.
.
.
Ana memperhatikan tubuh Romeo yang tidak ada reaksi sama sekali lalu Ia pun berdiri dengan pandangan penuh harap Ana memeriksa hidung Romeo yang tidak ada terasa hawa kehidupannya.
"hah??" Ana seketika berbinar menoleh ke arah racun barunya itu.
"Yeeeee!!!" pekik Ana dengan girang melompat-lompat ditempat.
Ana menoleh ke arah Pintu Labornya yang diketuk dengan semangatnya Ana membuka nya sudah jelas itu adalah saudara kembarnya.
An menatap lurus serta datar saja ke arah depan saat Ana langsung melompat memeluknya sudah jelas Ia terlambat jika begitu reaksi Saudara kembarnya itu.
"berhasil?" tanya dengan nada setengah malas.
Ana mengangguk-ngangguk lalu menceritakan detail kinerja Racunnya yang sangat antik itu telah berhasil, Ana bisa membuatnya dengan jumlah banyak dan lebih mudah menghabisi targetnya tanpa meninggalkan jejak seperti kejang-kejang yang menandakan efek keracunan walau tidak bisa dideteksi tetap saja Ana yang haus akan Ratu Racun kesempurnaan akan membuat versi sempurnanya itu.
An melepaskan pelukannya dari Ana, "bukankah kamu sudah berjanji tidak akan menggunakan manusia sebagai uji cobamu ha? apa mulutmu ini tidak bisa menepati janji ha?"
Ana mengerucutkan bibirnya, "tidak bisa kah aku senang sedikit ha? kalau tidak memakai boneka manusia bagaimana cara menguji racunku berhasil atau tidaknya kan?? hayoo bagaimana?"
"menyingkirlah!" An menarik lengan Ana ke arah sampingnya sehingga tidak menutupi jalannya mencari Romeo di Brankar Boneka uji coba Saudara kembarnya itu.
Ana yang sedang senang hati tidak marah sama sekali malah melompat-lompat menyusul An.
An menatap datar sosok Romeo yang telah menjadi Boneka uji coba Ana, Ia menarik nafas dalam-dalam mau marah pun bagaimana lagi? semua sudah terlambat dan mulut manis Ana itu benar-benar tidak bisa di percaya dengan baik.
Ana dan Alena memiliki karakter yang berbeda bisa menutupi kebohongan alias penipu dengan tingkah imut Alena juga mulut manis Ana, kedua gadis menawan itu sama-sama tidak bisa dipercaya.
"sepertinya kamu memang harus aku laporin ke Mommy!" kata An hendak berbalik segera di cegah oleh Ana dengan tatapan kesal.
"jangan mengadu sama Mommy!?" titah Ana dengan mata melotot penuh peringatan.
"siapa suruh tidak menepati janji..!" kata An malas lalu menepis tangan Ana yang seketika mengeluarkan aktingnya seperti anak kecil.
An menoleh ke arah Ana yang memasang wajah sedihnya itu mungkin Orang lain akan luluh tapi tidak bagi Orang terdekat Ana yang sangat mengenal watak Ana itu.
"Abangg?" rayu Ana.
"kamu urus sendiri bonekamu itu, aku tidak akan membersihkan pekerjaanmu itu LAGI." kata An dengan tegas.
Ana menyeringai lebar, "dengan senang hati."
An menggeleng kepalanya sambil melangkah pergi dari Labor Ana itu, entah bagaimana cara An menyadarkan Ana itu biar tidak menjadikan Manusia sebagai Bonekanya lagi, berulang kali Ana sudah berjanji pada Xabara tapi tetap saja Ana melakukannya mungkin jika ketahuan oleh Xabara jelas saja Ana bisa dalam bahaya.
malam itu juga Ana membuang jas*t Romeo ke Gua yang penuh dengan Kalajengking, sebelum itu Ia sudah menyembuhkan memar di pipi Romeo pasti cepat sembuh lalu pergi dengan senang hati tanpa ada beban dalam dirinya itu.
2 hari berlalu baru Romeo ditemukan oleh Keluarganya dan berita kematiannya memenuhi siaran televisi yang mengatakan bahwa Romeo stress sehingga bunuh diri dengan sengaja memasuki Gua Kalajengking. An melihat berita itu di Ruangan Kerjanya tanpa ekspresi sama sekali.
"Lancord?" gumam An seketika teringat perkataan Ana yang jelas bilang kalau Romeo bertemu dengan Lancord di Restaurant.
An ingin memastikan lagi kebenarannya pun menghubungi Ana yang ternyata sedang berkumpul dengan teman masa kampusnya dulu tak lupa An meminta Ana keluar Cafe sebab jika An bertemu dengan teman sekamar Ana yang pernah ingin menjebak Ana itu bisa saja An akan memukul perempuan yang katanya malang itu.
.
Ana mengerucutkan bibirnya menunggu An di depan gerbang Cafe nya lalu melihat Mobil An pun bangkit dari duduknya.
"kenapa tiba-tiba mau jemput?" tanya Ana menatap kesal An yang mengganggu waktu berkumpulnya dengan teman kampusnya yang sudah lama sekali tidak bersama.
"mana teman sekamarmu dulu itu?" tanya An.
Ana melototkan matanya, "kenapa membahas masalah ratusan abad yang lalu ha? bukankah kamu berjanji selama beberapa bulan saja ha? kenapa membahas nya lagi hmm? dia sampai sekarang masih merasa bersalah padaku, kan aku udah bilang kalau dia cuma gadis malang saja."
"aku tidak peduli !!" An menarik lengan Ana memasuki Mobilnya mengabaikan gerutuan Ana tentang masa depan An yang tidak mungkin punya istri apalagi pacar dengan sifatnya yang pendendam itu.
An tidak pendendam hanya bicara saja tapi ucapan An itu memang hanya ingin memberitau Ana supaya tidak terlalu percaya pada Teman yang bisa saja kelak menjadi musuh seperti yang pernah Alena alami.
An menanyakan bagaimana pertemuan Ana pada Romeo yang membahas Lancord si Psikopat jari kelingking.
"Oh mau bahas itu." kata Ana mengangguk mengerti mengapa An tiba-tiba ingin menemuinya.
Ana menceritakan semuanya dari awal sampai akhir sampai di ujung cerita Ana malah menanyakan An yang dicurigai oleh Ana ingin mencari tau sosok Mutiara Berlian yang dikatakan Romeo.
An menyentil kening Ana yang memekik seketika sambil mengelus keningnya tapi matanya menatap sengit An.
"aku tidak sama seperti Pria brengs*k itu jadi jangan samakan aku dengannya, tidak akan sama." kata An dengan nada serius.
Ana mendengus, "bertemu dengan Mutiara Berlian itu memangnya sebuah masalah besar apa coba? kalau memang kamu jatuh Cinta padanya ya tidak akan masalah juga bagiku."
"diam saja Ana atau aku akan turunkan kamu disini." ancam An.
Ana berdecak melihat ke arah jendela Mobil An sambil bergumam juga mengumpati An yang tidak punya hati sehingga begitu tega meninggalkannya di jalanan.
An cuek saja mendengar gerutuan Ana yang jelas sekali Ia tau kalau Ana mengatakan An tidak punya hati.
.
"Abang??" panggil Ana memelas ketika Ana dan An sudah berada di tempat parkiran Mobil Mansion Maldev.
"apa lagi?" tanya An dengan malas.
"aku mau ke Bar, boleh ya?" pinta Ana memelas.
An menatap tajam Ana, "tidak boleh..!"
"Abang boleh ikut deh!! ya? ya?? sebentar aja kok, aku cuma kalah taruhan jadi harus tepati janji masuk ke Bar." rengek Ana.
An berdecih jika berjanji sama Teman Ana pasti ditepati tapi kalau berjanji dengan Keluarganya sendiri selalu saja dilanggar begitulah ledekan An.
"issh..! Abangg?? aku tidak mau dianggap penakut dan disebut anak desa yang tidak mau ikut zaman." rengek Ana.
"boleh ya?" Rayu Ana dengan manja.
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 262 Episodes
Comments
Ernadina 86
Ana ini kerja apa nggak sih? atau dia jadi apa gitu...Alena juga selain atlet anggar dia kerja kah?
2023-10-06
1
Ratna Anggraeni
lanjut,.,💃💃💃💃💃
2023-07-21
1