.
.
.
ke esokan harinya.
di Peruasahaan BlackMald, An sedang melihat profil Lancord di layar Komputernya dengan pandangan tenang.
"ciih...!" tiba-tiba saja An berdecih.
Wel mengetuk Pintu Ruangan An dan sekali lagi melapor tidak ada Pria yang mau menjadi Asisten An sebab kebanyakan Wanita saja yang berani bekerja dengan An, alasannya sudah jelas ingin menjadi Orang penting bagi An serta memiliki celah untuk menggoda An si Penguasa Maldev.
"lebih baik aku bekerja sendiri saja." tolak An.
"baik Tuan Muda." jawab Wel lalu menarik nafas panjang dan mulai menceritakan perkumpulan para Pengawal BlackMaster yang sedang pemanasan di Taman latihan.
"baiklah!" kata An segera bangkit melepas Jas dan Dasinya serta melipat lengan baju kemeja nya sambil melangkah pergi dari Ruangannya itu disusul oleh Wel.
An membantu para bawahannya kembali latihan fisik supaya lebih kuat sehingga bisa diandalkan jika di sewa oleh Orang penting untuk menjadi Pengawal dari perwakilan Perusahaan baru An yang sudah banyak saja menginginkan jasa Pengawalnya.
"tidak akan ada waktu Istirahat untuk kalian!" kata An dengan serius.
"baik Tuan." jawab para bawahan semangat sekali walau tubuh mereka banjir keringat.
An membuat mereka berlari di dalam lumpur melatih otot kaki serta kegesitan ditengah tekanan lumpur, pelatihan An benar-benar mirip seperti seorang Prajurit Tentara Elit.
"Tuan Muda?" sapa Wel dengan terengah-engah.
An menoleh ke Wel yang melihat ke arah belakang, semua Para Bawahan An menunduk sopan pada Orang dibelakang An yang ternyata Ana tengah bersidakap dada dengan senyuman khasnya.
An meminta para bawahannya untuk berlatih sendiri tentu mereka sebagai Orang setia An menuruti perintah An, An berlari dengan langkah lebar ke arah Ana lalu menekan kepala Ana yang tersenyum lebar.
"pelatihanmu semakin kuat ya?" puji Ana.
"sudah siap?" tanya An yang tau tujuan Ana menemuinya.
"tentu saja..!" Ana mengeluarkan semua alat suntiknya yang sudah berisi cairan khusus yang Ana janjikan.
Ana menarik lengan An sambil menjelaskan bahwa ramuannya itu sudah di uji coba sehingga terjamin keberhasilannya dan tidak akan ada efek apapun pada tubuh An kelak apalagi An sangat menjaga kesehatannya.
.
"sippp...!!" Ana mengusap bekas suntikannya di lengan An dengan tisu kecil sambil menekan-nekan serta memijit lengan An supaya cairannya cepat menyebar.
"bagaimana?" tanya Ana tersenyum lebar.
"yakin tidak ada efeknya?" tanya An dengan datar.
"tentu saja, kenapa?" tanya Ana balik dengan heran sebab Ia yakin tidak ada efek apapun dalam ramuannya itu.
"kenapa aku mengantuk?" tanya An.
Ana melebarkan matanya, "kamu belum makan?" tanya Ana.
An seketika terdiam membuat Ana menepuk keningnya.
"udah jam berapa ini An? kenapa tidak makan? katanya sangat menjaga kesehatan tapi kenapa susah sekali makan ha? apa menurutmu tidak makan itu sehat?" omel Ana.
"apa ramuanmu berefek kalau aku belum makan?" tanya An sambil menutupi mulutnya yang menguap.
"ya iyalah..!" kesal Ana lalu mengeluarkan sebuah roti dari tasnya meminta An untuk memakannya lalu istirahat.
.
An pun istirahat di Kamar yang ada dalam Ruangannya sementara Ana sedang memasak untuk An.
Ana dan Alena memang dimanja oleh Rovert sehingga tidak diizinkan memegang pisau dapur apalagi main api. tapi, Xabara tidak suka kedua anak perempuannya tidak pandai memasak padahal bisa memainkan pisau atau belati, Ana bersama Alena juga terobsesi ingin menjadi sempurna seperti Xabara yang serba bisa sehingga menjadi wanita seksi dimata Rovert dan anak perempuannya itu membuat Ana maupun Alena juga dengan senang hati mau belajar memasak sampai pandai.
"An??" panggil Ana mengguncang bahu An.
"hmm?" sahut An tanpa membuka matanya.
"cepat makan...! aku tidak akan beritau Mommy kalau kamu tidak makan siang hari ini, bilang-bilangin aku merepotkan Mommy karna tidak bisa menepati janji tapi kamu juga susah makan. apa itu sehat namanya?" gerutu Ana.
"bawel..!" ketus An sambil bangun dari tidurannya.
Ana memberikan piring berisi makanan yang telah Ia buatkan untuk saudara kembarnya itu.
.
"apa kamu tau tempat tinggalnya Lancord An?" tanya Ana serius.
"hmm!?" jawab An.
"aku pernah mengikuti Pelayan pribadi gadis tawanan nya Lancord di Mal, mereka bilang Gadis itu sangat cantik dan tidak boleh terluka juga segala kebutuhannya benar-benar di penuhi." kata Ana.
An cuek saja tanpa menyahut ocehan Ana.
"An?" Ana memukul lengan An yang menatap datar saudara kembarnya itu.
"gadis ini diperlakukan seperti tawanan tapi sangat penurut dengan Lancord walaupun tidak Cinta." lanjut Ana lagi.
An berdecak, "mana ada gadis yang rela ditawan kecuali dia perempuan yang suka dengan kemewahan."
Ana mengangguk membenarkan, "tapi aku pikir Gadis itu tidak terlalu suka kemewahan."
An menggeleng kepalanya dengan tingkah sok tau Ana tapi mereka malah berdebat karna Ana seorang Perempuan yang tau ciri-ciri perempuan yang haus akan kemewahan tidak akan tahan jika ditawan apalagi dikekang.
"kalau dia memang haus akan kemewahan berarti gadis itu seharusnya sudah menikah dengan Lancord kan? para Pelayan itu mengatakan kalau Gadis itu tidak mau menikah dengan Lancord tapi berjanji tidak akan lari dari Lancord jika menghormati keinginannya itu." jelas Ana.
"jangan bicara Orang lain, anak kecil tau apa." An kembali berbaring di sofanya dan memejamkan matanya.
Ana menarik nafas panjang berkali-kali Ia harus mengelus dada karna punya Saudara Kembar seperti An yang tidak gila perempuan padahal menurut Ana sosok Tawanan Lancord sangat menarik.
"kalau aku anak kecil berarti kamu juga anak kecil." gumam Ana dengan kesal ke An yang sudah tenang seolah sudah tertidur.
malam harinya,
An terbangun lalu keluar dari Kamar nya dan melihat Ana tengah bermain game di Komputer miliknya.
"kenapa tidak pulang?" tanya An dengan suara serak khas bangun tidur.
"aah..! aku coba game yang di rekomendasikan oleh Alena ternyata lumayan juga." senyum lebar Ana.
"aku tanya kenapa tidak pulang?" tanya An sekali lagi.
Ana mengambil Ponselnya lalu mengirimkan bukti percakapan Ana dengan Xabara yang meminta Ana pulang bersama An ke Saudara kembarnya itu.
"kamu melapor ke Mommy?" tanya An dengan datar.
Ana terkekeh, "aku tidak melapor tapi Papa tadi tanya aku kenapa tidak pulang jadi aku jawab sedang masak untukmu, mungkin Papa yang mengadu sama Mommy."
An berdecak mendengar jawaban Ana.
.
di Mansion,
"Abanggg?" Alena berlari menyambut An lalu melompat memeluk An.
"Alena rinduu!!" kata Alena dengan manja sementara Ana tersenyum lebar mengelus kepala Alena.
"sudah latihan dengan benar?" tanya An mengelus punggung Alena yang menggerai rambut indahnya itu.
Alena memberitau pelatihannya sudah berakhir dan Ia juga merengek meminta An meluangkan waktu untuk melihatnya bertarung di Jepang.
"Abang janji..!" kata An mengulum senyum.
Alena bersorak senang lalu beralih memeluk Ana dan mereka melompat-lompat bersama sambil tertawa kesenangan.
An mengedarkan pandangannya dan melihat Xabara tengah bersidakap dada memandangnya, An mengusap tengkuknya dengan kikuk lalu melangkah ke arah Xabara.
"Mommy?" sapa An tersenyum tipis.
"telat makan?" tanya Xabara dengan serius.
An menggeleng kepalanya, "pagi-pagi Wel sudah siapkan sarapan bubur untuk An Mommy."
"lain kali Mommy akan meminta seseorang untuk mengantarkan makanan setiap pagi, siang dan malam untukmu kalau tidak mau jangan lembur di Perusahaanmu itu." kata Xabara dengan penuh penekanan.
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 262 Episodes
Comments