.
.
.
semua mata melihat ke arah An yang sudah ada di dekat mereka.
An menghela nafas panjang, "itu gelang tidak sengaja aku temukan dan aku bukannya menatap MESRA gelang itu tapi sedang berpikir siapa pemiliknya."
Ana mendekati An dan berkacak pinggang di hadapan An, "yakin?"
An menatap datar Ana yang meragukannya, "apa aku seperti berbohong?"
Ana mendengus, "wajahmu itu berbohong dan jujur sama saja."
An mengabaikan Ana lalu melangkah ke Xabara, "Mommy percaya padaku ya? aku tidak punya siapapun yang aku cintai selain Mommy saja."
Rovert seketika merangkul pinggang Xabara, "wanita yang kamu cintai ini milikku Son, kamu cari Perempuan lain saja."
Ratu terkekeh mendengarnya sementara Alena sibuk memperhatikan gelang tangan itu, An mengabaikan saja kecemburuan Rovert.
Xabara menatap An dengan serius, "lalu kenapa menyimpan gelang itu kalau tidak tau siapa pemiliknya hmm?" tanya Xabara.
Ana tertawa keras seketika membuat mata tajam An melihat ke arah Ana yang langsung menutup mulutnya langsung lari serta bersembunyi dibelakang Rovert serta sesekali mengintip dan menjulurkan lidahnya ke An.
An melihat gelang yang dipandang seksama oleh Alena, "bukankah Mommy penasaran kenapa aku kembali 10 tahun yang lalu?"
Xabara dan Rovert saling pandang lalu melihat ke arah An menunggu lanjutan cerita An.
"saat itu aku menangkap Buronan kambuhan dan kebetulan ada seorang Gadis Kecil yang punya insting kuat seperti Alena menitipkan gelang itu, katanya akan mengambil gelang itu dalam waktu 10 tahun kalau lewat boleh dibuang." ujar An.
"tadi katanya lupa pemiliknya, dasar penipu.!" Ana menyembulkan kepalanya dilengan Rovert.
"diam..?!" ketus An lalu Ana malah mencibir saudara kembarnya itu.
"Mommy?" panggil An.
Xabara menghela nafas panjang, "lalu dimana gadis itu? kenapa tidak menjemput gelangnya?"
An mengangkat bahunya, "suruh saja Alena membuang gelang itu yang sudah habis waktunya." kata An pun berbalik pergi.
"mana boleh gelang Kakak Ipar dibuang." kata Ana berlari ke arah Alena yang segera menyembunyikan gelang itu kebelakang pinggangnya.
An menghentikan langkahnya dan menyipitkan matanya ke Ana yang rebutan gelang unik itu dengan Alena.
"gelang Kakak Ipar biar Alena yang simpan." kata Alena berlari kegirangan dan menjauh dari Ana yang mengejarnya.
An melihat ke arah Xabara, Rovert dan Ratu yang menatapnya serius.
"Tidak Mom, Pa, Nek..! bisakah kalian percaya padaku? dia tidak penting sama sekali bagiku, jangan dengarkan anak-anak usil itu lebih baik mereka saja yang cari Pacar." bantah An.
Rovert melototkan matanya, "dasar anak ini...?" Rovert hendak memberi pelajaran pada An yang sudah pergi dari mereka.
"sudahlah Rovert..! biarkan saja Putramu seperti itu." Ratu menahan lengan Rovert.
Xabara memutar tubuhnya mendekati Alena dan An yang berlarian demi mendapatkan gelang yang disimpan oleh An selama 10 tahun itu.
"berikan sama Mommy!" pinta Xabara mengulurkan tangannya.
Alena dan Ana seketika menghentikan kegiatan mereka dengan raut wajah pasrah gelang itu diberikan ke Xabara.
Xabara memperhatikan gelang unik itu, "Kalian kembalilah ke Kamar!" titah Xabara.
"baik Mommy!" jawab Ana dan Alena patuh dengan lesu namun pasrah (tidak melawan).
di tempat itu Tinggallah Xabara, Rovert dan Ratu saja.
"ayo duduk sayang..!" ajak Rovert merangkul pinggang Xabara menuntun Istrinya duduk di sofa.
Ratu duduk disebelah Kiri Xabara sedangkan Rovert sebelah kanan Xabara.
"itu gelang disimpan sudah 10 tahun oleh An ya? kok bisa?" tanya Ratu dengan takjub.
Xabara diam saja memperhatikan gelang itu, "apa An menyukai gadis ini Mom?" tanya Xabara tanpa melihat ke Ratu.
Rovert terkekeh, "tidak sayang..! aku percaya penilaianku sendiri kalau An tidak punya perasaan pada gadis pemilik gelang ini pasti dia hanya menepati janjinya saja menjaga gelang ini selama 10 tahun"
"iya juga..? tadi katanya boleh dibuang kan?" sahut Ratu.
Xabara menggenggam gelang itu, "tidak apa..!? aku akan menjaganya sampai An sendiri yang menanyakan gelang ini padaku, gadis itu pasti akan datang meminta gelang ini lagi dari An."
.
di Kamar An,
An meraup wajahnya, "gara-gara gelang itu??"
An menggeleng kepalanya menghilangkan pemikiran yang tidak penting itu tapi selalu saja membuatnya kepikiran padahal An bukan tipe Orang yang mudah kepikiran akan sesuatu kecuali masalah Keluarganya.
sejak saat itu An mulai menyibukkan diri dengan Perusahaan barunya hingga semakin hari Ia mulai kewalahan bekerja sendirian pun kini tengah memikirkan seorang Asisten tapi tidak ada yang sesuai dengan kriterianya.
"kenapa pendaftarnya Perempuan semua?" tanya An dengan dingin.
"peminatnya memang kalangan wanita Tuan Muda." jawab Wel yang seorang wakil Mafia BlackMaster dibawah pimpinan An.
"aku kan minta Pria, apa Negara kita sudah kehabisan stok Pria?" tanya An meletakkan Data-data pendaftar yang ingin menjadi Asisten An dengan kasar di atas meja.
"mereka semua ingin menjadi seorang Pengawal BlackMald Tuan Muda bukan seorang Asisten, kata mereka seorang Asisten atau Sekretaris hanya tugas perempuan saja." jawab Wel dengan jujur.
An memijit pelipisnya, "aku tidak butuh Asisten perempuan."
"saya mengerti Tuan Muda." jawab Wel yang tau An tidak mau punya seorang Asisten Perempuan segera pergi membawa data-data yang membuat An muak.
An menarik nafas lalu melihat pekerjaannya yang sangat menumpuk padahal Perusahaannya yang diresmikan juga umurnya belum cukup 1 bulan tapi pekerjaannya seperti seorang Presdir yang sudah menjabat selama belasan tahun saja (saking banyaknya tumpukan dokumennya itu).
tiba-tiba An menoleh ke Pintu dan memejamkan matanya melihat kedatangan Ana dan Alena yang katanya baru saja pulang belanja dari Mal.
"Abang butuh bantuan?" tanya Alena berbinar penuh harap.
An menatap datar adik serta kembarannya itu, "ngapain kalian kesini terus hmm?"
Ana mendekati meja An dan berdecak pelan melihat tumpukan pekerjaan An yang membuat siapapun pusing melihatnya.
"sana pulang..! kalian belanja aja seperti biasa." usir An.
"Abang udah nginap disini selama 1 Minggu jadi Mommy sama Papa suruh kami kesini untuk membantu Abang." kata Alena sembari melihat-lihat meja kerja An yang semakin keren saja dimata Alena.
Ana dan Alena pun turun tangan membantu An yang membuat pekerjaan An menjadi lebih cepat selesai dalam jangka waktu yang singkat, Ana dan Alena mudah di ajari jadi tidak terlalu merepotkan An.
"katakan apa mau kalian?" tanya An sambil memijit batang lehernya yang terasa pegal.
An tidak menyangka menjadi Presdir selelah ini entah bagaimana pekerjaan Rovert yang sudah menjadi Presdir bertahun-tahun tapi An malah tidak mau menggantikan Rovert dengan alasan Rovert masih gagah dan sanggup bekerja kecuali Rovert sudah tidak sanggup berjalan.
"siapa nama Kakak Ipar Abang?" tanya Ana dan Alena serentak dengan mata mengerjab.
An seketika menatap tajam kedua adik serta kembarannya itu, "Setan kecil..!"
"Apaaa? kenapa namanya Setan Kecil?" tanya Alena dengan tampang polosnya padahal tau An bercanda.
Ana terkikik melihat Alena yang bertingkah dengan topeng polosnya itu.
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 262 Episodes
Comments
Sani Srimulyani
jadi makin ga sabar pengen cepet2 mereka ketemu.
2023-07-25
1
Sama Lia
menarik....bikin penasaran.
semangat author...
2023-07-20
1
Nurul Husna
dah mampir lgi nih kak, mga ceritanya seseru cerita yg lain, lnjut kak, tetep semangat y....
2023-07-20
1