...H E L L O !👋...
...~ H A P P Y R E A D I N G ~...
...***...
Cahaya matahari sudah benar-benar menyilaukan mata, tapi dua anak manusia itu masih asik tertidur dibalik selimut tebal sambil berpelukan. Hingga si lelaki mulai mengerjap kan matanya lalu menatap gemas wajah tenang Acha dengan mulut terbuka sedikit.
"Ya, kamu benar, takdir memang sebercanda itu."
Ingatannya kembali mundur ke kejadian malam tadi, dimana keduanya sama-sama mendapatkan sebuah kejutan yang benar-benar membuat jantung hampir loncat dari tempatnya.
"A-Acha?"
Tanpa melepas pelukannya, Acha mengangguk. "Acha Basilia Eldora," Ucap Acha tanpa adanya nada keraguan.
"Atharriq Pradhitama,"
Acha segera menjauhkan tubuhnya dari Athar lalu menatap penuh selidik pada pemuda itu, "Kok tau nama boy nya gue?!"
Pemuda tampan itu terkekeh lalu dalam hitungan detik, raut wajahnya berubah menjadi penuh intimidasi. "Gue gak suka lo bohong," Ucapnya dengan nada datar namun tajam.
Kening Acha mengernyit bingung saat mendengar ucapan Athar didepannya itu, "Gue emang Acha. Disini, gue... Transmigrasi? Gue gak tau apa yang sebenarnya terjadi, tapi gue emang pindah raga."
"Lo... Juga?" Tanya Acha dengan satu alisnya yang terangkat.
Ntah karena apa, Acha merasa biasa saja bahkan dirinya merasa lega saat sudah jujur tentang siapa dirinya. Harusnya Acha merasa khawatir karena ada yang mengetahui tentang siapa jiwanya, tapi untuk kali ini, tidak.
Athar memajukan tubuhnya hingga hidung mancungnya bersentuhan dengan hidung mancung Acha, kedua manik matanya bertubrukan dengan sorot tak terbaca. "Lo beneran Acha?"
"Sejak kapan gue suka bohong?"
Sontak, Athar menatap ke wajah Acha yang kini mulai mengerjap kan matanya. Acha tersenyum senang lalu menyembunyikan wajahnya di ketiak Athar, posisi yang sangat Acha sukai sejak kecil saat mereka tidur bersama.
Sedangkan Athar yang melihat tingkah Acha pun hanya bisa terkekeh gemas, "Bangun yuk. Mau sekolah atau ngak?" Tanya Athar sambil melirik kearah jam di dinding.
"Jam berapa?" Tanya Acha balik, tanpa berniat menjauhkan wajahnya dari ketiak Athar yang super harum itu.
"Jam sembilan," Jawab Athar yang berhasil membuat Acha memelotot kan matanya terkejut.
Refleks, Acha langsung terduduk dengan wajah panik. "Jam sepuluh gue ada presentasi dikelas! AAAAAAAAA!!!"
Acha berlari memasuki kamar mandi dengan gerakan kilat yang berhasil menerbitkan tawa kecil dari bibir pemuda tampan itu. Athar mendudukkan dirinya dengan punggung yang bersandar pada sandaran ranjang.
Matanya menatap tepat pada sebuah foto yang terpajang di dinding, itu foto Mildreda kecil bersama dengan Ariq atau pemilik asli raganya saat ini yang difoto itu baru berusia sekitar 7 tahunan. Lalu dirinya menempati raga Ariq saat berusia 15 tahun, atau lebih tepatnya selepas 5 tahun sosok Athar dinyatakan sudah meninggal.
Dirinya masih sangat mengingat saat dimana dirinya hanya bisa melihat orang-orang yang dia sayangi tanpa bisa menyentuh, bahkan mereka semua tak ada yang bisa melihat nya. Hanya Ariq, ya hanya Ariq yang memiliki kemampuan istimewa yaitu bisa melihat sosok dirinya.
Hingga hari itu tiba, Ariq gugur dan berpesan pada Athar agar mau menempati raganya dan hidup kembali dilingkungan baru. Athar sempat menolak, karena dirinya sudah nyaman di kondisi seperti ini. Tapi Ariq memaksa dan berakhirlah dengan dirinya yang menempati raga Ariq.
Sebelum benar-benar menghadap Tuhan, Ariq meminta Athar agar berjanji padanya untuk selalu menjaga Mildreda. Sahabat sekaligus cinta pertama Ariq. Ariq bilang, Mildreda tidak seberuntung dirinya. Setelah melihat sosok Mildreda, barulah Athar bisa berjanji untuk setia menjaga Mildreda demi balas budinya pada Ariq.
Dan malam tadi, Athar merasa sedih sekaligus senang. Sedih karena ternyata Mildreda sudah menyusul Ariq tanpa dirinya tahu, dan senang karena dirinya bisa kembali bertemu dengan Acha. Sahabat laknatnya tapi Athar cinta-eh?
"ATHAR MANDI IH CEPET!!"
Teriakan membahana dari arah depan pintu kamar mandi mengagetkan Athar dari lamunannya. Athar menoleh lalu menggeleng pelan saat melihat Acha yang dengan santainya berjalan didepan nya yang hanya memakai handuk sebatas paha.
"WOY ANJING! MANDI!!"
"Acha mulutnya!" Athar menatap datar Acha yang dibalas cengiran tak berdosa dari gadis itu.
Karena sudah terlanjur badmood, Athar pun langsung masuk kamar mandi dan membersihkan dirinya. Selang beberapa menit, keduanya sudah siap dengan pakaian masing-masing. Athar yang memakai baju bebas sedangkan Acha memakai baju sekolah nya.
"Ayo, At! Makan di motor aja," Ucap Acha seraya menarik lengan Athar dengan satu tangannya sedangkan satu tangannya membawa dua tangkap roti tawar.
Athar yang ditarik pun hanya pasrah saja. Bahkan selama perjalanan, Athar terus patuh saat Acha berteriak memintanya untuk membuka mulut. Dan roti itu pun habis dimakan keduanya. Tak lama kemudian, mereka tiba didepan gerbang ZHS yang sudah ditutup.
"Gue udah telpon KepSek nya, masuk gih, nanti gue jemput." Ucap Athar sambil mengacak gemas rambut panjang Acha yang diurai dengan bebas.
Acha mengangguk lucu, lalu mendekat kearah Athar. "Buka dong helm nya," Pinta Acha dengan wajah yang dia buat selucu mungkin.
Tanpa bertanya lebih, Athar melepas helm nya lalu terdiam membeku saat bibir mungil itu bersentuhan langsung dengan pipi kiri nya dengan waktu cukup lama, dirinya semakin membeku saat Acha berlanjut mengecup pipi kanan nya dan juga keningnya.
"Dulu Athar suka kiss-kiss Acha, sekarang Acha yang kiss-kiss Athar, hehe." Acha tertawa tanpa dosa tanpa menyadari kalau telinga Athar sudah memerah dan seseorang yang tak jauh dari keberadaan mereka tengah mengepalkan tangan erat.
Cup.
Satu kecupan mendarat diujung hidung mancung Acha yang berhasil membuat tawa Acha lenyap begitu saja, kini bergantian Acha yang membeku saat Athar kembali mengecup dagunya. Athar tersenyum geli lalu memakai kembali helm nya agar Acha tak melihat telinga nya yang memerah.
"Masuk gih, belajar yang pinter biar anak-anak kita ikut pinter."
Tanpa menunggu balasan dari Acha, Athar melajukan motornya dengan kecepatan tinggi.
Aduh Emak! Anak mu baper loh ini! Padahal niat mau ngebaperin eh malah senjata makan Tuan.
...***...
Prangg!
Siswa-siswi kelas 12 IPA1 terlonjak kaget saat melihat kaca jendela kelas yang kini sudah hancur, mereka melirik bergantian pada si pelaku yang kini sudah beraut tak mengenakan, lalu merek beralih menatap beberapa anggota PMR yang sedang berlarian memasuki ruang kelas yang dua kaca nya pecah itu.
"Lan, lo apa-apaan sih?"
Maxime menghampiri Arlan lalu menahan bahu pemuda itu saat Arlan hendak pergi tanpa merasa bersalah karena telah memecahkan dua kaca jendela dan membuat terluka 2 siswi serta 2 siswa yang kini dilarikan kerumah sakit karena terkena pecahan kaca ditubuhnya.
Dengan kasar, Arlan menyentak tangan Maxime lalu memukul telak pada hidung Maxime yang kini mengeluarkan sedikit darah. Erosi dan Gempa langsung membantu Maxime sedangkan Legenda langsung mendekat kearah Arlan.
"Lo kenapa sih? Gak ada angin gak ada hujan tiba-tiba jadi kasar, lo kerasukan setan apa hah?!" Legenda menatap nyalang pada Arlan yang dibalas tatapan dingin dari pemuda itu.
Melihat tatapan Arlan, Legenda mendengus pelan dengan perasaan kesal, bukannya takut. Legenda mengikis jarak antara dirinya dan juga Arlan, "Lo mau gue laporin ke Mamih, Mamah, atau mau sekalian ke Bunda?"
Arlan menajamkan tatapan nya lalu mencengkram kuat kerah seragam Legenda, "Diam!" Tekan Arlan lalu mendorong kuat Legenda hingga jatuh tersungkur.
Tak lama kemudian, guru-guru mulai berdatangan dan bertanya siapa yang sudah memecahkan kaca jendela kelas 10. Mereka semua kompak menunjuk kearah Arlan yang kini menampilkan raut tanpa ekspresi, bahkan dirinya terlihat begitu tenang dengan suasana hati buruk.
Sialan! Pagi-pagi gue jemput katanya masih tidur, terus dateng sama cowok lain? Akh! ****! Batin Arlan dengan tangannya yang terkepal semakin erat.
"Arlan! Ikut Ibu ke ruang BK sekarang juga!" Ucap Bu guru BK yang tak dipedulikan sama sekali oleh Arlan.
Sedangkan Acha yang baru datang dengan wajah cerah plus senyam-senyum tidak jelas itu mendadak mendekat ke posisi Arlan karena merasa kepo dengan kejadian hot apa hari ini. Acha menghentikan langkahnya tak jauh dari posisi Arlan berada.
"Bro, ada apaan sih?" Tanya Acha seraya menyenggol lengan seorang siswa yang tak dirinya kenali.
Siswa itu menoleh dan saat melihat siapa disampingnya, siswa itu langsung menunduk dengan kaki bergetar. "I-itu a-anu," Siswa itu meneguk susah payah air liurnya.
"Anu lo kenapa?"
Mata siswa itu memelotot kaget dengan kepala yang langsung menggeleng ribut, "Bukan m-maksudnya."
"Apaan sih anjir? Prik banget loh!" Acha mengibaskan rambutnya lalu pergi mendekat ke siswa lainnya.
Astaga, gini banget rasanya saat deket crush. Batin siswa itu seraya berjalan mundur karena ingin menjauhi kerumunan.
Acha berdiri di samping siswa berpakaian urakan yang ternyata dia Erosi, "Bro. Ada apaan sih? Ada gajah terbang atau sunatan masal?" Tanya Acha seraya menyenggol bahu Erosi dengan tidak santai.
Erosi langsung menoleh lalu menatap kaget pada Acha, "Lo bukannya si cacat?! Masih hidup lo njir?!" Tanya Erosi dengan raut kagetnya yang sangat ketara.
"Bego! Kemarin juga pas ada war lo liat gue kan? Jan pikun mendadak deh!" Ucap Acha seraya memutar bola matanya malas.
"Kemarin mah beda lagi ceritanya! Kemarin bahkan gue kagak inget muka si sanderaan itu gimana njir," Ucap Erosi seraya menarik lengan Acha agar menjauh dari kerumunan.
"Lo ngapain ngajak gue buat mundur? Berjuang aja gue belum mulai," Ucap Acha seraya menyentak pelan tangan Erosi dari lengannya.
"Bentar, gue mau nanya banyak ini!"
"Satu pertanyaan sejuta, deal?"
"Deal!"
"Oke, pertanyaan per-"
"ARLAN STOP!"
...***...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 106 Episodes
Comments
kisagaaa
maaf ya kak aku end smpe sini,,bingung sm ceritanya /Pray/
2024-06-30
0