Ronin masih memegang pinggangnya, saat gadis itu perlahan turun dan berbalik ke arahnya. Wajahnya riang sekali, tapi seketika berubah saat memandang Ronin. Wajahnya berubah merah saat memandang mata elang itu yang juga sedang memandangnya dengan begitu intens.
Ronin tersenyum, gadis itu begitu menggemaskan. Begitu menyenangkan. Begitu cantik. Harus ia apakan gadis di dekapannya ini yang sudah membuatnya jadi gila begini?
"Woy, mau mesum ya?"
Astaga suara siapa itu?
Ronin menoleh horror, hanya demi mendapati Jun yang tampak duduk di bangku pinggir lapangan. Pemuda itu menyeringai. Memandang dengan tatapan jahil sekaligus menggoda. Hanna yang kebetulan menoleh ke arah yang sama, menyadari keberadaan Jun segera melepaskan pelukannya. Berdehem salah tingkah membuat Ronin kembali melirik tajam pada Jun seakan melayangkan pandangan, 'lo ganggu aja'.
Jun tertawa, mengibaskan tangannya, mengisyaratkan agar mereka mendekat. Mau tak mau, Ronin meraih tangan Hanna, menghampiri temannya atau sahabatnya atau siapalah ini yang baru saja mengganggu waktunya.
"Ada yang lagi kencan nih kayaknya." Jun berkata jahil. Membuat Hanna lagi-lagi melepaskan dirinya dari Ronin. Jun tertawa menyadari ekspresi Ronin yang kini tengah memandangnya tajam.
"Hei, kalian berdua, mau es krim nggak?" Hanna menoleh, menyadari May juga berada disitu, sedang antri es krim di mamang jualan bersama dengan anak-anak kecil. Sungguh menggemaskan.
"Lo traktir, May?" tanya Ronin iseng. Yang segera dibalas dengusan kecil oleh Mayleen.
"Dih, ya lo dong harusnya, minimal beliin buat Hanna kek, sudah dipaksa main basket juga," sindir May keras.
Pemuda bermata elang itu mendengus, kini jadi menoleh pada Hanna. "Lo mau nggak?" tawarnya.
"Boleh deh," jawab Hanna singkat yang membuat Ronin sedikit terkejut. Bukan apa sih, tapi serius kah putri bangsawan ini mau es krim mamang pinggir jalan? Apa nggak sakit perut nantinya?
Tapi pada akhirnya Ronin tetap menuruti gadis itu. Mereka lalu duduk bersama di bangku yang telah disediakan. Mengamati anak-anak kecil yang mulai ramai bermain bola.
"Kalian rumahnya dekat sini?" Hanna membuka pembicaraan.
Mayleen mengangguk. "Uhum. Gue sama Jun rumahnya ujung gang situ tuh. Sebelahan. Lo mau mampir boleh."
Hanna mengangguk singkat. "Kalau lo?" Kali ini pada Ronin.
Ronin tergagap. Terbatuk seketika saat Hanna tiba-tiba menoleh dan bertanya padanya. Pasalnya, pemuda itu tengah asyik memandangi gadis ini yang sedang menikmati es krim nya dengan suka cita. Begitu menggemaskan bagi Ronin.
Pemuda itu berdehem sesaat sebelum menjawab pertanyaan Hanna. "Rumah gue… lo mau ke rumah gue?" jawabnya malah jadi menggoda.
Hanna mendengus, mengabaikannya dan kembali menikmati es krim nya yang mulai mencair.
Hening sejenak. Keempat remaja itu tampak asyik menikmati es krim masing-masing.
"Han.. sorry ya gara-gara gue kayaknya, lo jadi kena fitnah lagi." Mayleen kembali membuka pembicaraan.
Ronin menoleh, merasa tertarik dengan topik ini. "Maksud lo, May? Lo ngapain emang?"
Mayleen berdehem sesaat. Merasa grogi karena malah jadi Ronin yang menginterogasinya. "Ehem, ya gue, sorry, gue yang menutup pintu waktu mereka ngobrol di OSIS. Maaf banget, biar mereka ada privasi gitu, serius. Biasanya kan juga gitu. Ini gak tau kenapa malah jadi rame perkara gitu doang."
Dan benar Ronin segera menggeplaknya. "Gila ya lo."
"Eh lo yang gila, ngapain malah mukul temen gue, hah?" Ganti Jun yang menggeplak Ronin, tak terima.
"Lah aneh-aneh aja, kalau Ken sampai ngapa-ngapain Hanna gimana? Gitu-gitu kan dia cowok juga."
Kini jadi Hanna yang menatap horor pada pemuda bermata elang ini. "Lo ngomong apa sih? Ken nggak pernah kayak gitu."
"Tau deh, emangnya elo, mesum? Di tempat sepi dikit pasti udah bawaannya pengen nyosor kan ya, hayo?" Mayleen menyambar. Niatnya hanya bercanda. Lalu diam sejenak menyadari Hanna juga Ronin mendadak terdiam dengan wajahnya yang berubah seperti kepiting rebus. Membuat gadis ini tersenyum penuh arti pada sahabatnya yang juga menyadari hal yang sama.
"Uppsiii, atau mungkin udah," sambar Jun dengan seringai jahilnya.
Ronin jadi makin salah tingkah. Kali ini Jun yang jadi sasaran pukulan singkatnya. "Ngaco lo."
Mayleen melerai. Para pemuda ini, entah bercanda entah serius, doyannya main geplak. "Udah-udah. Lagian lo aneh-aneh aja lo pikirannya, Ron."
"Ya nggak gitu, siapa tahu kan Ken malah sentuh-sentuh Hanna gitu. Mumpung sepi."
Hanna mendengus. Frustasi dengan pemikiran pemuda ini. Memang semua cowok seperti dia yang tukang sentuh Hanna?
Eh?
"Lah emang nggak boleh?" sambar Jun lagi, masih merasa gemas. Temannya ini kalau sudah cemburu ternyata luar biasa ya, Jun bahkan baru menyadarinya.
"Lah emang lo berani main sentuh-sentuh May hah?" tanya Ronin masih ngotot. Entah mengapa membuat Mayleen dan Jun terdiam sejenak. Wajah mereka seketika berubah. Namun segera dikendalikannya lagi dengan Jun yang tiba-tiba menyentuh kepala gadis itu dengan lembut.
"Lah gue berani sentuh May. Nggak perlu nunggu tempat sepi. Emangnya salah banget gini doang?" tanyanya sedikit salah tingkah. Tiba-tiba timbul niatan untuk menggoda lagi. "Emang lo nggak berani begini?" tanyanya lagi sambil mengerling.
Ronin terdiam. Bergerak ingin menyambar tubuh Hanna juga. Namun tersadar saat Hanna yang masih memandangnya horror. Pemuda itu menarik tangannya lagi. Menyengir lucu membuat kedua temannya tertawa.
Hanna mengulum senyumnya, berusaha agar tidak terlihat.
Kenapa pemuda ini jadi sangat menggemaskan begini?
—
Sore ini, Ken tampak sibuk bermain dengan adik kecil Felline yang masih berumur 5 tahun. Dio namanya, anak ini tampak sibuk menggambar dengan krayon kesayangannya. Dipandu oleh Ken yang juga tampak sibuk menggambar di kertas yang lain.
Felline membawakannya minuman beserta camilan. Gadis cantik itu memandangi kekasihnya lekat-lekat. Tersenyum sekilas membuat Ken menyadarinya dan bertanya sedikit berbisik. "Ada apa?" tanyanya pelan, masih sibuk.
Felline hanya menggeleng seraya kembali tersenyum.
Hingga tak berapa lama, mama Felline datang. Membuat Dio dengan penuh semangat berlari ke arah mamanya, meninggalkan pekerjaannya begitu saja. Semuanya tertawa, lalu seketika hening saat hanya ada mereka berdua.
Mereka kini tengah duduk di teras belakang rumah Felline. Menikmati pemandangan taman kecil yang asri yang sudah dirawat oleh mama Felline semenjak mereka kembali ke rumah ini beberapa waktu lalu.
Ken sudah mengenal Felline dan keluarganya sejak kecil. Mereka bertetangga dan bersekolah bersama. Namun sayangnya, saat sekolah dasar, Felline dan keluarga harus ikut ayahnya yang bekerja di luar kota. Baru beberapa saat ini mereka kembali lagi ke rumah lama, karena ayah Felline akhirnya berhasil mendapatkan posisi yang lebih baik di daerah ini.
Kedua muda mudi yang sebelumnya berteman baik ini kembali bertemu. Sikap Felline yang manis dan ramah, terlebih kecantikan gadis itu meluluhkan hati Ken. Hingga akhirnya tak lama, mereka saling mengakui perasaan masing-masing. Begitu saling menyayangi dan mengasihi.
Namun, entah kenapa tersirat keraguan di hati Felline. Apalagi melihat apa yang telah terjadi sebelum-sebelumnya. Gadis ini menyadari, dia bukanlah satu-satunya gadis kesayangan Ken, seperti waktu kecil dulu.
"Ken…" gadis ini membuka obrolan.
Ken menoleh. "Kenapa sayang?" Pemuda itu menjawab sekilas sambil menikmati teh buatan kekasihnya ini.
"Aku boleh tanya?"
Ken mengangguk. "Tanya apa?" tanyanya kini jadi fokus sepenuhnya pada Felline.
Gadis cantik berambut terurai ini tampak menimbang-nimbang. Dia berpikir lama, namun akhirnya mengajukan pertanyaan dengan hati-hati. "Seandainya aku nggak tiba-tiba datang lagi, apa kamu sama Hanna akan pacaran?"
Ken terdiam. Pemuda itu mendadak kaku. Tak punya jawaban atas pertanyaan Felline yang di luar prediksinya.
Pemuda itu juga tiba-tiba bertanya dalam hatinya, seandainya seperti itu, apa yang akan terjadi?
—
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 41 Episodes
Comments