...H E L L O !👋...
...~ H A P P Y R E A D I N G ~...
...***...
Arlan bergidik ngeri menatap seorang lelaki yang kini tengah menangis sambil menatapi anak ayam geprek di tangannya. Hingga tiba-tiba, segerombolan lelaki datang tergesa-gesa lalu menatap terkejut pada anak ayam yang kini sudah menjadi ayam geprek.
"Yah, Citayup nya gugur."
"Kasian banget si Cita-cita, mana belum kawin lagi."
"Ini nih, kita tuh gak tau kapan mati buktinya si yupi mati diumur 1 hari setelah pelelangan."
"4 miliar melayang gitu aja."
"Yupi kenyalnya bikin happy, selamat jalan, semoga sampai tujuan dengan selamat—eh?"
Sedangkan Arlan, menatap miris para lelaki yang kini menampilkan raut melasnya. Raut wajah Arlan seketika mendingin saat lelaki yang tadi menggendong anak ayam geprek kini berdiri di hadapannya dengan wajah garang dan juga air mata yang membasahi pipi nya.
"BUKA BAJU LO!" Teriak lelaki itu yang berhasil membuat Arlan menaikan satu alisnya.
"BUKA BAJU LO! KASIH KE GUE KAOS KUTANG LO YANG WARNA PUTIH! CEPET ANJING! AYANG GUE MAU DIKUBUR INI!!" Teriak lelaki itu yang berhasil membuat Arlan mendatarkan wajahnya.
Dikira kucing kali, batin Arlan dengan perasaan miris karena generasinya saat ini benar-benar memalukan.
"Wes santai dong, kasian anak orang nanti masuk angin." Ucap seorang lelaki bermata sipit.
Dari wajah mereka semua, Arlan benar-benar tak mengenali siapa mereka. Jangan kan kenal, pernah melihat wajah mereka saja Arlan tidak pernah. "Miris," Gumam Arlan seraya berbalik dan hendak pergi namun terurung saat merasa tali sepatunya terlepas.
Lantas Arlan berjongkok untuk memasang tali sepatunya dan tanpa sadar kalau kaos kaki yang harusnya tertuju pada Arlan kini malah salah sasaran. Seorang gadis yang tak lain tak bukan Acha menjadi sasaran nya, Acha tentu kaget dan langsung muntah karena bau dari kaos kaki itu.
Dengan santainya, Arlan kembali berdiri tegak dan hanya acuh saat para lelaki itu berlari terbirit-birit hingga kedatangan Acha dan tarikan kencang di telinganya berhasil menghancurkan secuil harga dirinya sebagai lelaki. Segala macam celotehan gadis itu terus terdengar tapi Arlan hanya tak acuh sampai sebuah batu mengenai keningnya dengan cukup kuat.
Hingga cicitan pelan dari Acha berhasil membuat Arlan menolehkan kepalanya, Arlan terdiam dan semakin terdiam saat melihat orang gila yang begitu kumuh dengan baju compang camping, tidak lupa rambutnya yang berantakan bak sarang burung. Arlan bahkan melupakan perih di keningnya.
Bahkan Arlan tetap membeku saat Acha lebih dulu lari, hal yang membuat Arlan membeku adalah sesuatu yang terlihat bergelantungan dibalik celana penuh robekan itu. Arlan meneguk air liurnya lalu tersentak saat mendengar pekikan Acha. Tanpa berkata-kata lagi, Arlan langsung lari kearah Acha.
Gila! Serem banget anjir! Batin Arlan sambil terus menormalkan napasnya.
...***...
Mata Acha terbelalak kaget saat dia melihat kening Arlan yang terus mengeluarkan darah, dengan panik, Acha berdiri lalu berlari kearah Arlan yang sedang duduk ditepi trotoar. Tanpa meminta izin, Acha langsung merobek dress yang dia pakai untuk menahan darah yang terus keluar dari kening Arlan.
Disisi Arlan, pemuda itu tertegun melihat raut kekhawatiran di wajah Acha yang sangat ketara hingga tanpa sadar sudut bibir nya tertarik namun hanya bertahan dalam hitungan detik saja. Acha yang masih panik pun semakin panik saat melihat wajah pucat Arlan, bahkan bibir pemuda itu mulai membiru.
Dalam diam nya, Arlan terus mengutuk penyakit sialan itu hingga dirinya dibuat tersentak kaget saat mendengar ucapan dari Acha, "H-hemofilia?" Lirih Acha dengan tangan yang sedikit bergetar.
Arlan tetap diam karena kini pandangan nya mulai mengabur, lagi-lagi Arlan hanya bisa mengutuk penyakit sialan nya itu. Tepat saat mata tajam Arlan tertutup, kepanikan Acha semakin menjadi. Acha tentu panik karena dirinya takut terkena kasus karena dituduh membuat anak orang sekarat.
Dengan bola mata yang bergerak gelisah, Acha terus merapal kan doa berharap ada mobil atau kendaraan apapun yang bisa menolong nya namun semua itu hanya sia-sia saja. Tangannya masih bergetar karena terlalu panik dan karena kepanikan nya juga yang membuat Acha sulit berpikir.
"Sialan! Hp gue gak gue bawa lagi," umpat Acha saat dia mengingat kalau ponselnya-lebih tepatnya ponsel Mildreda masih ada pada Bibi Jang.
Tatapan Acha terhenti pada saku celana Arlan, Acha meringis pelan, dirinya tak ada pilihan lain karena kalau terlambat, Acha takut kalau akan ada hal fatal yang menimpa pemuda tampan itu. Ya, Acha sangat mengakui kalau wajah pemuda itu begitu sempurna dengan rahang tegas, bulu mata-cukup, sekarang bukan waktunya untuk memuji.
Merasa kalau dirinya semakin membuang waktu sia-sia, Acha pun segera memasukan tangan nya ke saku celana Arlan yang Acha yakini kalau ponsel itu ada di sana. Setelah dapat, Acha langsung menelpon ambulans agar cepat datang karena ada yang sedang sekarat. Tepat setelah mobil ambulans datang, Acha baru bisa menghela napasnya lega.
Awalnya Acha berniat untuk pulang namun pihak rumah sakit malah meminta untuk ikut, Acha juga sudah bilang kalau pihak medis bisa menelpon keluarga Arlan melalui ponsel pemuda itu, namun sialnya, ponsel pemuda itu mati karena kehabisan baterai. Ya, jadi dengan niat setengah hati, Acha ikut kerumah sakit.
Setibanya di rumah sakit, Acha hanya duduk diam didepan ruangan dimana pemuda yang belum dirinya ketahui siapa namanya itu sedang ditangani. Tanpa sadar, Acha menatap tangan nya yang terdapat sisa darah dari kening Arlan tadi. Acha tersenyum kecut, lalu menatap lurus ke depan.
Hemofilia, sebuah penyakit dimana darah sulit membeku saat mengalami cedera ataupun operasi. Acha mengusap kasar wajahnya tanpa perduli kalau darah di telapak tangannya akan mengenai wajahnya. Acha membenci perasaan ini, perasaan dimana dirinya selalu dihantui rasa bersalah.
Saat usianya 10 tahun, Acha memiliki seorang sahabat laki-laki yang sangat sayang padanya dan juga selalu setia menemani nya bermain. Hari itu, Acha tidak sengaja mendorong teman nya hingga kepala temannya itu membentur batu cukup kuat. Acha tentu kaget dan tambah kaget saat darah tidak juga berhenti.
Sampai di rumah sakit, Dokter menyatakan kalau teman nya itu sudah tidak bisa diselamatkan karena pendarahan di dalam tengkorak kepala. Acha tentu merasa sangat terpukul hingga dari detik itu, Acha tidak pernah mau lagi berteman dengan siapapun. Meski tak mau berteman, bukan berarti Acha menjadi sosok yang dingin, dirinya tetap Acha si gadis bar-bar.
Makanya, tadi Acha bisa bereaksi sepanik itu karena dirinya merasa seperti dejavu. Hingga lamunan Acha mendadak buyar saat pintu ruangan itu terbuka dan memperlihatkan seorang Dokter yang tadi menanggani Arlan.
"Bagaimana keadaannya, Dok?" Tanya Acha dengan harap-harap cemas.
"Pasien kehilangan banyak darah dan kami membutuhkan donor darah, tapi darah golongan O rhesus negatif sedang kosong di rumah sakit. Apakah anda bisa menelepon atau mencari pendonor sesegera mungkin?" Tanya Dokter itu.
Acha sudah menduga kalau hal ini akan terjadi, karena Acha mengingat jelas kalau pendarahan di kening pemuda itu terus keluar sejak mereka main kejar-kejaran dengan orang gila. Dan waktu mereka main kejar-kejaran itu tidak sebentar, jadi sudah bisa dipastikan kalau Arlan membutuhkan donor darah.
"Darah saya—" Ucapan Acha mendadak terputus, kalau di raga sebelumnya golongan darahnya memang O rhesus negatif tapi bagaimana dengan raganya yang sekarang?
"Dok, apa bisa cek golongan darah saya dulu? Seingat saya, golongan darah saya juga O rhesus negatif."
Setelah itu, Acha melakukan serangkaian pemeriksaan karena kebetulan darah Mildreda juga sama dengan darahnya di raga sebelumnya. Sebenarnya, Acha itu takut sama jarum suntik tapi demi menolong pemuda tampan itu, Acha rela menekan rasa takutnya.
Ya, namanya juga Acha si pecinta cogan. Mana mungkin Acha menyia-nyiakan kesempatan untuk alasan sebagai PDKT di kemudian harinya.
...***...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 106 Episodes
Comments
Kamiem sag
masih mengikuti
2023-12-02
0
Thảo thân thiện thông thái
Enak banget karya ini, aku nggak sabar nunggu kelanjutannya!
2023-07-14
1
Vivi imut i love you
Ceritanya sangat menyentuh hati, jangan berhenti menulis thor!
2023-07-14
1