.
.
.
malam-malam,
Ana berganti pakaian di Toko lalu muncul di depan An yang terbatuk seketika melihat pakaian minim Ana.
"gantiii !!" titah An yang tidak suka jika tubuh saudara kembarnya itu di pertontonkan lelaki yang ada di Bar.
"An ini pakaian yang paling sopan..!?" rengek Ana.
An bangkit lalu mencari gaun untuk Ana dan Ana melotot horror ketika An memilihkannya baju panjang lengan serta celana longgar yang panjang.
"memangnya aku mau kemana?? aku harus pakai rok, aku sudah bilang dapat hukuman kan? kalau pakai begini ke Mal aku mau tapi kalau ke Bar sama sekali tidak cocok An, aku bisa diejek anak Desa." rengek Ana memelas.
"kalau begitu tidak usah datang ke Bar!" jawaban simpel An.
Ana berdecak sebal terpaksa menuruti permintaan An sebab jika Ana tidak menurut sama saja Ia akan dibilang pengecut oleh Teman masa kampusnya karna kalah taruhan tapi tidak berani menjalani hukuman.
Ana keluar dengan wajah ditekuk, "puas???"
An mengangguk, "cepat..! hanya 1 jam kan?"
Ana menggerutu di tarik oleh An yang tidak mengizinkannya mengenakan gaun minim, An itu sama seperti Rovert yang tidak suka anak-anaknya mengenakan gaun minim berbeda dengan Alena yang memang tidak suka mengenakan gaun minim apalagi memperlihatkan lekukan tubuhnya itu sungguh Alena merasa geli, bahkan saat menari balet pun Alena lebih memilih mundur dari kesenangannya itu mengikuti berbagai lomba tapi Alena suka menari untuk dirinya sendiri saja.
setibanya di Bar,
Ana merangkul lengan An layaknya kekasih sementara tangan An yang di rangkul dimasukkan ke kantong celananya.
"dimana teman-temanmu?" tanya An.
"Ha??" tanya Ana sedikit berteriak karna suara musik.
An pun menghela nafas sebenarnya Ia malas memasuki tempat ini tapi demi menjaga saudara kembarnya yang keras kepala itu harus dipaksa juga memasuki tempat itu. An suka ketenangan tidak suka tempat berisik.
Ana mengedarkan pandangannya lalu menemukan Teman Kampusnya, "aku kesana ya??" teriak Ana.
An menarik lengan Ana yang hendak berlari ke teman-teman kampusnya itu, hampir merata teman Kampus Ana sejak awal terlibat pergaulan bebas oleh sebab itu Ana harus dijaga sangat ketat sampai detik ini.
Ana tersenyum lebar segera berpindah lalu mendorong tubuh An menuju teman kampusnya itu kecuali Ariel (Teman sekamar Ana yang pernah dipaksa menjebak Ana oleh Romeo tapi mengadu pada An meminta bantuan An menyelamatkan Ana), jujur saja Ariel takut bertemu dengan An.
"bagaimana?? aku menepati janji hukumanku kan?" teriak Ana ke Teman-teman Kampusnya.
Ana memutar kedua bola matanya dengan jengah melihat tatapan takjub teman-teman kampusnya dulu itu ke Saudara kembarnya.
"Kalian dengar aku tidak??" teriak Ana menyenggol salah satu temannya yang tersadar.
Ana sampai terbatuk-batuk saking kerasnya berteriak, An menepuk-nepuk leher belakang Ana begitu pengertian sehingga teman kampus Ana yang baper dengan jenis perhatian kecil An itu.
"belum...!! kamu belum menari..!" teriak salah satu dari mereka.
"janjinya 1 jam kan?"
"kenapa memakai pakaian begini?"
Ana menunjuk saudara kembarnya, "dia tidak mengizinkanku memakai baju minim." teriak Ana.
An benar-benar ingin menjungkir-balikkan Bar itu saking tidak suka nya suara dentuman musik itu sampai Ana yang tau An suka ketenangan mencari Manager Bar memberi Ruangan yang lebih tenang untuk Saudara kembarnya tapi An masih bisa mengawasi Ana lewat pantulan kaca.
"berapa lama?" tanya An dengan dingin.
Ana tersenyum lebar menangkup kedua pipi An, "aku akan datang 1 jam lagi ya? hukumanku 1 jam."
Ana hendak pergi tapi dicekal oleh An, "aku akan berada didekatmu."
Ana menurut saja daripada An mengadu pada Mommynya bisa berbahaya nasib Ana nanti, efek punya teman yang kekinian memang sangat menyebalkan apalagi Ana punya harga diri tinggi tidak suka di katakan ketinggalan zaman sehingga Ia harus menuruti tantangan teman.
.
Ana dan Teman-teman kampusnya menari ditengah kerasnya musik, sementara An duduk tidak jauh dari Ana walau Ia tidak suka dengan suara keras tapi demi menjaga Ana harus dipaksakan.
"Ana kenapa Saudara kembarmu menatapmu seperti itu?"
"biarkan saja, dia CCTV berjalan." jawab Ana seketika membuat teman-temannya tertawa lepas, jika mereka berada di posisi Ana pastilah dengan senang hati rela memiliki CCTV berjalan seperti An.
An tidak peduli dengan banyaknya wanita Bar yang mendekatinya menawari minuman, Ia tidak akan mencemari tubuhnya yang sangat menjaga kesehatan itu dengan segelas minuman keras malah mengusir mereka semua tanpa hati.
"Tuan Muda An?" panggil seseorang yang mulai menghalangi pandangan An pada Ana.
"minggir...!" An bangkit menepis lengan Pria itu yang melihat ke arah tatapan An ternyata tengah memperhatikan Ana si Saudara kembar An.
"bedeb*h..!" An hendak menyusul Ana yang di kelilingi banyak Pria tapi ternyata Ana sudah bergerak cepat menendang mereka semua untuk tidak mengganggu kesenangannya yang baru pertama kali bisa memasuki Bar.
An menghela nafas lega karna kekhawatirannya terlalu berlebihan padahal Ia sendiri tau kalau Ana adalah si Psikopat Racun.
"percuma saja aku mengkhawatirkannya." batin An tersenyum tipis.
"bisa kita bicara sebentar secara pribadi?" tanya Pria yang tadi menyapa An.
An melirik Pria itu ternyata adalah Lancord yang terkenal Psikopatnya yang aneh itu suka mengoleksi jari kelingking orang.
"kita tidak sedekat itu untuk bicara hal pribadi." jawab An dengan dingin.
Lancord terkekeh lalu langsung bertanya to the point apakah An yang menghabisi Romeo sebab Pria itu telah menjadi Orangnya Lancord sehingga apa yang An lakukan sama saja menyerangnya padahal selama ini mereka tidak pernah terlibat perkelahian apapun.
di dunia mafia kejam seperti yang mereka geluti memang kematian adalah hal biasa tapi penyebabnya hanya masalah kecil bisa menjadi masalah besar dan terjadi pertumpahan darah antar mafia.
An menyunggingkan senyum tipisnya, "jadi kau sedang mengibarkan bendera perang padaku?"
Lancord tertawa, "tidak...! aku hanya memperingatimu."
An tertawa seperti meremehkan Lancord, "lebih baik kau jaga saja wanita mutiara berlianmu itu jangan sampai kau mati ditanganku lalu dia bebas darimu."
Lancord terbelalak mendengarnya, "ba-bagaimana bisa kau mengenal Carrina-Ku?"
"Pria yang kau katakan bawahanmu itu yang tergila-gila pada saudara kembarku membandingkannya dengan wanitamu. ku beritau alasannya, yang menghabisi Bawahanmu itu Saudara kembarku..! dia tidak suka dibandingkan oleh Pria seperti itu dan dengan mudahnya lisan busuknya itu mengatakan saudaraku Bunga Liar sementara Wanitamu itu Bunga Jinak dan Penurut." An bicara panjang sekali dalam 1 tarikan nafas.
Lancord mengepalkan tangannya mendengar perkataan An walau suara musik lebih keras dari pada suara An, "tidak mungkin dia bilang begitu."
An tertawa kecil, "ternyata kau bodoh juga mudah diperdaya oleh Orang bodoh seperti dia." ejek An dengan wajah datarnya itu.
Lancord seketika naik pitam dikatakan bodoh oleh An, Ia pun meninju An tapi ditahan oleh tangan An yang bergerak cepat menyadari pergerakan tiba-tiba Lancord.
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 262 Episodes
Comments
Sani Srimulyani
wiiiihhh seru nih kalo dah kaya gini. lanjut.....
2023-07-25
1
Sama Lia
semangat author....
2023-07-21
1
May Yadi
mudah2an inget nama carinna
2023-07-21
1