.
.
.
selama 1 Minggu An sibuk dengan Perusahaan barunya yang diberi nama BlackMald (singkatan dari Black Maldev), baru seminggu Perusahaan An diresmikan sudah banyak saja peminatnya yang ingin menjadi Pengawal terlatih di Perusahaan An.
"tolak semuanya..! aku belum buka lowongan." titah An pada semua bawahannya.
"baik Tuan." jawab para bawahan An lalu pamit pergi dari Ruangan An.
An kembali melanjutkan pekerjaannya itu, dahulu diwaktu muda An memang sering pergi jauh tapi ketika sudah menguasai semua Ilmu manca negara sehingga Ia tidak punya tujuan hanya membangun Perusahaan demi kebaikan para pengikutnya yang setia.
di siang hari,
tok...tok....!
"Tuan Muda didepan ada Nona Ana dan Nona Alena berkunjung mengantar makan siang."
An seketika menghentikan kegiatannya lalu menghela nafas panjang, "kenapa izin padaku? suruh saja mereka masuk."
"maafkan saya Tuan, lain kali saya tidak akan membuat Nona An dan Nona Alena menunggu."
"hmm..!" jawab An mengusir dengan kode tangannya.
tak berapa lama kemudian Ana dan Alena memasuki Ruangan Kerja An, mereka berdua malah terperangah melihat desain Perusahaan An yang megah serta berkelas.
"pantas saja Abang banyak keluarin uang bangun Perusahaan ini, megah bangettt!!" pekik Alena dengan takjub.
Ana mengedarkan pandangannya setelah meletakkan rantang nasi untuk saudara kembarnya, "An bisakah kamu patuh sedikit? Mommy terus saja khawatir kamu tidak makan." omel Ana.
"hmm..!" balas An membuat Ana mendengus saja.
Alena berlari ke arah An lalu bergelayut manja di lengan An, "Abang?"
"hmm?" sahut An tersenyum tipis dan lembut ke Alena.
"Mommy dan Nenek masak banyak buat Abang biar lembur nya nyaman tapi kata Mommy Abang harus istirahat nanti matanya rabun." kata Alena.
An mengusap kepala Alena, "bawel dek!"
"Abang udah Alena bilang jangan panggil Adek, Alena udah besar panggil ALENA." bantah Alena dengan mata melebar penuh ancaman.
An terkekeh pelan lalu berjalan menuju meja sofanya dan Ana membukakan rantang nasi untuk saudara kembarnya lalu pamit keluar untuk melihat-lihat Perusahaan An.
"Alena ikut Kak.!" sahut Alena.
Ana dan Alena pun berkeliling melihat Perusahaan baru An sementara An melakukan VC dengan Mommynya dan memperlihatkan bahwa Ia akan makan semua masakan spesial Mommy serta Neneknya itu.
.
"ini kenapa ada kolam renangnya kak?" tanya Alena dengan heran ke An.
Ana terkekeh, "ini untuk pelatihan nya Alena."
Alena mengangguk-ngangguk mendengar penjelasan Ana yang tau semua pelatihan seorang Pengawal terbaik.
"boleh berenang kan kak?" tanya Alena yang penasaran dengan kedalaman Kolam itu.
"jangan Alena..! ini kedalaman Pria dan lagi kita tidak ada baju ganti, lebih baik kita kesana ya?." ajak Ana menarik lengan Alena pergi dari sana.
Alena mengerucutkan bibirnya padahal Ia bisa berenang tapi tetap saja Keluarganya memanjakannya dan selalu cemas dengan apapun yang Alena lakukan, masalah pakaian ganti bisa dibeli online.
Alena berbinar melihat taman latihan para pengawal nanti yaitu seperti memanah, menembak dan pelatihan fisik lainnya bahkan ada lapangan basket sebagai permainan bosan Para Pengawal di Perusahaan An nanti.
"syuuuhhhh!!?"
"Adekk?" panggil Ana segera mengambil panah Alena yang tidak izin memakai perlengkapan latihan milik Perusahaan An.
"kenapa Alena tidak boleh mainkan ini Kak?" tanya Alena dengan raut wajah lucunya ke Ana.
Ana tersenyum, "Alena sayang? kamu harus tau karakter Abangmu ya? kalau sampai ada goresan di lenganmu dia akan mencekik Kakak yang tidak bisa menjagamu."
Alena memanyunkan bibirnya, "tidak ada goresan apapun, buktinya Alena bisa memanah dengan baik. lihat kak?? Alena mengenai angka 10."
Ana mengangguk-ngangguk lalu menarik pinggang Alena sampai duduk di bangku panjang. Ana mendengarkan celotehan Alena yang sudah besar tidak perlu dijaga lagi atau dikhawatirkan sebab Alena seorang pemain Anggar profesional di usia mudanya itu.
"Kakak bagaimana? apa teman kakak baik-baik saja? Abang memaafkannya kan?" tanya Alena penasaran.
Ana menganggukkan kepalanya, "dia malah terus meminta maaf sama kakak, huhh...!"
Alena tersenyum lebar, "tentu saja dia akan meminta maaf sama kakak, dia pasti merasa sangat bersalah."
tiba-tiba Ana dan Alena menoleh kebelakang mendengar suara langkah kaki yang sedang berlari, An dan Ana saling pandang lalu mereka bangkit sambil berpegangan tangan mereka berdua berlari ke arah orang-orang An berlarian itu.
Ana dan Alena berada di depan Perusahaan melihat ke arah Luar Gerbang ada Romeo Virs mengamuk memaki An yang telah menjatuhkan karirnya.
"Lepaskan aku...!! cepat panggil Tuan Kalian!!" teriak Romeo.
Romeo membuat keributan dan mengancam Anak Buah An akan melapor polisi jika berani memukul nya, mereka yang tidak mau membuat An bermasalah pun hanya bisa menahan Romeo saja tanpa main tangan.
"Romeo!!" teriak Ana.
Romeo menoleh ke Ana, "Ana?? kau ada disini? bagus sekali, aku ingin bicara dengan Abangmu cepat panggil dia..!"
Ana dan Alena berjalan ke arah Gerbang.
"Ana? Alena?" panggil An membuat langkah Ana dan Alena terhenti seketika.
"Abang?" cengir Alena menoleh ke belakang.
"bagus...! kau datang juga sang Penguasa semena-mena." teriak Romeo.
An menatap dingin dan tenang saja Romeo lalu Ia lebih memilih mendekati adiknya, "masuk ke Ruangan Abang!" titah An.
"tapi dia masalahku An." bantah Ana.
"masuk...!" titah An dengan sorot mata tajam.
Ana mendengus terpaksa Ia berbalik di ikuti Alena. An melihat kepergian adiknya dengan sorot mata tajamnya yang tidak suka jika adiknya bermasalah dengan Pria lebih baik An saja yang menghadapinya padahal Ana dan Alena juga tidak selemah itu.
An berbalik ke arah Romeo, "kau benar-benar berani melawanku ya?"
"kenapaa?? aku harus berani menghadapi Penguasa semena-mena sepertimu." teriak Romeo sampai urat-urat lehernya terlihat.
"kalian pergilah..!" perintah An ke para bawahannya.
"baik Tuan Muda." jawab Orang setia An segera menjauhi tempat itu.
Romeo membenarkan kerah bajunya dengan kasar dan masih bisa berlagak sombong ke An yang Identitasnya banyak juga tidak mengetahuinya.
An melangkahkan kakinya ke Romeo dengan jarak 2 Meter berhadapan dengan Romeo, "jadi kau mau protes padaku?"
Romeo menatap tajam An, "sudah aku bilang kalau kau itu hanya salah faham, aku tidak bersalah tapi kau masih bertindak semena-mena padaku."
An tersenyum miring, "aku dapat informan dan saksi yang bisa membuat namamu benar-benar hancur lalu bunuh diri sendiri, kau yakin mau menyerangku? hubungi saja Pengacaramu!"
Romeo terbelalak, "siapa Informan dan saksimu? tidak mungkin ada bukti..! aku tidak pernah melakukan kejahatan yang kau tuduhkan itu."
"tentu saja tidak ada bukti, kau belum sempat melakukannya." balas An dengan santai.
Romeo dengan tidak tau malunya meminta An melepaskannya karna tidak ada yang terjadi seharusnya An juga tidak melakukan apapun terhadapnya.
An tertawa mendengar permintaan Romeo yang benar-benar lucu, "sepertinya aku salah membiarkanmu tetap hidup."
Romeo yang tadinya punya nyali yang besar kini membeku mendengar kata-kata menyeramkan itu.
"membiarkan tetap hidup? apa maksudnya?" batin Romeo.
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 262 Episodes
Comments
Sani Srimulyani
kamu ga sadar ya kalo dah salah nyari lawan.
2023-07-25
2