Duren Manis
Pulang sekolah, Mia diajak Rara ke rumahnya. Mereka akan belajar bersama untuk ulangan Fisika besok. Ojek online yang mereka pesan segera datang dan membawa mereka pulang ke rumah Rara.
Kemacetan jalanan siang hari itu tidak terlalu mengganggu mereka karena cuaca yang mendung. Hawa panasnya membuat Mia mengipasi tubuhnya dengan majalah yang tadi dibelinya di depan sekolah.
Mereka sampai juga di depan rumah Mia. Setelah mengembalikan helm ke ojek online, Rara mengajak Mia masuk.
“Ayo masuk, kak,” ajak Rara pada Mia.
“Ayo,” sahut Mia.
Mereka berjalan masuk ke pekarangan rumah Rara yang tidak terlalu besar, tapi sangat asri dengan banyak tanaman bunga di halamannya. Sepertinya mama Rara sangat suka berkebun, pikir Mia.
Rara membuka sepatunya dan membawanya masuk ke dalam rumah, sementara Mia meninggalkan sepatunya di luar pintu depan.
Mia melihat sekeliling ruang tamu rumah Rara yang tertata rapi dan bersih. Beberapa foto tampak terpasang di dinding ruang tamu. Mia mengamati foto keluarga Rara. Ia menebak kalau pria di foto itu adalah Papa Rara yang terlihat sangat tampan dan gagah, ia diapit Rara dan dua anak kembar yang sangat lucu.
Mia sedikit bingung karena di foto itu hanya ada foto mereka tanpa foto mamanya Rara. Tapi ada satu lagi foto yang lebih kecil, terlihat cuma ada foto papa Rara, Rara, dan satu lagi wanita yang cantiknya mirip Rara.
“Kak Mia, minum dulu. Itu foto mamaku, cantik kan kak?” kata Rara minta persetujuan Mia.
“Iya, mamamu cantik mirip kamu ya. Tapi kenapa di foto yang besar gak ada foto mamamu?” tanya Mia sambil duduk di sofa ruang tamu.
“Itu karena mama meninggal waktu si kembar lahir,” sahut Rara tanpa beban.
“Ah, maaf Rara, aku beneran gak tahu. Maaf ya,” pinta Mia menyesali hal yang ia tidak tahu.
“Gak pa-pa kok, kak. Rara uda iklas. Lagian masi ada papa dan nenek juga,” ucap Rara.
“Nenekmu juga tinggal disini?” tanya Mia mengalihkan perhatian Rara.
“Iya, kak. Mungkin sekarang lagi jemput si kembar. Kita ke kamarku aja ya kak,” ajak Rara.
**
Rara terus memanggil Mia dengan sebutan kakak karena usia mereka berbeda 4 tahun. Meskipun mereka teman satu kelas, tapi Mia sesungguhnya sudah menyelesaikan pendidikan SMA-nya sejak 4 tahun lalu di negara A.
Orang tua Mia bercerai saat dirinya baru masuk SMA, ketika mamanya memilih untuk kembali ke kota Y, Mia tetap bertahan di negara A karena tidak ingin menyusahkan mamanya.
Setelah usianya cukup untuk memilih kewarganegaraan, Mia memutuskan akan mengikuti mamanya ke kota Y, tapi sebelum itu ia menghabiskan waktunya untuk bekerja dan menabung. Mia ingin kuliah di kota Y dengan biaya sendiri, karena tidak mungkin ia minta uang pada mamanya, terlebih lagi minta uang pada
papanya yang sudah menikah lagi.
Selama empat tahun, Mia mengumpulkan uang yang cukup untuk biaya perjalanannya ke kota Y, biaya kuliah dan hidupnya disana sampai mendapatkan pekerjaan di kota Y. Mia benar-benar berjuang sendiri untuk mandiri.
Ketika akhirnya Mia mewujudkan keinginannya untuk bersama mamanya, ijasah SMA-nya tidak memungkinkan ia kuliah di kota Y karena dokumennya itu hilang setelah urusan kependudukan Mia selesai di kota Y. Mia harus mengulang masa SMA lagi, dan langsung diterima di kelas Rara. Mereka langsung jadi teman baik karena sifat Rara yang ramah dan mudah bergaul.
Keramahan kota Y mulai membuat Mia betah disana, terlebih lagi karena paras cantiknya yang dominan mengikuti wajah tampan ayahnya dengan rambut panjang hitam mengikuti mamanya. Mia terlihat lebih mencolok dari murid lokal lainnya.
**
Baru saja Mia bangun dari duduknya, pintu depan rumah Rara terbuka. Mereka menoleh melihat siapa yang datang.
Deg! Mia merasakan jantungnya mulai berdebar kencang, saat seorang pria tampan masuk ke dalam rumah. Mia tidak bisa mengalihkan pandangannya, pria itu benar-benar tampan, lengannya tampak kuat dengan otot yang bagus, kumis tipis diatas bibirnya membuat Mia ingin menciumnya. Mia jatuh cinta pada pandangan pertama.
“Papa kok uda pulang? Ini kan masih siang,” tanya Rara membuat Mia terkejut. Jadi pria tampan di depannya ini memang papanya Rara.
“Eh, ada tamu ya. Papa baru datang dari meeting di luar, capek banget. Jadi ijin pulang cepat,” sahut papa Rara yang bernama Alex itu sambil menatap Mia yang berdiri di depannya.
“Gila, cantik banget. Tapi kenapa pakai seragam SMA?” gumam papa Rara dalam hati.
“Papa, kenalin ini kak Mia, teman sekelas Rara yang pernah Rara ceritain itu loh. Pindahan dari negara A," terang Rara sambil memperkenalkan Mia pada Alex.
“Saya Mia, om,” kata Mia sambil mengulurkan tangannya.
“Saya Alex,” sahut Alex sambil mengulurkan tangannya juga.
Mereka bersalaman dan saling menatap cukup lama, membuat Rara menatap heran keduanya.
“Eheemm… Pah, lepasin kak Mia dong,” pinta Rara.
“Eh, maaf. Kalian lanjutkan saja. Papa ke dalam dulu,” kata Alex sambil berjalan melewati Mia.
Saat melewati Mia, papa Rara itu sempat berhenti sebentar, ia mencium aroma parfum yang menguar dari tubuh Mia. Aroma parfum itu membuat tubuhnya memanas dan tubuh bagian bawahnya mulai tegang. Papa Rara segera masuk ke kamarnya yang terletak di dekat tangga.
Rara mengajak Mia menuju kamarnya di lantai 2, tapi sebelum itu Rara meminta Mia menunggunya sebentar di dekat tangga. Rara berjalan ke arah dapur, membawa gelas minuman mereka tadi.
Mia tidak sengaja melihat ke arah kamar Alex yang tidak tertutup dengan benar. Alex sedang membuka pakaiannya, menunjukkan otot perutnya yang sixpack. Tangan Alex membuka gesper sabuknya, menurunkan retsleting celananya.
Wajah Mia bersemu merah, ia segera mengalihkan pandangannya ke tangga rumah Rara. Mia merasa hawa di rumah itu agak panas, ia mengipasi tubuhnya dengan tangan. Rara segera kembali dan mengajaknya naik ke lantai dua.
“Kak, kenapa wajahmu merah? Disini panas ya,” kata Rara keheranan.
“Iya, kok tiba-tiba panas ya. Aku pinjam kamar mandimu ya, sepertinya aku harus mandi dulu,” sahut Mia yang memilih tidak mengatakan yang sebenarnya pada Rara.
“Ah, boleh kok. Pakai bajuku aja, kak,” kata Rara senang.
**
Sementara Mia dan Rara berjalan ke lantai dua, Alex sudah masuk ke kamar mandi, ia mengguyur tubuhnya dengan air dingin mencoba meredakan hasratnya yang membara setelah bertemu Mia.
“Kenapa gak mau tenang juga? Aku harus keluarkan sekarang juga!” keluh Alex menatap tubuhnya.
Pikiran Alex mulai melayang seputaran Mia yang tersenyum manis, mengingat lembut dan putih kulit tangan Mia yang tadi sempat digenggamnya. Selesai mandi, Alex teringat sesuatu yang harus ia berikan pada Rara. Ia segera memakai baju santai dan beranjak naik ke lantai dua.
Mia baru selesai mandi juga, ia terlihat lebih fresh dan cantik. Rambutnya yang hitam panjang sedikit basah, menutupi sebagian pundaknya yang terlihat karena baju santai yang dipinjamkan Rara sedikit terbuka.
Mia menjemur handuk yang ia gunakan tadi di jemuran handuk di dekat kamar mandi lantai 2. Ia mengangkat kedua tangannya untuk mengikat rambutnya lagi sambil berjalan ke kamar Rara.
Semua adegan saat Mia baru keluar dari kamar mandi, mengeringkan rambutnya, menjemur handuk, dan mengikat rambutnya sudah dilihat Alex yang berdiri di ujung tangga. Alex menahan nafasnya melihat pundak dan bra Mia yang terlihat.
Alex menarik nafas dalam, ia tetap harus menemui Rara sekarang kalau tidak dia akan melupakannya nanti. Tok, tok, tok…
“Masuk…,” sahut Rara dari dalam kamarnya. Alex membuka pintu kamar Rara.
“Ra, papa lupa ngasi flash disk ini…”
Hal pertama yang dilihat Alex adalah paha putih Mia yang terpampang di depannya karena Mia sudah duduk bersila di karpet, sementara Rara berdiri di depan meja belajarnya.
“Om…,” sapa Mia ramah.
Mia tersenyum, tidak menyadari kalau mata Alex sedang menjelajahi paha dan pundaknya. Hati Mia sedikit berdesir melihat rambut basah Alex menutupi dahinya, Alex terlihat semakin tampan dan macho.
“Kasi kak Mia aja, pah. Makasih ya,” sahut Rara yang masih sibuk membongkar tasnya.
Alex menyodorkan FD ke tangan Mia, dan hampir berbalik ke luar kamar Rara, “Kalian sudah makan? Kalau belum, pesan saja ya. Nanti papa yang bayar.”
“Ok, pah,” sahut Rara semangat.
“Makasih om,” ucap Mia masih dengan senyuman manisnya.
Alex keluar kamar Rara, menutup pintunya, dan bergegas turun, masuk ke kamar mandi lagi. Hasratnya memuncak lagi setelah melihat bagian atas tubuh Mia ketika ia menyerahkan flash disk ke tangannya tadi.
“Selvi… sayang… apa sudah waktunya bagiku…” Alex memejamkan matanya mengingat mendiang istrinya, dahulu hanya Selvi yang bisa membuat hasrat Alex membara seperti saat ini.
Alex keluar dari kamar mandi hanya memakai handuk melilit pinggangnya, ia membuka lemari pakaiannya dan mengambil sebuah figura foto dari dalam sana. Selvi tersenyum manis memakai kebaya putih, foto yang
diambil saat mereka menikah.
“Sayang... ini sudah sangat lama bagiku sendiri. Apa kau mengirimkan gadis itu? Mia... Tolong maafkan aku, sayang. Aku mulai merasakan sesuatu seperti saat pertama kali kita bertemu. Akhirnya aku merasakannya lagi,” lirih Alex sendu.
Alex meletakkan foto Selvi kedalam laci nakas, ia tidak ingin orang lain melihat foto itu. Kenangan terakhirnya tentang Selvi.
**
Maafkan kalau ada salah ketik. Jangan lupa baca terus lanjutannya ya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 602 Episodes
Comments
Rasni 01
baca ulang lagi deh sambil nunggu updatex KK author 😘🥰💖💖
2021-08-24
0
Erni Fitriana
tinggalkan jejakkk thor
2021-04-12
0
࿅xena_wild ˡⁱᵒⁿあᬊ𝄞༗
haiii kak sanny aq baca ulang lg ya😅😅aq kangeeen(justina)
2021-04-06
0