi,,, maaf Kak", wajah Freya nyengir.
"Nasib emang", gerutu Kak Farrel. "Asal kalian tau aja nih, cewek-cewek dikampus berebut duduk di kursi depan, kalian malah anggurin gitu aja", omel Kak Farrel yang dengan cekatan memutar kemudi.
"Ogah kita mah, Kakak uda 2 hari gak mandi juga", ucap Alea sambil menutup hidungnya.
Alea dan Farrel hidup dalam keluarga yang menjunjung tinggi sikap hormat dan sopan santun. Oleh karena itu, Alea dan Farrel saling memanggil dengan sebutan Kak dan Adek atau Dek. Orang lain mungkin sedikit risih mendengarnya, apalagi bagi anak-anak gaul yang biasa saling memanggil dengan kata elo, lo, atau langsung memanggil nama. Di rumah keluarga Alea hirarki dalam memanggil sebutan sangat dijunjung tinggi. Freya yang sejak kecil sudah bergaul dengan mereka secara otomatis pun mengikutinya.
"Biar kata gue gak mandi juga tetep wangi", Kak Farrel melajukan mobilnya dengan hati-hati saat memasuki jalanan kota.
"Masalahnya Kakak bukan cuman gak mandi doang, tapi bersilaturahmi dengan mayat juga", Alea masih sesekali menutup hidungnya.
"Namanya juga mahasiswa kedokteran ya wajar aja, nanti waktu adek kuliah kedokteran juga bakal ngalamin", ucap Kak Farrel yang mencoba mencari jalan diantara ratusan motor.
Alea dan Freya saling tatap seperti saling mengirim kode. Kak Farrel tentu belum tau jika Alea memutuskan masuk jurusan social. Sepengetahuan Kak Farrel, Alea juga akan kuliah kedokteran seperti dirinya. Kak Farrel memang jarang dirumah, waktunya hampir dihabiskan di kampus, laboratorium atau perpustakaan. Kemungkinan besar ibu Alea belum menceritakan keputusan adiknya yang memilih jurusan social. Meski Kak Farrel bukan seseorang yang berwatak keras, namun tetap saja Alea dan Freya cukup khawatir membayangkan bagaimana reaksi Kak Farrel saat tau Alea masuk jurusan social.
Freya dan Alea melihat keluar jendela mobil, pemandangan jalan yang penuh sesak dengan kendaraan bermotor terpampang di sepanjang jalan. Kak Farrel berusaha dengan fokus, sabar dan hati-hati, untuk dapat keluar dari kemacetan. Hampir 15 menit mereka terjebak kemacetan panjang, hingga akhirnya mobil dapat melaju dengan lancar tanpa hambatan yang berarti.
"Eh liburan kemarin kalian sibuk ngapain? ", Kak Farrel membuka kembali obrolan setelah berhasil memasuki jalanan yang cukup lenggang.
"Kita main, kulineran, sama shopping", jawab Freya sambil masih mengamati jalanan.
"Adek juga? ", tanya Farrel pada Alea.
"Iya, ternyata asik juga main di game zone", jawab Alea semangat.
"Tumben banget, biasanya adek di rumah doang, paling keluar ke perpustakaan atau cafe buku", Kak Farrel heran dengan perubahan adiknya.
"Butuh perjuangan keras sih Kak buat maksa Lea biar mau diajak main", keluh Freya yang hampir setiap hari selama liburan datang kerumah Alea, memaksa Alea untuk bermain dengannya. Menurut Freya sudah waktunya Alea melihat dunia luar yang begitu indah dan menyenangkan.
"Wah hebat banget kamu Fey", puji Kak Farrel sambil mengacungkan jempolnnya ke belakang. "Lain kali kita main bareng kalau gitu".
"Beneran janji ya, kita tungguin pokoknya", semangat Freya.
"Paling Kakak juga gak punya waktu", gumam Alea yang sangat hapal dengan kesibukan Kakaknya.
"Baru inget gue, Kevin dari kemarin nyariin kamu Dek", Kak Farrel baru ingat jika kesibukannya sering diganggu oleh Kevin yang tak hentinya mencari keberadaan Alea.
Alea dan Freya sudah tak heran dengan kelakuan Kakak kelasnya itu yang tak tahan jika tak bertemu Alea. Usut punya usut ternyata alasan Alea mau bermain dengan Freya salah satunya untuk menghindari Kevin yang biasanya mendatanginya di perpustakaan atau di cafe buku.
"Dia nelfon gue berkali-kali, spam chat juga, malah pernah datang ke kampus, effortnya sungguh perlu diapresiasi", cerita Kak Farrel yang tak habis fikir dengan kebucinan Kevin.
Alea dan Freya mendengarkan cerita Kak Farrel dengan malas. Cerita seperti itu sudah sering didengarnya sejak mereka masih SMP.
"Dia bilang uda telfon dan chat adek berkali-kali tapi nggak ada respon, mana imajinasinya di luar nalar lagi, takut adek diculik lah, kecelakaan lah, kesasar lah, pokoknya ngeri banget bayangan dia. Kan gue jadi ikut panik, gue langsung hubungin mama, ternyata kata mama, adek main sama Fey", lanjut cerita Kak Farrel yang tak terasa sudah sampai di depan gerbang SMA Praditya.
Alea dan Freya langsung turun dari mobil setelah mengucapkan terima kasih pada Kak Farrel. Sebelum mobil Kak Farrel melesat meninggalkan mereka, Kak Farrel menekan klakson pelan sambil melambaikan tangan sekali. Alea dan Freya membalasnya dengan lambaian tangan dan senyum cerah.
Alea dan Freya berjalan cepat memasuki area sekolah. Jarak antara gerbang dengan kelas memang cukup jauh, mereka harus melewati taman yang luas dan lapangan sepak bola yang besar. Setelah beberapa menit mereka telah sampai di gedung social. Di SMA Praditya gedung jurusan memang sengaja di pisah. Gedung sisi kiri diperuntukkan jurusan social sedang gedung sisi kanan untuk jurusan science. Jarak antar gedung memang tak terlalu jauh namun luas dan besarnya gedung cukup membuat mereka lelah jika harus memutarinya.
Semester dua ini mereka jelas berganti kelas karena sudah mamsuki penjurusan, kebetulan pengumuman pembagian kelas dipasang hari ini, di pusat informasi yang berada di tengah-tengah antara gedung social dan science. Alea kebetulan sudah mengetahui kelasnya, karena pada hari sabtu Bu Devi menemuin ibunya untuk membahas pilihan jurusan Alea. Setelah pertimbangan dan pembahasan panjang antara Ibu Alea dan Bu Devi akhirnya diputuskan Alea masuk dijurusan social. Dan hari itu juga Bu Devi langsung memutuskan dikelas mana Alea akan tinggal.
Alea langsung menaiki tangga gedung social, karena kebetulan kelasnya berada di lantai 7. Alea menaiki tangga sendiri, sedangkan Freya berlari menuju pusat informasi untuk mengetahui dimana kelasnya. Alea sebenarnya ingin ikut melihat pengumuman pembagian kelas, namun diurungkannya karena pasti pusat informasi penuh sesak oleh murid-murid.
Alea sudah sampai di lantai 7, disusurinya lorong kelas yang masih sedikit sepi, kemungkinan besar murid-murid masih berkumpul di pusat informasi. Dilewatinya beberapa kelas, hingga akhirnya dia berhenti di depan kelas dengan papan tergantung bertuliskan 10A Social. Alea memasuki kelas lewat pintu depan, kebetulan kelasnya memiliki dua pintu, disisi depan yang sejajar meja guru dan sisi belakang yang sejajar dengan loker-loker siswa. Alea berjalan melewati meja dan kursi yang tertata rapih, setiap siswa duduk sendiri dengan satu meja dan satu kursi. Dibaris kedua meja ke 3 duduk seorang murid perempuan dengan rambut kepang satu memperhatikan Alea dengan sedikit perasaan aneh. Alea lantas duduk di baris kelima dekat dengan jendela di meja no 1 dari depan. Dia letakkan tas nya di samping mejanya.
"Lea, lo kayaknya salah gedung deh, gedung science ada di sebrang", seru gadis berkepang satu yang masih melihat Alea dengan keheranan.
"Bener kok, gue masuk social", jawab Alea dengan senyum ramahnya.
Murid berkepang satu itu masih melongo tak percaya Alea masuk jurusan social, saat dari pintu sisi belakang masuk tiga orang murid laki-laki yang juga terkejut dan tak percaya saat melihat Alea duduk manis di kursi depan samping jendela. Tiga murid laki-laki yang tak lain Dewa, Dzikri dan Willy itu saling pandang sambil berjalan menuju kursi paling belakang dari semua barisan. Dewa yang duduk di kursi belakang dekat jendela masih memperhatikan gadis yang duduk 4 meja di depannya.
Saat Dewa masih menimbang akan menghampiri gadis di depannya atau tidak, dari arah pintu depan masuk seorang murid laki-laki dengan berlari dan tergesa-gesa. Murid laki-laki itu tentu sangat Dewa kenal. Dari wajahnya terpancar emosi yang meluap-luap. Dengan nafas yang masih ngos-ngosan murid laki-laki itu langsung menghampiri meja Alea.
Murid laki-laki itu menatap Alea dengan marah.Alea membalas tatapannya tanpa bergeming. Dewa yang memperhatikan dari kursi belakang sudah dapat memprediksi keributan apa yang mungkin terjadi dikelasnya di pagi hari yang panas ini.
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 29 Episodes
Comments