16. Yes I'm Acha

...H E L L O !👋...

...~ H A P P Y R E A D I N G ~...

...***...

Acha merenung, menatap langit-langit ruangannya dengan pandangan yang sulit diartikan. Sebelum akhirnya, Acha menghembuskan napasnya dengan kasar lalu memainkan jarinya membentuk abstrak ke atas.

"Seorang Acha sudah terbiasa sendiri, jadi gue gak butuh mereka semua. Biarlah gue tetep sendirian karena gue terlalu muak buat pura-pura jadi orang lain," Gumamnya dengan tangan yang mulai turun.

Di dalam ingatan nya masih sangat berbekas, saat dirinya merasakan sakit dan butuh pertolongan, Maxime yang bernotabene Kakak sepupu dari pemilik raga hanya diam tanpa berniat membantu. Entah perasaan siapa tapi yang pasti bukan perasaan Acha, dada nya terasa begitu sesak.

Seakan Maxime memang tidak akan pernah perduli pada dirinya mau di keadaan apapun, mungkin saat dirinya sekarat sekalipun, Maxime tetap diam dengan ketidakpedulian nya. Sebab dulu Acha berharap bisa merasakan hangatnya keluarga, maka sekarang jelas berbeda.

Keinginan Acha dikesempatan keduanya, dirinya hanya ingin berguna untuk orang-orang yang dirinya sayang. Membuat mereka tertawa bahagia, meski sederhana, tapi itu semua bisa mengobati luka hati Acha yang telah lama terbuka. Luka yang tak bisa dia bagi pada siapapun.

Ditempat lain,

Seorang pemuda tampan dengan pakaian yang masih penuh bercak darah itu berjalan cepat memasuki lorong demi lorong hingga tibalah dirinya disebuah ruangan bawah tanah yang disulap menjadi tempat berkumpul yang nyaman dan aman.

"Bunuh mereka semua yang ikut melukai cewek gue!" Titahnya dengan suara dingin nan penuh intimidasi.

Mereka yang ada diruangan itu saling bertukar tatap lalu kompak meneguk saliva mereka dengan susah payah. Aura misterius nan penuh kegelapan dari Arlan benar-benar menyeramkan dan tak bisa dianggap remeh apalagi tak dianggap sama sekali.

Takut membuat Arlan murka, mereka semua kompak berdiri dengan tegak. "Siap Ketua!"

Setelah berseru dengan kompak, sepuluh orang itu langsung pergi untuk menjalankan semua perintah sang Ketua. Sedangkan Arlan, pemuda itu langsung masuk kedalam ruang pribadi nya dan duduk bersandar dikursi kebesaran nya dengan mata tajam nya yang terpejam.

Suara detak jarum jam terdengar mendominasi diruangan dengan nuansa gelap itu hingga pintu diketuk dan terbuka menampakan seorang gadis cantik bertubuh mungil yang mulai menghampiri Arlan lalu berdiri disamping Arlan sambil memainkan kedua jari-jari tangannya.

"Arlan, aku bosan disini, bolehkah kamu ajak aku jalan-jalan keluar?" tanya gadis itu dengan nada manjanya.

Arlan membuka kelopak matanya lalu menatap sinis si gadis yang masih setia menundukkan kepalanya, "Punya kaki kan? Jalan sendiri!" Jawab Arlan dengan nada yang sangat tak ramah.

"T-tapi kaki aku masih suka sakit kalo dibawa jalan," Ucap gadis bernama Rania itu.

"Udah tau sakit, ngapain mau jalan-jalan? Bodoh!" Cibir Arlan seraya bangkit dari duduknya dan pergi begitu saja meninggalkan Rania yang mengepalkan tangannya erat.

Selepas kepergian Arlan, Rania mengangkat kepalanya lalu memukul kuat meja. "Sialan! Awas aja lo Arlan, gue bakal pastiin kalo lo akan tergila-gila sama gue!"

Di tempat lain, tepatnya disebuah hotel mewah dengan fasilitas lengkap, ada Maxime yang kini tengah mengancingkan kembali baju seragam sekolahnya. Tak lama kemudian, pintu kamar mandi terbuka dan menampakan Aurel yang hanya memakai handuk sebatas paha.

Dengan manja, Aurel memeluk Maxime dari belakang lalu merengek. "Kemarin temen aku posting tas keluaran terbaru, bagus deh tas nya."

Mata Maxime memutar malas, sudah sangat hapal dengan dengan tingkah Aurel. Maxime pun melepas lilitan tangan Aurel pada pinggang nya lalu mengambil cek nya dan menulis kan nominal yang tak bisa dibilang sedikit. Setelahnya, dia pun melemparkan cek itu ke hadapan Aurel.

"Berhenti ganggu gue, ******!" Tekan Maxime dengan segera berlalu pergi meninggalkan Aurel yang hanya acuh, karena keinginan nya sudah terwujud yaitu membeli tas keluaran terbaru.

Tepat saat pintu hotel itu terbuka, Maxime dibuat tersentak kaget dengan hadirnya Rhaline yang menatapnya dingin. Gadis itu terus menatap Maxime dengan intens yang membuat lelaki itu tak bisa berkutik, hingga tak lama, Rhaline mengikis jarak antara dirinya dan juga lelaki itu.

"Gue kira, lo cuma sekedar brengsek tapi ternyata, murahan juga." Kekeh Rhaline dengan pandangan yang beralih menatap leher Maxime.

Tentu dirinya paham karena Rhaline bukan gadis polos atau bodoh yang tak tahu apa yang dua orang berbeda gender lakukan saat di satu ruangan, ditambah lagi ada tanda dileher lelaki itu yang bisa Rhaline lihat dengan sangat jelas. Rhaline kembali memundurkan langkahnya, lalu berbalik.

"Andai lo tau, Max. Gue ngelakuin ini semua demi sahabat gue, Al. Dia mau lo dapat seseorang yang tepat dan menurut Adik lo, seseorang itu gue bukan Aurel si ****** ataupun Rania. Tapi ternyata, lo gak bisa gue ajak kerja sama buat menyelesaikan amanah dari sahabat gue." Lirihnya sebelum pergi meninggalkan Maxime yang membeku.

Sesampainya Rhaline dirumah keluarganya, Rhaline langsung masuk dengan wajah dingin andalan nya lalu langkahnya mendadak terhenti saat sebuah tangan melayang dan mendarat tepat dipipi mulusnya.

Mata tajam itu terpejam, menikmati sensasi panas yang mulai merambat ke dada nya yang kini terasa begitu sesak. Selalu saja seperti ini, apa tidak bisa kah mereka menyambut nya dengan senyuman hangat? Bukan tamparan menyakitkan ataupun kalimat yang begitu pedas.

"Dari mana saja kamu hah?! Masih inget pulang?! Belum cukup kamu buat anakku pergi?!"

Wanita paruh baya itu terus memarahi Rhaline dengan segala macam ucapan nya yang mulai tak nyambung. Rhaline memejamkan matanya sejenak dan segera berlalu pergi menuju kamar nya dilantai dua, tanpa memperdulikan tentang si wanita yang terus mengoceh.

Sesampainya didalam kamar, Rhaline berjalan menuju meja belajarnya lalu meraih sebuah bingkai foto yang memperlihatkan wajah tampan seorang lelaki yang sedang memeluk erat pinggang nya. Mereka terlihat begitu mesra dan juga bahagia pada masanya. Masa lalu.

"Ardhan, Rhaline kangen."

Kalau dicerita novel Blossom, Rhaline itu sosok gadis yang tinggal dikeluarga hangat nan harmonis, maka berbeda dengan dunia nyata. Karena didunia nyata, Rhaline hanyalah anak broken home yang selalu diperlakukan dengan tidak adil. Dirinya selalu menjadi nomor 2.

Kisah cintanya tak pernah mulus, hanya membahagiakan diawal lalu setelahnya menyakitkan. "Kamu apa kabar? Kamu bahagia kan sama dia? Kira-kira, kapan ya keponakan aku lahir?"

Bibirnya menyuarakan kekehan namun matanya mengeluarkan air mata kesedihan, saling bertolak belakang namun itulah Rhaline. Selalu berusaha baik-baik saja dengan memasang topeng padahal aslinya, dirinya begitu sakit dan jauh dari kata baik-baik saja.

Drrtt...

Matanya beralih melirik kearah ponselnya yang ada diatas meja lalu terdiam saat melihat nama yang tertera,

Ardhan♥ is calling...

Menghembuskan napasnya kasar, lantas Rhaline menekan tombol hijau dan langsung mendekatkan ponsel itu ke telinga nya. Rhaline hanya diam membeku saat suara yang sangat dia rindukan mengalun dengan begitu indah dan juga lembut.

"Aline apa kabar?"

"Lin?"

"Ah iya, aku baik. Kamu gimana?"

Diseberang sana, Ardhan terkekeh pelan sambil menyandarkan punggungnya disandaran sofa lalu menyalakan benda bernikotin yang terselip diantara kedua bibir tebal nya. "Alhamdulillah, aku selalu baik. Kamu lagi dimana? Masih di Jakarta atau kembali ke Ausie?"

"Jakarta, disini masih berduka jadi aku gak mungkin ke Ausie deket-deket ini."

"Oh iya, aku baru inget. Maaf ya, aku gak bisa datang ke pemakaman Alisya. Kamu pasti paham kan?"

Rhaline tersenyum miris sambil mendongakkan kepalanya menahan air mata yang siap tumpah kapan saja, "Paham kok. Aisyah gimana kabarnya? Keponakan aku juga gimana kabarnya? Kapan lahir?"

"Haha, kamu nanya nya satu-satu dong. Aisyah baik, keponakan kita gak lama lagi lahir kok. Maybe, 2 or 3 bulanan lagi."

"Kita?"

"Iyalah, kita, masa kamu aja? Dia kan juga keponakan aku, anaknya Mas Fattan."

"T-tapi kamu suami Aisyah, berarti kamu Ayah tirinya dia."

Diseberang sana, Ardhan terdiam sejenak. "Kamu kapan kembali ke Ausie?"

Paham, Rhaline tentu paham saat Ardhan mencoba mengalihkan perhatian nya. "Bulan depan, aku tutup dulu, bye."

Tutt.

Lelaki itu, mantan tunangannya. Laki-laki kedua yang menorehkan luka dihatinya setelah cinta pertamanya, Ayahnya.

...***...

Selamat siang kalian semuaaa, gimana hari-hari nya? Baik kan? Atau malah buruk??

Spam koment yuk, semangatin aku supaya ngetik nya lancar terus:)

Gimana menurut kalian tentang,

Arlan?

Rania, kira-kira dia bakal berperan kayak gimana??

Rhaline?

And si bar-bar, Acha. Ada satu or seribu kalimat mungkin yang mau kalian kasih ke Acha-Acha nehi-nehi??

Udah ah.

Sampai ketemu di next chapter, bye.

Terpopuler

Comments

Dhevandra Alfariano_03

Dhevandra Alfariano_03

mulai keluarin bawang deh

2024-01-19

0

Kamiem sag

Kamiem sag

aku pusing Thor, semua tokoh g ada yg bahagia

2023-12-03

0

lihat semua
Episodes
1 01. Yes I'm Acha
2 02. Yes I'm Acha
3 03. Yes I'm Acha
4 04. Yes I'm Acha
5 05. Yes I'm Acha
6 06. Yes I'm Acha
7 07. Yes I'm Acha
8 08. Yes I'm Acha
9 09. Yes I'm Acha
10 10. Yes I'm Acha
11 11. Yes I'm Acha
12 12. Yes I'm Acha
13 13. Yes I'm Acha
14 14. Yes I'm Acha
15 15. Yes I'm Acha
16 16. Yes I'm Acha
17 17. Yes I'm Acha
18 18. Yes I'm Acha
19 19. Yes I'm Acha
20 20. Yes I'm Acha
21 21. Yes I'm Acha
22 22. Yes I'm Acha
23 23. Yes I'm Acha
24 24. Yes I'm Acha
25 25. Yes I'm Acha
26 26. Yes I'm Acha
27 27. Yes I'm Acha
28 28. Yes I'm Acha
29 29. Yes I'm Acha
30 30. Yes I'm Acha
31 31. Yes I'm Acha
32 32. Yes I'm Acha
33 33. Yes I'm Acha
34 34. Yes I'm Acha
35 35. Yes I'm Acha
36 36. Yes I'm Acha
37 37. Yes I'm Acha
38 38. Yes I'm Acha
39 39. Yes I'm Acha
40 40. Yes I'm Acha
41 41. Yes I'm Acha
42 42. Yes I'm Acha
43 43. Yes I'm Acha
44 44. Yes I'm Acha
45 45. Yes I'm Acha
46 46. Yes I'm Acha
47 47. Yes I'm Acha
48 48. Yes I'm Acha
49 49. Yes I'm Acha
50 50. Yes I'm Acha
51 51. Yes I'm Acha
52 52. Yes I'm Acha
53 53. Yes I'm Acha
54 54. Yes I'm Acha
55 55. Yes I'm Acha
56 56. Yes I'm Acha
57 57. Yes I'm Acha
58 58. Yes I'm Acha
59 Yes I'm Acha
60 Yes I'm Acha
61 Yes I'm Acha
62 Yes I'm Acha
63 Yes I'm Acha
64 Yes I'm Acha
65 Yes I'm Acha
66 Yes I'm Acha
67 Yes I'm Acha
68 Yes I'm Acha
69 Yes I'm Acha
70 Yes I'm Acha
71 Yes I'm Acha
72 Yes I'm Acha
73 Yes I'm Acha
74 Yes I'm Acha
75 Yes I'm Acha
76 Yes I'm Acha
77 Yes I'm Acha
78 Yes I'm Acha
79 Yes I'm Acha
80 Yes I'm Acha
81 Yes I'm Acha
82 Yes I'm Acha
83 Yes I'm Acha
84 Yes I'm Acha
85 Yes I'm Acha
86 Yes I'm Acha
87 Yes I'm Acha
88 Yes I'm Acha
89 Yes I'm Acha
90 Yes I'm Acha
91 Yes I'm Acha
92 Yes I'm Acha
93 Yes I'm Acha
94 Yes I'm Acha
95 Yes I'm Acha
96 Yes I'm Acha
97 Yes I'm Acha
98 Yes I'm Acha
99 Yes I'm Acha
100 Yes I'm Acha
101 Yes I'm Acha
102 Yes I'm Acha
103 Yes I'm Acha
104 Yes I'm Acha
105 Yes I'm Acha
106 Yes I'm Acha
Episodes

Updated 106 Episodes

1
01. Yes I'm Acha
2
02. Yes I'm Acha
3
03. Yes I'm Acha
4
04. Yes I'm Acha
5
05. Yes I'm Acha
6
06. Yes I'm Acha
7
07. Yes I'm Acha
8
08. Yes I'm Acha
9
09. Yes I'm Acha
10
10. Yes I'm Acha
11
11. Yes I'm Acha
12
12. Yes I'm Acha
13
13. Yes I'm Acha
14
14. Yes I'm Acha
15
15. Yes I'm Acha
16
16. Yes I'm Acha
17
17. Yes I'm Acha
18
18. Yes I'm Acha
19
19. Yes I'm Acha
20
20. Yes I'm Acha
21
21. Yes I'm Acha
22
22. Yes I'm Acha
23
23. Yes I'm Acha
24
24. Yes I'm Acha
25
25. Yes I'm Acha
26
26. Yes I'm Acha
27
27. Yes I'm Acha
28
28. Yes I'm Acha
29
29. Yes I'm Acha
30
30. Yes I'm Acha
31
31. Yes I'm Acha
32
32. Yes I'm Acha
33
33. Yes I'm Acha
34
34. Yes I'm Acha
35
35. Yes I'm Acha
36
36. Yes I'm Acha
37
37. Yes I'm Acha
38
38. Yes I'm Acha
39
39. Yes I'm Acha
40
40. Yes I'm Acha
41
41. Yes I'm Acha
42
42. Yes I'm Acha
43
43. Yes I'm Acha
44
44. Yes I'm Acha
45
45. Yes I'm Acha
46
46. Yes I'm Acha
47
47. Yes I'm Acha
48
48. Yes I'm Acha
49
49. Yes I'm Acha
50
50. Yes I'm Acha
51
51. Yes I'm Acha
52
52. Yes I'm Acha
53
53. Yes I'm Acha
54
54. Yes I'm Acha
55
55. Yes I'm Acha
56
56. Yes I'm Acha
57
57. Yes I'm Acha
58
58. Yes I'm Acha
59
Yes I'm Acha
60
Yes I'm Acha
61
Yes I'm Acha
62
Yes I'm Acha
63
Yes I'm Acha
64
Yes I'm Acha
65
Yes I'm Acha
66
Yes I'm Acha
67
Yes I'm Acha
68
Yes I'm Acha
69
Yes I'm Acha
70
Yes I'm Acha
71
Yes I'm Acha
72
Yes I'm Acha
73
Yes I'm Acha
74
Yes I'm Acha
75
Yes I'm Acha
76
Yes I'm Acha
77
Yes I'm Acha
78
Yes I'm Acha
79
Yes I'm Acha
80
Yes I'm Acha
81
Yes I'm Acha
82
Yes I'm Acha
83
Yes I'm Acha
84
Yes I'm Acha
85
Yes I'm Acha
86
Yes I'm Acha
87
Yes I'm Acha
88
Yes I'm Acha
89
Yes I'm Acha
90
Yes I'm Acha
91
Yes I'm Acha
92
Yes I'm Acha
93
Yes I'm Acha
94
Yes I'm Acha
95
Yes I'm Acha
96
Yes I'm Acha
97
Yes I'm Acha
98
Yes I'm Acha
99
Yes I'm Acha
100
Yes I'm Acha
101
Yes I'm Acha
102
Yes I'm Acha
103
Yes I'm Acha
104
Yes I'm Acha
105
Yes I'm Acha
106
Yes I'm Acha

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!