Mia menggeliat bangun dari tempat tidur Rara, ia melihat sekeliling
kamar yang sepi dan jam dinding menunjukkan sudah jam 8 malam. Kruyuk! Perut
Mia berbunyi, minta diisi. Sebelum turun, Mia mencuci wajahnya dan menyisir
rambut.
Di lantai bawah suasana rumah terlihat sepi,
Mia : “Ra? Rara? Nenek?”
Alex : “Kamu uda bangun. Sini makan dulu.”
Mia melihat Alex duduk di meja makan, membaca koran. Diatas meja
terhidang makan malam, tapi kemana semua orang? Mia duduk di depan Alex.
Mia : “Om, Rara kemana ya?”
Alex : “Kamu ini benar-benar menguji kesabaranku ya.”
Mia : “Saya salah apa, om?”
Mia bingung dengan kata-kata Alex, harum makanan di atas meja makan,
mengundang liurnya hampir menetes.
Mia : “Om, saya boleh makan?”
Alex : “Makanlah.”
Mia makan di bawah tatapan Alex, ia merasa sedikit tidak nyaman dan
hanya makan sedikit. Selesai makan, Mia mencuci piring kotor di dapur.
Ia memutuskan kembali ke kamar untuk mengambil HP-nya karena sepertinya
Alex tidak akan menjawab dimana keberadaan Rara. Tapi ia tidak bisa
melakukannya, Alex sudah menarik Rara masuk ke kamarnya.
Bruk! Tubuh Mia terhempas ke atas tempat tidur, Alex bergerak menindih
Mia yang mencoba bangun.
Mia : “Om, lepas! Saya mau telpon Rara. Mmmphhh…”
Alex melumat bibir Mia, memaksanya membuka mulut, menjelajahi bagian
dalam mulut Mia. Tangan Alex mulai berani meremas ******** Mia yang masih
tertutup kaos dan bra, sementara tangan satunya menahan kedua tangan Mia diatas
kepalanya.
Mia berusaha menahan hasratnya yang mulai menggelora, akal sehatnya
masih menguasai dirinya menghadapi kelakuan Alex. Mia menggelengkan kepalanya,
berusaha melepaskan ciuman Alex.
Mia : “Om… jangan… sakit…”
Tangan Alex sudah masuk ke dalam kaos Mia\, menarik bra yang menutupi ********nya.
Sret! Kaos Mia ditarik ke atas menutupi wajah Mia dan hanya memperlihatkan
bibirnya yang basah.
Mia : “Jangan, om…”
Mia benar-benar takut sekarang, pikirannya hanya tertuju pada Rara. Tubuh
Mia menegang, sentuhan yang diberikan Alex tidak membuatnya merasa nyaman. Mia
memang sangat mencintai Alex, tapi hatinya juga memikirkan perasaan Rara.
Alex menghentikan kegiatannya menjelajahi tubuh Mia, ia mendengar isak
tangis tertahan dari Mia. Alex membelalakkan matanya melihat penampilan Mia
yang kacau akibat ulahnya. Dengan cepat Alex menurunkan kaos Mia dan menariknya
bangun. Dipeluknya tubuh Mia yang gemetar.
Alex : “Maaf, Mia. Aku minta maaf. Tolong jangan menangis lagi.”
Mia : “Hiks… Rara mana… hiks… om?”
Alex : “Semuanya lagi pergi ke toko buku, Rara mau beli perlengkapan
untuk kalian daftar ujian besok. Si kembar juga mau beli peralatan sekolah.”
Mia : “Om, kita keluar saja ya. Saya tidak nyaman disini.”
Alex menuntun Mia keluar kamarnya, mereka duduk di sofa ruang
keluarga, Alex mengelus rambut Mia sementara Mia bersandar di pundaknya. Mereka
larut dalam pikiran masing-masing.
-------
Brrmm… Suara mobil memasuki garasi rumah Rara. Alex dan Mia mendengar
itu, Alex berjalan ke pintu depan dan membukakan pintu. Mia merapikan
penampilannya di kamar mandi lantai bawah dan kembali ke ruang keluarga seolah
tidak terjadi apa-apa.
Rara : “Kak Mia udah bangun. Ini Rara cariin perlengkapan untuk kita
besok.”
Mia : “Kok kamu gak bangunin aku sich? Kita kan bisa pergi sama-sama.”
Rara : “Rara kasian liat kak Mia tidur pules banget. Capek ya, kak?
Kakak udah makan?”
Mia : “Uda tadi. Ayo kita ke kamarmu.”
Rara dan Mia berjalan naik ke lantai 2, Alex meremas tangannya dengan
gemas. Ia merutuki kebodohannya yang tidak bisa menahan diri.
Di dalam kamar Rara,
Rara : “Besok kita ke rumah kakak dulu, baru ke kampus ya.”
Mia : “Iya, Ra. Apalagi yang kurang?”
Rara : “Sepertinya kita harus mampir ke sekolah untuk legalisir lagi.”
Mia : “Ok. Sekarang kita tidur aja ya.”
Rara dan Mia berbaring di atas ranjang, Rara langsung terlelap karena
capek, sementara Mia masih memikirkan perlakuan Alex tadi. Air matanya menetes
lagi, kenapa jatuh cinta bisa sesakit ini?
-------
Keesokan harinya, pagi-pagi Rara dan Mia sudah pergi ke rumah Mia.
Mereka sarapan sebentar dan berpamitan pada nenek. Alex yang sudah siap ke
kantor, memilih mengantar mereka dulu. Dalam perjalanan, Alex lebih banyak
diam. Ia hanya sesekali menjawab pertanyaan Rara.
Sampai di depan rumah Mia, Alex langsung pamit dan memutar mobilnya
menuju kantor. Mia hanya menatap kepergian Alex tanpa kata.
Mia mengajak Rara masuk ke dalam rumah, mamanya sudah pergi sejak tadi
dan hanya ada ART di rumah itu. Mereka berjalan masuk ke kamar Mia,
Rara : “Wah, kamar kakak bagus banget.” Rara menatap berkeliling kamar
yang terkesan sejuk karena sebagian besar terbuat dari kayu.
Mia mengeluarkan dokumen pentingnya untuk pendaftaran ujian masuk
kampus dan menaruhnya di meja kecil di dekat jendela. Hembusan angin dari
jendela terasa sangat segar dipagi itu. Rara menunjukkan dokumen yang mereka
perlukan dan menyiapkan dokumen yang harus dilegalisir lagi.
Setelah selesai menyiapkan semuanya, mereka berjalan kaki ke sekolah
lama mereka. Beruntung kepala sekolah ada di tempat dan suasana sekolah masih
sepi karena liburan panjang.
-------
Mia dan Rara berjalan memasuki kampus pilihan mereka, beberapa orang
sudah berada disana, mengantri untuk pendaftaran. Mereka ikut berdiri mengantri
setelah menanyakan kepada security yang berjaga.
Mia : “Ra, kalau capek, gentian duduk ya.”
Rara : “Iya, kak. Kakak sudah pilih jurusan yang kakak mau kan?”
Mia : “Iya, kakak harus pilih Ekonomi Bisnis dan Management. Rara jadi
ambil yang sama?”
Rara : “Kayaknya gak jadi, kak. Rara ambil Akuntansi aja. Kayaknya
Rara gak bakat jadi manager.”
Mia : “Oh gitu ya. Yang penting kita masuk ke kampus yang sama.”
Rara : “Iya, kak.”
Mereka melanjutkan mengantri dan berhasil mendaftar ujian masuk tahap
pertama yang akan dilaksanakan 2 minggu lagi.
Setelah memastikan keperluan ujian dan waktunya,
Rara dan Mia berjalan ke gerbang kampus. Mereka ingin makan siang di warung
makan dekat sana. Saat itu mobil Alex berhenti di samping mereka.
Rara : “Papa! Kok bisa kesini?”
Alex : “Papa baru selesai meeting di restauran
sana, kalian sudah selesai daftar?”
Rara : “Iya, pah.”
Alex : “Sekarang mau kemana? Papa mau makan,
kalian mau ikut?”
Rara : “Ayo, pah. Kak Mia, ayo kita makan dulu.
Kakak duduk di depan ya, aku di belakang.”
Mia sedikit ragu untuk ikut, tapi ia tidak bisa
menolak Rara. Mia masuk ke dalam mobil, duduk di sebelah Alex.
Rara : “Kita makan dimana, pah?”
Alex : “Sepertinya di depan sana ada restauran
yang enak. Kita makan disana aja.”
Rara : “Kak Mia, HP-ku di kakak ya.”
Mia : “Iya, ini.”
Rara : “Waduh, Rara lupa kalau nenek nitip
diambilkan jahitan. Pah, stop depan ruko biru itu. Untung belum lewat.”
Alex : “Mau apa kesini?”
Rara : “Nenek minta tolong tadi pagi sekalian
ambil jahitan, mumpung deket kampus. Pah, minta duit dong, buat bayar.”
Alex mengambil dompetnya di dalam dashboard, membuat
Mia sedikit menggeser kakinya.
Alex : “Nich, bawa aja dompet papa. Ada kartu
juga, Rara tahu kan PIN-nya?”
Rara : “Ok, pah. Kak Mia tunggu aja disini. Rara
gak lama kok.”
Mia sudah hampir melepas sabuk pengaman yang ia
pakai, tapi Rara membuatnya duduk kembali. Situasi di dalam mobil semakin
canggung saat Mia berdua saja dengan Alex, apalagi Alex hanya diam saja.
Akhirnya Mia memutuskan ingin keluar saja dari
mobil, AC mobil yang sangat dingin tidak bisa membuat Mia berhenti berkeringat.
Mia benar-benar merasa kepanasan berduaan saja dengan Alex. Baru saja sabuk
pengamannya meluncur melewati tangan kirinya, lengan Alex sudah melingkar di
leher Mia, memegang tengkuk Mia dan dengan cepat mencium Mia.
Mia : “Mmmhhpppp... mmmhhppp...”
Lidah Alex menerobos ke dalam mulut Mia,
mengabsen deretan giginya yang putih. Alex benar-benar menaklukkan Mia dengan
ciuman yang panas dan cepat. Wajah Mia memerah setelah Alex melepaskan
ciumannya. Duduk kembali di belakang setir, seolah tidak ada yang terjadi.
Jantungnya berdebar kencang, meresapi rasa manis yang masih ia rasakan setelah
mencium Mia lagi.
Rara masuk ke dalam mobil membawa sebuah tas
besar, ia menutup pintu kembali dan memberikan dompet pada papanya.
Rara : “Rara gesek pake kartu ya, pah. Struknya
ada di dalam dompet. Ayo kita makan.”
Alex menjalankan mobilnya menuju restauran yang
ia pilih tadi. Mereka memilih tempat duduk di pojok restauran yang adem. Setelah
memesan makanan, Rara kembali berkicau. Ia bercerita tentang jurusan yang
mereka ambil.
Rara : “Kita beda jurusan, pah. Tapi tetap di
satu fakultas kok. Eh, kak soal ujiannya sama kan ya?”
Mia : “Iya, Ra. Kamu kan uda belajar, masi gugup
juga.”
Rara : “Rara takut gak lulus, kak. Nanti gimana
kuliah Rara.”
Mia : “Pasti bisa lulus, ujian akhir sekolah,
Rara lulus kan? Ayo, berjuang sedikit lagi, ya.”
Rara memeluk Mia erat, ia sangat menyayangi Mia
yang selalu bisa membuat hatinya tenang. Dibelakang Rara, Alex meraih tangan
Mia dan menggenggamnya. Mata mereka berbicara tentang perasaan cinta mereka
yang dalam tapi tidak bisa saling terucap.
-------
Terima kasih sudah meluangkan waktu untuk membaca novel author ini,
jangan lupa juga baca novel author yang lain ‘Menantu untuk Ibu’, ‘Perempuan
IDOL’, ‘Jebakan Cinta’ dengan cerita yang tidak kalah seru.
Ingat like, fav, komen, kritik dan sarannya ya para reader.
Dukungan kalian sangat berarti untuk author.
--------
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 602 Episodes
Comments
Radin Zakiyah Musbich
awesome ❤️❤️❤️
ijin promo thor 🙏
jgn lupa baca novelku dg judul "AMBIVALENSI LOVE" 🍭🍭🍭
kisah cinta beda agama,
jgn lupa tinggalkan jejak dg like and comment ya 🙏😁
2020-10-30
1
Ilham Rasya
jejak
2020-09-22
0
Kimie Meonk
resiko... berhubungan sma org dewasa y bgtu tuh...
2020-09-05
1