...H E L L O !👋...
...~ H A P P Y R E A D I N G ~...
...***...
Dengan wajah masam, Arlan memasuki area mansion mewahnya yang sudah dia tinggalkan hampir 2 hari. Selama 2 hari ini juga, Arlan terus bersuasana hati buruk karena Acha yang meninggalkannya hari itu di rumah sakit. Andai Arlan tahu siapa nama Acha, pasti sudah dirinya lacak keberadaan gadis itu.
Gadis yang berhasil merebut perhatian dan juga hatinya tanpa harus melakukan apapun, bahkan gadis itu terus bersikap menyebalkan saat bersamanya tapi entah kenapa, Arlan merasa tertarik hingga dia memantapkan hati untuk mencintai gadis yang baru dikenalnya.
Meski demikian, Arlan tetap menolak resiko apa yang akan dirinya dapat dikemudian hari. Kalau Acha memiliki kekasih, maka dengan sangat mudah Arlan akan menyingkirkan lelaki itu. Dan kalau Acha berniat lari darinya, maka dengan senang hati Arlan akan mengejar bahkan sampai ke ujung dunia sekalipun.
Seseorang kalau sudah bucin, memang beda.
Langkah malas nya terus terseret sampai terhenti dianak tangga pertama karena matanya tak sengaja melihat kearah dapur. Karena penasaran, Arlan pun berjalan menuju dapur lalu duduk di kursi meja makan sambil menatap seorang gadis yang sedang sibuk membuat puding coklat.
"Mau pake susu lagi gak?" Tanya gadis itu tanpa menoleh menatap Arlan, Arlan mengangguk singkat lalu menggeleng.
"Pakai tapi makannya nanti, taruh di kulkas aja." Ucap Arlan yang langsung diangguki oleh gadis itu.
Gadis itu duduk didepan Arlan lalu menaikan satu alisnya, menatap bingung wajah masam Arlan yang tak enak dipandang. "Kenapa? Mas ada masalah?" Tanya gadis itu yang langsung diangguki dengan cepat oleh Arlan.
"Mas tuh cinta sama seseorang tapi dia ninggalin Mas pas di rumah sakit," Curhat nya dengan wajah memelas seakan sangat tersakiti.
Gadis itu tersenyum geli, dirinya sudah terbiasa melihat tingkah ajaib Arlan. Mungkin di luaran sana, orang-orang hanya mengenal Arlan sebagai sosok yang dingin, cuek, dan juga kejam. Namun kenyataannya, Arlan hanyalah anak bontot yang senantiasa bersikap ajaib tanpa diduga.
"Masa bisa cinta? Suka kali, Mas." Ucap gadis itu seraya memasukan sesendok puding kedalam mulutnya.
Dengan ribut, Arlan menggelengkan kepalanya lalu tersenyum miris. "Apa deh? Mas tuh kan gak pernah deket sama perempuan dan cuma dia yang deket juga berhasil rebut hati Mas ini tau."
"Oh ya? Terus aku, Bunda, Mamah, dan Mamih kamu anggap apa? Waria?" Celetuk gadis itu yang malah membuat Arlan melengos kesal.
"Beda kalo yang itu."
"Apa bedanya?"
Arlan mencebikan bibirnya kesal seraya bangkit dari duduknya dan berlalu pergi begitu saja. Sepeninggalan Arlan, gadis itu hanya bisa geleng-geleng kepala karena sifat kekanakan Arlan yang memang sudah sangat biasa untuk seluruh keluarga besar mereka.
Kembali ke Arlan, setibanya didalam kamar, mata tajam nya langsung menyipit kesal saat ada seseorang yang tengah tertidur diatas ranjangnya. "Bangun! Ngapain tidur disini sih?!"
Seseorang yang tidurnya terusik itu langsung mengerjap dan segera mendudukkan dirinya, saat kelopak matanya terbuka dan melihat siapa yang berdiri didepan nya, seseorang itu tersenyum lebar seakan tak memiliki dosa apapun dan itu sangat menjengkelkan bagi Arlan.
"Halo Adik kesayangan," Goda lelaki itu seraya menaik turunkan alisnya.
"Bacot!" Sentak Arlan seraya melemparkan jaketnya yang langsung mengenai wajah seseorang itu.
"Adik kesayangan gak boleh mengumpat, nanti Abang adukan loh sama Bunda, Mamah, dan Mamih." Lelaki dengan wajah yang tak kalah tampan itu terus menggoda Adiknya.
Mungkin menggoda Adik nya itu sudah mendarah daging bagi si lelaki dan Arlan yang menjadi korban nya hanya bisa mengertakkan gigi nya karena setiap kali dirinya ingin melawan, maka si lelaki akan mempergunakan ancaman nya yang membuat Arlan tak bisa berkutik.
Menjadi cucu laki-laki satu-satunya di keluarga besar Zeneouska, Arlan tentu akan selalu dilimpahkan kasih sayang dari keluarga besarnya. Semuanya selalu menjadikan Arlan nomor satu karena pemuda itu yang akan menjadi penerus tunggal kekayaan keluarga Zeneouska yang tak bisa dijabarkan betapa banyaknya.
Untuk si lelaki, Griffin, dia hanyalah cucu tiri bagi Tuan besar Zeneouska. Griffin cucu kandung dari istri kedua Tuan besar Zeneouska yang artinya, Griffin tak memiliki hak apapun atas kekayaan keluarga Zeneouska. Karena hanya Arlan lah keturunan dan juga penerus sah kekayaan keluarga Zeneouska.
"Apaan banget. Pergi sana! Gue mau tidur!"
Andai Bunda nya mendengar apa yang anak kesayangan nya ucapkan, sudah pasti Arlan akan dihukum oleh wanita yang melahirkan nya itu. Karena di keluarga Zeneouska, Arlan selalu dikekang saat dia mencoba bersikap dewasa, jadi tak usah kaget saat melihat bagaimana sikap asli Arlan yang jauh dari pandangan publik saat melihat nya.
"Adek, berapa kali Bunda bilang, jangan berkata gaul kalau bersama keluarga." Griffin berucap seakan-seakan menirukan Bunda nya Arlan saat menasihati pemuda itu.
Arlan mendengus malas lalu merebahkan tubuhnya di samping Griffin, "Abang." Panggil Arlan yang dibalas deheman oleh Griffin.
"Mas cinta sama seseorang," Gumam Arlan dengan suara pelan nya dan untungnya, Griffin masih bisa mendengarnya dengan jelas.
"Sama cewek kan?"
Dengan kesal, Arlan menimpuk wajah Griffin dengan bantal guling nya, "Iya lah! Mana mungkin sesama batang," Decaknya pelan.
Lelaki berusia 27 tahun itu terkekeh geli, "Terus? Kamu udah bilang sama dia kalo kamu cinta dia?"
"Belum."
Kening Griffin berkerut pertanda bingung, "Kok belum? Abang yakin kok, itu cewek pasti gak bakal nolak kamu."
"Masalahnya, Mas baru sekali ketemu sama dia." Cicit Arlan seraya menyengir tanpa dosa.
Griffin menepuk keningnya frustasi, "Ceritanya ini kamu suka pada pandangan pertama gitu?"
Arlan mengangguk semangat, "Ralat Bang. Cinta bukan suka!"
...***...
Acha tengah sibuk mengetuk-ngetuk jarinya diatas meja dalam sebuah restoran mewah. Dilantai paling atas, Acha termenung dengan jarinya yang terus mengetuk hingga menimbulkan suara seirama. Matanya sejenak terpejam saat angin berhembus cukup kuat, lalu kembali terbuka tak lama kemudian.
"Seingat gue, Bibi Jang pernah bilang-ngak, lebih tepatnya bercerita sama gue tentang si Mili yang katanya cemburu karena Tante Micha lebih memprioritaskan Maxime. Tapikan, Maxime bukan anak kandung Tante Micha. Apa... Bibi Jang cuma ngarang cerita?"
Hembusan napas kasar terdengar dari mulutnya karena Acha merasa, kehidupan Mildreda benar-benar rumit. Bahkan Acha tak mengerti kenapa Micha bisa kecelakaan bersama Mildreda, kalau dari kenyataan yang dia tahu, Micha tak pernah memperdulikan keberadaan Mildreda yang ber notabene anaknya.
Menyandarkan punggungnya di sandaran kursi lantas Acha memejamkan matanya membiarkan angin terus menerbangkan helaian demi helaian anak rambutnya. Kelopak matanya terpaksa harus terbuka saat suara yang tak lagi asing terdengar masuk ke gendang telinga nya.
"Sebelum saya kembali karena tugas saya telah selesai, apa ada yang ingin Nona tanyakan pada saya?" Tanya Dokter Lee seraya duduk didepan Acha tanpa menunggu dipersilakan lebih dulu.
Acha menegakkan punggungnya lalu menatap serius pada manik mata Dokter Lee, "Beberapa waktu lalu, Bibi Jang pernah bercerita tentang Tan—Mamah Micha yang lebih memprioritaskan Ma—Kak Maxime sehingga Mili jadi iri. Apakah itu benar?"
"Menurut, Nona?"
"Ngak. Bukankah itu hanya karangan Bibi Jang?" Acha menaikan satu alisnya dengan raut wajah ragu yang sialnya malah membuat Dokter Lee terkekeh sambil mengangguk.
"Tepat sekali. Nyonya Micha tak pernah memberi perhatian lebih pada Tuan muda Maxime ataupun Nona, karena Nyonya Micha lebih menyibukkan dirinya bersama teman-teman sosialita nya. Nona tak perlu marah pada Bibi Jang karena Bibi Jang berucap demikian sesuai dengan apa yang Nyonya nya perintahkan." Ucap Dokter Lee.
"Mamah Micha maksudnya?"
Dokter Lee mengangguk, "Iya. Nyonya Micha yang menyuruh Bibi Jang untuk membuat karangan itu agar Nona membenci Tuan muda Maxime. Termasuk foto besar diruang keluarga yang juga hanya editan," Ucap Dokter Lee seraya tersenyum tipis saat melihat wajah kaget Acha.
Berarti dalang utama dari retaknya hubungan antara Mili, Alisya, dan Max itu karena si Micha? Huh, dasar wadah plastik! Batin Acha tak lupa dengan umpatan nya.
"Masih ada yang ingin ditanyakan, Nona?"
Acha mengangguk, "Ada. Apakah Tuan Dizon dan Nyonya Gistara membenci Mili sama seperti Maxime?" Tanya Acha dengan perasaan was-was karena takut kalau ekspetasi nya tak sesuai.
"Tentu tidak. Mau bagaimana pun, Nona itu keponakan Tuan Dizon atau anak dari Kakak kandung Tuan Dizon yang pastinya, Tuan Dizon menyayangi anda walau harus terhalang karena keegoisan Nyonya Micha. Saya mohon maaf kalau lancang, tapi sekarang sudah waktunya untuk anda mengetahui semuanya dan berhenti bersikap ceroboh yang akan merugikan diri anda sendiri." Ucap Dokter Lee dengan jelas.
"Saya percaya kalau sosok anda yang baru bisa menyelesaikan semuanya dengan bersih tanpa jejak sedikitpun," sambung Dokter Lee seraya bangkit dari duduknya.
Semangat Acha, secara perlahan dunia akan berpihak pada lo! Batin Acha menyemangati dirinya sendiri.
...***...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 106 Episodes
Comments
nanae
sebetulnya aku radak2 oleng mikirnya. awal2nya kek mna gitu
2023-12-05
0
Kamiem sag
nak coment apalah aku pd setiap tokoh dlm cerita kali ini🤔
2023-12-03
0