...H E L L O !👋...
...~ H A P P Y R E A D I N G ~...
...***...
...I'm sorry for typo...
...***...
"Morning,"
Suara serak khas orang baru bangun tidur langsung menyapa pendengaran Acha, gadis itu menolehkan kepalanya kesamping lalu tersentak kaget melihat Arlan yang tengah tersenyum manis menatapnya. Acha tersenyum canggung lalu mencoba untuk bangkit.
Sedangkan Arlan yang melihat Acha hendak bangkit pun langsung mengerucutkan bibir nya kesal, dia pun ikut bangkit dan segera menindihi tubuh Acha yang membuat Acha semakin tersentak kaget dibuatnya. Acha hendak membuka suara, namun urung saat Arlan menempelkan satu jarinya didepan bibir Acha.
"Mau kemana, sayang? Mau pergi lagi dari aku?" Tanya Arlan dengan nada rendahnya.
Acha menegguk kasar salivanya sambil menggeleng, "Terus kenapa mau cepet-cepet berdiri tadi?" Tanya Arlan lagi.
Sebenarnya Acha ingin bicara tapikan Arlan menahan bibir nya yang membuat Acha urung untuk membuka suara, "Oh iya. Masih aku tutup ya bibirnya?"
Arlan segera menjauhkan tangannya dari bibir Acha lalu tersenyum manis, "Mulai sekarang kamu gak akan bisa pergi dari aku. Kamu milik aku. Btw, siapa nama kamu?"
Didalam hatinya, Acha berdecih sinis. Sok ngakuin gue milik dia tapi nama gue aja dia kagak tau, namun yang terucap, "Acha nama gue Acha."
"Bagus, namanya bagus." Ucap Arlan seraya mengangguk-anggukkan kepalanya beberapa kali.
Tak lama kemudian, seorang Dokter datang untuk mengecek keadaan Acha yang ternyata sudah membaik. Acha pun diperbolehkan pulang karena memang tak ada luka serius yang harus dikhawatirkan. Dan Acha pulang diantar Arlan menggunakan mobil pemuda itu.
Sebenarnya Acha sudah menolak karena enggan privasinya diketahui orang lain, tapi Arlan tetep kekeuh ingin mengantarnya, jadilah Acha hanya pasrah saja. Didalam mobil pun, Acha hanya diam sambil menatap lurus kedepan.
Kini dirinya 99 persen percaya kalau dunianya yang sekarang bukanlah dunia novel. Tapi tetap saja, Acha menganggap kalau dunia ini dunia fiksi agar dirinya bisa mempermainkan alur yang sudah tertata. Walau awalnya Acha berniat memiliki keluarga harmonis yang menyayangi nya, tapi kini tidak lagi.
Dirinya sudah tidak berharap bisa memiliki keluarga harmonis yang menyayangi nya, Acha akan terus hidup untuk dirinya sendiri dan orang-orang yang dia sayangi. Biarlah mereka yang menjadi keluarga pemilik raga hidup bahagia tanpa sosok dirinya yang disebut penghancur.
Terlalu larut dalam lamunan, Acha sampai tidak sadar kalau kini mobil yang Arlan kendarai sudah berhenti didepan sebuah rumah minimalis sesuai dengan apa yang Acha arahkan tadi. Kening Arlan berkerut, lalu menatap Acha dan rumah minimalis itu secara bergantian.
"Itu rumah kamu? Yakin?" Tanya Arlan seraya menaikan satu alisnya.
Acha menolehkan kepalanya kesamping, "Sejak kapan Acha sebut itu rumah punya Acha?"
Benar juga sih, karena sejak awal, Acha hanya mengarahkan jalan tanpa menyebut 'rumah Acha cat putih' atau apapun itu. Arlan menggaruk tengkuknya yang tak gatal lalu meringis pelan. Dirinya pun buru-buru turun saat Acha sudah turun lebih dulu.
"Besok aku jemput!" Ucap Arlan dengan nada sedikit lebih keras yang berhasil membuat Acha menghentikan langkahnya.
Berbalik menatap Arlan lalu mengangguk singkat tanpa adanya basa-basi, "Ya."
Setibanya didalam kamar, Acha langsung mengambil laptop yang baru dirinya beli, tentu melalui toko online. Membuka layar laptop, lantas Acha mulai sibuk dengan jari-jarinya yang bergerak lincah kesana kemari. Bahkan Acha tak berniat untuk membersihkan diri diwaktu yang hampir menjelang malam ini.
Tepat dipukul 3 dini hari, Acha menyelesaikan semuanya. Dirinya pun bangkit dari duduknya lalu merenggangkan otot-otot tubuhnya yang terasa kaku. Karena merasa cacing didalam perutnya butuh nutrisi, Acha pun berjalan keluar kamar menuju dapur.
Acha berdiri bersandar dipintu kulkas sambil memakan sepiring cheese cake yang memang ada dikulkas. Mata nya bergulir menatap sekelilingnya yang gelap karena seluruh lampu utama sudah dimatikan dan hanya tersisa cahaya remang dari luar mansion. Meski begitu, bukan berarti yang namanya Acha akan ketakutan.
Karena kini, dengan tanpa rasa takut sedikitpun, Acha berjalan menuju pintu utama mansion dengan piring yang masih ditangannya. Dengan sangat pelan, Acha memutar kunci yang ada dipintu lalu setelah berhasil membukanya, Acha pun berjalan keluar dari mansion nya.
Didepan mansion, Acha duduk disebuah kursi besi yang memang ada disana. Matanya menatap lurus kedepan sambil terus menikmati cheese cake yang masih tersisa. Hingga gerakan tangan Acha mendadak terhenti saat dirinya melihat seseorang berjalan mendekat.
Acha mendadak bangkit dari duduknya dan siap siaga untuk melawan kalau sewaktu-waktu, seseorang itu menyerang. Namun kenyataannya, Acha malah dibuat membeku saat seseorang itu menubruk nya dengan pelukan erat. Acha tetap diam bahkan tetap diam saat seseorang itu sudah melepas pelukan nya.
"Cha?"
Acha terkesiap, tubuhnya menegang dengan raut pucat pasi seakan tidak ada darah yang mengaliri. Tubuh nya melemas dan hampir terjatuh kalau seseorang itu tidak sigap menahannya dengan melingkarkan tangannya dipinggang Acha.
Dengan napas memburu, Acha mengangkat tangannya lalu menyentuh rahang tegas seseorang itu yang terdapat bekas pukulan. "A-Athar?"
Satu alis pemuda itu terangkat saat mendengar ucapan Acha, "Hm? Sejak kapan kamu panggil aku Athar? Aneh tapi aku lebih suka kamu panggil dengan nama itu," Ucapnya dengan senyuman lembut yang terukir.
Jantung Acha berdetak tak karuan, bahkan tangannya mulai bergetar yang malah menimbulkan kerutan dikening Athar, yang menandakan kalau pemuda itu kebingungan dengan tingkah Acha. "Chaca? Kamu kenapa?"
Mata Acha mengerjab, "Hah?"
Tunggu, "Kok Chaca?" Tanya Acha lagi dengan raut wajah bingung nya.
"Emang Chaca, Acchariya. Kamu kenapa sih? Aneh banget deh, padahal kita gak ketemu cuma sebulan loh." Kekeh nya dengan tangan kekarnya yang mengacak gemas rambut Acha.
"Wait, ini jam... Kamu ngapain masih diluar jam segini?" Tanya Athar dengan nada suaranya yang mendadak dingin.
Acha terdiam, dengan pikiran yang melayang mundur kekejadian semasa dirinya masih di raga Acha Basilia Eldora.
"Tidur, kenapa jam segini bangun?"
Kala itu, Acha kecil mengerucutkan bibirnya kesal lalu melempar tubuhnya keatas ranjang disisi seorang lelaki kecil berwajah tampan. Acha menyelinap masuk kedalam selimut, lalu memeluk erat lengan lelaki kecil itu yang tak lain tak bukan adalah Athar kecil.
"Acha lapar, tapi Bunda tidak ada di rumah."
Bunda yang Acha maksud adalah Ibu dari Athar, wanita lemah lembut namun tegas itu sedang tidak ada dirumah kala itu, makanya Acha nekat masuk kedalam kamar Athar yang tak jauh dari kamarnya berada.
"Ya sudah, aku buatkan mie aja ya? Besok belum tentu aku bisa masakin kamu lagi, hehe."
"Athar apa sih? Besok Athar harus masakin Acha puding!"
Dikala itu, Athar hanya tersenyum sebelum keesokan harinya, senyum lelaki kecil itu menghilang untuk selamanya. Dengan gerakan cepat, Acha menyentak tangan Athar yang ada dipipinya lalu Acha berbalik membelakangi Athar.
Dengan kasar, Acha mengusap air mata yang mendadak turun tanpa bisa dicegah. Lalu dirinya kembali menghadap Athar saat pemuda itu menarik pelan bahunya. "Kamu nangis? Karena aku? Aku minta maaf, aku gak bermaksud bikin kamu takut."
Raut panik penuh kekhawatiran terlihat jelas diwajah tampan nya, yang membuat Acha tertawa pelan lalu menubruk pemuda itu dengan pelukan hangat. Acha kembali terisak, "Acha kangen Athar. Acha rindu makan masakan Athar," lirihnya.
Tubuh pemuda itu menegang, dan Acha menyadarinya.
"A-Acha?"
...***...
Aku gabut, jadi up lagi hehe.
Spam koment yuk buat next:)
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 106 Episodes
Comments
Kamiem sag
timbang pusing tujuh keliling, baik aku henti cukup sampai disini
2023-12-03
1
Kamiem sag
gimana g pusing???
saat Arlan mengantar Acha pulang dari rumkit mereka berhenti didepan rumah minimalis, saat keluar dari mansion???
dini hari Acha dipeluk Athar dari belakang
hadeeehhhhh....
2023-12-03
0