Keesokan pagi buta, Mia menggeliat bangun. Ia melihat Rara masih tidur dibawah selimutnya. Kebetulan hari itu mereka tidak ada kuliah, hanya saja nanti sore mereka harus ke kampus untuk mendaftar seminar.
Mia keluar dari kamar Rara, ia melihat pintu kamar si kembar sudah terbuka. Keduanya hampir siap berpakaian untuk ospek hari ini.
Mia : “Riri, masi demam?”
Marie : “Uda mendingan, kak. Nanti kalau gak kuat, Riri ijin aja.”
Mia memegang kening Riri yang masih hangat, membuat Riri memejamkan mata karena tangan Mia yang lembut dan adem.
Mia : “Rio jaga Riri ya. Hari ini kakak dan kak Rara libur kuliah, nanti sore baru ke kampus sebentar. Ayo, sarapan dulu. Apalagi yang belum dibawa?”
Mereka bertiga turun ke bawah, membawa semua perlengkapan untuk ospek. Mia ikut membantu sambil menuntun Riri turun tangga.
Nenek : “Riri kenapa?”
Mia : “Semalam Riri demam, nek. Tapi Rara sudah kasi obat penurun panas.”
Nenek : “Riri mau sekolah?”
Riri : “Riri uda mendingan, nek. Nanti kalau gak kuat, Riri ijin sama guru.”
Nenek : “Lagi musim sakit ya, nenek juga masih pusing. Kurang istirahat.”
Mia : “Nenek sudah minum obat?”
Nenek : “Sudah, nenek mau istirahat lagi. Kalian hati-hati berangkat ya.”
Mereka sarapan bersama kecuali Mia yang masih menunggu Rara bangun. Alex juga bergabung dengan mereka, Mia sama sekali tidak berani menatap Alex. Ia terus mengalihkan perhatiannya hanya kepada si kembar, bahkan mengantar mereka sampai ke mobil. Mb Minah sudah siap mengantar mereka ke sekolah.
Mia yang sudah masuk lagi ke dalam rumah, tercekat di ruang tamu, Alex berdiri disana, menghalangi jalan kembali ke dalam. Mia belum berani menatap Alex, ia masih terbayang kejadian semalam.
Mia : “Om mau kerja ya, ati-ati di jalan ya, om.”
Saat melirik Alex yang masih diam di tempat, Mia melihat dasi Alex yang miring,
Mia : “Om, dasinya miring.”
Alex : “Coba betulkan, tanganku penuh.” Alex menunjuk kedua tangannya yang memegang tas dan ponsel.
Mia dengan cepat merapikan dasi Alex, dan sebuah kecupan dihadiahkan Alex ke kening Mia. Karena kaget, Mia sampai jatuh ke sofa. Melihat itu, Alex melenggang keluar rumah tidak merasa bersalah.
Mia kembali ke meja makan, ia merapikan bekas sarapan si kembar dan Alex. Mencuci piring dan sadar ketika melihat jam dinding sudah menunjukkan jam 8 pagi, tapi Rara belum turun juga.
Mia bergegas naik ke lantai 2, masuk ke kamar Rara. Ia melihat Rara masih tidur di bawah selimutnya. Perasaannya tidak enak, Mia mendekati Rara dan menyentuh dahinya. Rara panas tinggi, sepertinya ia juga kelelahan karena menjaga Riri semalam.
Mia : “Ra? Rara bangun... Hei, bangun sebentar...”
Rara : “Hmm... ya mah 5 menit lagi.”
Deg! Mia mendengar Rara memanggilnya mama, sepertinya Rara setengah sadar karena panas tinggi.
Mia : “Rara! Minum dulu, aku ambilkan obat dulu.”
Mia berlari ke kamar si kembar, mengambil obat dan kompres yang ditaruh Rara disana. Dengan cepat ia mengambil air minum di lantai bawah dan memberikan obat pada Rara.
Mia : “Ra, kamu mau ke toilet? Atau makan? Bubur mau?”
Rara : “Rara mau ke toilet, kak.”
Mia : “Ayo, aku bantu ya. Pelan-pelan.”
Mia membantu Rara masuk ke kamar mandi dan mendudukkannya di toilet.
Mia : “Aku tunggu di luar ya, pintunya jangan dikunci.”
Rara : “...Ya, kak.”
Beberapa saat kemudian, terdengar suara closet disiram,
Rara : “Kak, uda selesai...”
Mia kembali masuk ke dalam kamar mandi, ia memapah Rara dengan hati-hati kembali ke kamarnya.
Mia : “Ini, ukur dulu panas badanmu. Kamu gak pa-pa kan? Mau ke rumah sakit?”
Rara : “Rara cuma mau tidur, kak.”
Mia : “Tapi sarapan dulu ya. Dikit aja.”
Rara cuma mengangguk, Mia segera mengambilkan sarapan untuk Rara dan membuatkan teh manis hangat. Mb Minah yang baru sampai setelah mengantarsi kembar menatap Mia heran,
Mia : “Mb, Rara juga sakit. Mb Minah tolong lihat kondisi nenek ya. Mb Minah juga minum vitamin, jangan sampai
ketularan. Saya bawain Rara makan dulu.”
Mb Minah hanya mengangguk dan tersenyum melihat Mia yang sangat perhatian terhadap majikannya. Bahkan ART itu juga berharap kalau Mia akan segera jadi Nyonya di rumah itu.
-------
Dikamar Rara, Mia menyuapi Rara makan. HP Mia berbunyi, mamanya menelpon,
Mia : “Halo, mah.”
Mama Mia : “…”
Mia : “Mia masih di rumah Rara, mah. Rara lagi sakit.”
Mama Mia : “…”
Mia : “Hari ini gak ada kuliah, tapi harus daftar seminar nanti sore.”
Mama Mia : “…”
Mia : “Disini lagi pada sakit, mah. Mia disini dulu ya. Sekalian buat tugas kuliah.”
Mama Mia : “…”
Mia : “Iya, mah. Mia bisa jaga diri. Mia paham.”
Mama Mia : “…”
Mia : “Bye mah.”
Mia meletakkan HP-nya, kembali menyuapi Rara. Setelah makanan habis, Rara kembali tertidur. Mia membawa piring kotor ke dapur dan mencucinya. Ia menoleh saat pintu kamar nenek terbuka dan mb Minah keluar dari sana.
Mia : “Nenek gimana, mb? Masih pusing?”
Mb Minah : “Sudah mendingan, non Mia. Non Rara gimana?”
Mia : “Sudah tidur, mb. Tapi panasnya sudah mulai turun. Saya tinggal pulang bentar ya, mb. Mau ambil baju ganti.
Kalau ada apa-apa, telpon saya ya mb.”
Mb Minah mengangguk, ia mengantar Mia keluar rumah.
-------
Setelah mengemasi beberapa pakaiannya dan memasukkannya ke dalam tas ransel, Mia berjalan ke luar
rumahnya. Ia akan berangkat ke rumah Rara lagi, tiba-tiba sebuah mobil berhenti di depan Mia,
Alex : “Mia! Kamu mau kemana?”
Mia : “Om? Saya mau ke rumah om. Om kok bisa ada disini?”
Alex : “Aku kebetulan lewat, habis meeting juga sama client. Ayo, aku juga mau pulang.”
Mia : “Iya, om.”
Mia masuk ke dalam mobil Alex, ia mendekap tas ranselnya di depan dada. Alex yang melihat itu, sontak mengambil tas Mia dan meletakkannya di kursi belakang.
Alex : “Jangan takut gitu kenapa sich? Aku kan gak gigit.”
Mia : “Apanya yang gak gigit? Om suka ngambil kesempatan dalam kesempitan.”
Alex : “Tapi kamu gak nolak kan..” goda Alex sambil menjalankan mobilnya.
Baru beberapa menit, ponsel Mia berdering, dari nomor gak dikenal,
Mia : “Halo?”
Mb Minah : “Non Mia, non dimana? Barusan non Riri diantar pulang sama gurunya, badannya tambah
panas.”
Mia : “Saya bentar lagi sampai, mb. Mb kasi obat dulu ya.”
Mb Minah : “Tadi sudah saya kasi obat, tapi non Riri-nya muntah-muntah. Saya bingung ini, mana non Rara juga panas tinggi. Nyonya juga panas badannya.”
Mia : “Saya coba telpon dokter ya, mb tenang dulu. Bentar lagi saya sampai sana mb.”
Mb Minah : “Iya, non.”
Mia menutup telponnya, ia menatap Alex yang masih konsen menyetir,
Mia : “Om, punya nomor telpon dokter panggilan? Rara, Riri, dan nenek panas tinggi. Mb Minah bingung sendirian menjaganya.”
Alex : “Apaa...??!!”
Mia : “Tenang, om. Saya perlu telpon dokter secepatnya.”
Mia menyentuh lengan Alex, menenangkannya agar tidak hilang konsentrasi. Alex membuka ponselnya,
membuka kontak, dan menyerahkannya pada Mia,
Alex : “Cari dokter Benny, itu dokter yang paling deket rumah.”
Mia menekan nomor dokter Benny yang langsung diangkat,
Mia : “Halo, dokter Benny. Saya Mia, bisa datang ke jalan A no.3?
Dokter Benny : “...”
Mia : “Iya, sekarang dokter. Ada 3 pasien sakit panas, tapi yang satu sudah sampai muntah-muntah. Tolong cepat ya, dokter.”
Dokter Benny : “...”
Mia : “Terima kasih dokter.”
Mia menutup telpon, dan menelpon mb Minah,
Mia : “Mb, dokter dalam perjalanan. Gimana Riri? Masi muntah?”
Mb Minah : “Sudah berhenti, non. Tapi sekarang badannya menggigil.”
Mia : “Selimutin dulu, mb. Saya segera sampai.”
Alex melarikan mobilnya sedikit ngebut karena jalanan yang sedikit ramai. Mereka tiba di depan rumah Alex dan melihat sebuah mobil lain di depan rumah.
Mia segera berlari masuk ke dalam rumah lewat pintu depan yang tidak terkunci.
Mia : “Mb Minah?”
Mb Minah keluar dari kamar nenek,
Mb Minah : “Non, tolong lihat non Rara. Non Riri dan nenek ada disini, dokter sedang memeriksanya.”
Mia hanya mengangguk, ia segera naik ke lantai 2, tidak memperhatikan Alex kerepotan membawa tas ranselnya masuk ke dalam rumah.
Mia masuk ke dalam kamar dan melihat Rara duduk di tepi ranjang.
Mia : “Loh, Ra? Kenapa gak tiduran? Kamu mau ke toilet?”
Rara : “Kak, Rara uda baikan. Pengen mandi, gerah banget.”
Mia : “Dibawah ada dokter, Rara periksa dulu ya sebentar. Baru mandi, nanti aku siapin air mandinya dulu.”
Rara : “Iya, kak. Kita kebawah aja yuk.”
Mia menuntun Rara turun tangga dan membawanya ke ruang keluarga, Alex yang baru keluar dari kamar
nenek segera mendekati Rara.
Alex : “Rara uda baikan?”
Rara : “Uda, pah. Tadi sudah dikasi obat sama kak Mia. Dokternya mana, pah?”
Alex : “Oh, bentar papa panggilin.”
Dokter Benny selesai menyuntik nenek dan Riri, Alex memintanya mengecek Rara juga yang hasilnya tidak mengkhawatirkan.
-------
Terima kasih sudah meluangkan waktu untuk membaca novel author ini, jangan lupa juga baca novel author yang lain ‘Menantu untuk Ibu’, ‘Perempuan IDOL’, ‘Jebakan Cinta’ dengan cerita yang tidak kalah seru.
Ingat like, fav, komen, kritik dan sarannya ya para reader.
Dukungan kalian sangat berarti untuk author.
--------
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 602 Episodes
Comments
Enok Hapsoh Mariyana
hebat mia calon ibu yg jempolan mdh2an rara mau nerima mia sbg ibu nya , lanjut thor
2021-01-10
1
Radin Zakiyah Musbich
Ceritanya seru kak 👍👍👍
ijin promo ya 🍜🍜🍜
jgn lupa baca novel dg judul "HITAM"
kisah tentang pernikahan yg tak diinginkan,
jangan lupa tinggalkan like and commen ☀️☀️☀️
2021-01-07
0
Ilham Rasya
5 like untuk mu Thor 💪💪😅
pernikahanku
2020-09-22
0