.
.
.
Alena melihat An pun berlari ke arah An lalu bergelayut di lengan An.
"Abang udah makan?" tanya Alena dengan senyuman.
An melihat ke Alena yang tersenyum manis lalu ke semua Keluarganya termasuk Xabara yang menghela nafas saja memandangnya.
"makan aja harus dijemput Mommy dasar manja..!" ejek Ana mengulurkan lidahnya dengan ekspresi jeleknya tapi masih kelihatan imut dan lucu jika ada orang asing yang melihatnya.
Rovert terkekeh pelan saja sementara Ratu menggeleng kepala sambil senyam-senyum.
"jangan begitu sayang?" peringatan Xabara membuat Ana memanyunkan bibirnya malah bergelayut di lengan Rovert seperti minta perlindungan Rovert saja padahal Rovert tidak akan berani melawan Xabara karena perasaan Cintanya itu.
An diam saja di ejek oleh Ana karna Ia memang sudah terbiasa malah merangkul leher Alena dengan gemas sebab hanya Alena yang manis dan selalu patuh pada An berbeda dengan Ana yang suka menggoda dan bertingkah menyebalkan dari pada Alena yang penurut kecuali jika Ana ada maunya saja.
"Abang baik-baik saja adek." gemas An.
"Abang panggil Alena bukan Adek." sungut Alena.
An terkekeh mengusap kepala Alena sembari membawa adiknya duduk.
tidak ada pembicaraan di meja makan walau ada masalah tentang An yang menyakiti anak Orang lain karna menggoda saudara kembarnya, Ana dan An memang banyak debatnya daripada akurnya tapi sebenarnya mereka saling menjaga satu sama lain.
selesai makan,
"ikut Papa son!" kata Rovert sambil berdiri dan melangkah pergi dari sana tak lupa Rovert mencium puncak kepala Xabara dan pergi dari sana.
Ana sibuk dengan ponselnya sementara tangannya yang lain masih belum selesai makan, Alena dan Ratu melihat An begitu juga Xabara.
An bangkit dari duduknya mengelus kepala Alena lalu menyusul Rovert yang membawanya pergi ke Ruangan Kerja Rovert.
"Abang akan baik-baik saja kan Mommy?" tanya Alena.
Xabara menganggukkan kepalanya, "Mommy yakin apa yang Abangmu lakukan itu tidak salah sayang, kalau Papamu berada di posisi An pasti dia sudah menghabisi anak itu bukan sekedar menghajarnya saja, walaupun anak itu mengaku hanya melakukan kesalahan kecil saja."
"di meja makan kenapa kalian bicara seperti itu hmm?? Mom sudah terbiasa mendengarnya tapi jangan dimeja makan juga." omel Ratu sambil mengelap bibirnya dengan tisu mendengar kata menghabisi itu.
Xabara terkekeh dan Alena menyandarkan dagunya di bahu Ratu yang mengelus pipi Alena.
.
Rovert membawa An ke Ruangannya dan duduk di Sofa sedangkan An segera mengunci Ruangan Kerja Rovert baru menyusul Rovert duduk di depan Rovert.
"ceritakan lebih detail masalah anak tikus itu." titah Rovert.
"apa dia tidak menceritakan kebenarannya?" tanya An.
"dia bilang kamu salah faham padanya lalu menghajarnya tanpa menerima penjelasannya." jawab Rovert.
An berdecak, "seharusnya aku potong saja urat lehernya."
Rovert bersidakap dada, "Papa lebih percaya padamu Son..! kamu tidak akan menghajar anak itu jika tidak punya kesalahan fatal, beritau kebenarannya sama Papa !!."
An menarik nafas dalam-dalam, "dia mau menjebak Ana dengan menggunakan teman sekamar Ana dulu, temannya Ana sendiri yang memberitauku dengan tangan dan tubuh gemetar karna tidak mau menghianati Ana tapi takut dengan ancaman Pengecut itu jadi meminta bantuanku."
"apaaa???" Rovert memukul meja didepannya.
An masih tenang walau Rovert marah didepannya, "aku berhasil menggagalkan rencananya tapi karna Ana tidak terjebak maka nya aku berbaik hati dengan membuatnya babak belur saja, ckk..! ternyata dia tidak pantas dibaikin."
"Papa akan menghancurkan karirnya." kata Rovert segera bangkit dan berlari ke arah Meja kerjanya segera menghubungi Barrest.
"ada apa malam-malam menghubungiku Tuan Besar?" tanya Barrest terdengar serak seperti baru bangun tidur saja.
"cepat hancurkan karir Romeo Virs lalu buat dia mati secara perlahan jangan sampai ada yang boleh menolongnya." titah Rovert tanpa basa-basi.
"hmm..! Romeo Virs." jawab Barrest lalu mematikan panggilannya secara sepihak.
"sial...! apa anak ini minta di tendang?" gerutu Rovert yang tidak terima Barrest lah yang mematikan panggilannya.
An yang mendengar Rovert seperti cacing kepanasan pun berdiri dari duduknya lalu Ia memasukkan kedua tangannya ke kantong celananya, "boleh aku pergi kan Pa?"
"hmm!! boleh..!" jawab Rovert mengibaskan tangannya.
An keluar dari Ruangan Rovert menuju kamarnya, belum sempat An duduk di Sofanya sudah ada yang mengetuk pintu kamarnya.
"masuk..!" titah An.
Ana menyembulkan kepalanya, "apa Abang sibuk?"
An mengerutkan keningnya mendengar panggilan Ana yang tidak biasa tentu Ia tau kalau saudara kembarnya itu ada maunya saja.
"apa maumu?" tanya An dengan malas.
Ana berlari memasuki kamar An setelah menutup pintu kamar An dan duduk disamping An.
"Abang tidak akan menghukum temanku kan?" tanya Ana dengan mata berkedip-kedip lucu menggoyang tangan An begitu manis tapi An malah geli.
An meletakkan tangannya di kepala Ana lalu memukul telapak tangannya sendiri seperti memukul kepala Ana tapi masih dilindungi dengan punggung tangannya itu, Ana memejamkan matanya lalu menyeringai lebar.
"terimakasih Abang..! Abang yang terbaik deh." puji Ana mengecup pipi An yang terbelalak segera mendorong kening Ana dengan ujung jari telunjuknya.
"menjauhlah..!! mulutmu bau kecap..!" ketus An yang membuat Ana tertawa lebar lalu beranjak pergi dari kamar An yang geleng-geleng kepala saja.
An mengambil tisu dimeja nya lalu membersihkan pipinya yang terkena kecap dari bibir Ana, Ia pun fokus dengan laptopnya.
An sedang berencana membuka usaha baru yaitu sebuah Perusahaan besar khusus untuk para Bodyguard pilihan yang terbaik sehingga para bawahannya tidak hanya bertarung sebagai antar Mafia saja yang tidak menghasilkan banyak uang, jadi An ingin bawahan setianya punya pekerjaan lain sebagai pengawal orang penting sehingga punya penghasilan lain.
Pengawal pilihan Orang-orang penting memiliki gaji yang sangat tinggi apalagi kemampuan mereka sangat diakui dan akan diminati warga asing yang butuh pengawalan ketat dari Pengawal hebat di dalam Negeri karna urusan pribadi.
"selesai juga..!" gumam An yang telah selesai membuat surat resmi Perusahaannya yang akan dibuka beberapa hari lagi.
An meregangkan jemari tangannya, "sepertinya besok akan sangat melelahkan." gumam An segera menutup laptopnya dan tidur cepat.
.
pagi-pagi,
An membuka brankas dan mengambil berkas pentingnya lalu Ia terkejut mendengar benda jatuh mengeluarkan khas gemerincing identik milik perempuan.
"apa itu?" gumam An mengambil benda yang sudah lama Ia lupakan.
"gelang?" An memperhatikan gelang perempuan itu dan mencoba mengingat pemilik gelang itu.
"aah..! bukankah sudah 10 tahun?" gumam An yang baru ingat pemilik gelang itu.
An hendak membuangnya ke tong sampah tapi Ia menghela nafas karna teringat masih ada waktu 2 minggu lagi supaya genap 10 tahun dari janji gadis itu, An pun meletakkan kembali gelang itu didalam Brankas nya lalu menguncinya dan pergi membawa berkas pentingnya sambil membenahi dasi formalnya Ia juga melihat isi berkas pentingnya itu.
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 262 Episodes
Comments
Sani Srimulyani
jangan2 carrina salah satu bodyguard pikihan An lg.
2023-07-25
1
Ratna Anggraeni
lanjut,.,.🥰🥰🥰🥰🥰
2023-07-20
1