EPISODE 15

Hari ini hari keberangkatan Hayra untuk kembali ke sekolah lamanya yakni PPHS atau Perwira Pramaja High School, untuk melakukan pertandingan MLBB antar sekolah, untuk mensupport kegiatan anak muda, Hayra berpikir apakah dia harus ikut terlibat dalam drama novel ini, agar tau siapa protagonis wanita aslinya?

Hayra benar-benar pusing dengan dunia rumit ini, serumit-rumitnya cewek yang bilang terserah lebih sulit dan rumitnya isi novel ini. "Menyusahkan saja!" gumam Hayra memasuki bus yang mengantar mereka ke asrama PPHS.

"Nih, Lo hati-hati ya di sana, tenang aja, gue akan jagain rumah Lo dengan aman di jamin gak lecet sedikitpun!" ujar Xavier pada Hayra yang berdiri di samping pintu bus.

"Nyenye, yang ada nanti rumah gue berantakan, awas aja Lo!" sinis Hayra pada Xavier yang cengengesan tak jelas, higa lima hari ini Xavier masih tinggal di rumah Hayra karena ia belum mendapatkan tempat tinggal yang baru, orang dia kesini aja tanpa membawa apapun, jika tidak ada Hayra mungkin dirinya sudah jadi gembel.

. . .

Tiga bus besar berisi anak sekolah yang ikut pertandingan kini sudah terparkir di parkiran asrama dekat gedung PPHS dan kebetulan anak PPHS tengah jam kosong jadi mereka bisa melihat anak-anak dari sekolah lain yang ikut turun dari bus untuk menuju asrama, dan kelas mereka sudah di persiapkan untuk mereka belajar selama melakukan pertandingan di sekolah PPHS.

"Gila anak sekolah lain gak kalah ganteng sama anak PPHS!" kagum para betina yang melihat laki-laki yang bening sedikit.

"Plis, aku mau pingsan!" lebaynya.

"Itu kan Lo masih berdiri," sahut satunya.

"Ya elah!"

. . .

Rombongan Hayra turun dan melihat sekitar cukup kagum dengan sekolah elit ini. "Pantes ya biayanya mahel, wong gede begini!" kagum Jawi.

"Haha .... Ya woy, selain mahal, Lo juga harus kaya, biar gak jadi babu sekolah!" timpal Jayadi tertawa pelan.

"Sama mental baja bro, biar Lo gak gampang depresi, kalo di bully!" nimbrung Hayra ikut tertawa, melihat muka Jawi yang tertekan.

"Tuh, denger, biar gak gampang depresi, udah di kasih tau langsung loh sama sesepuhnya!" ujar Qamal yang sudah tau bahwa Hayra pindahan dari PPHS.

"Hahah iya baru inget gue!"

Mereka asik tertawa terutama Hayra yang sangat menjadi sorotan di tiga puluh orang hanya dirinya yang perempuan, wajah Hayra terlihat cantik akibat perawatan rutinnya sehingga anak PPHS tidak ada yang begitu mengenalnya.

Sebenarnya mereka ragu dengan kemampuan bermain Hayra, tapi kita tidak boleh meremehkan lawan, tapi yang namanya manusia kalo tidak serakah ya sombong! Begitu lah.

Dalam satu drom terisi kamar sepuluh ruang dan di tengah-tengahnya tempat mereka bermain atau latihan dan komputer khusus untuk mengakses game sudah tersedia di sana, tapi di pertandingan resmi nanti mereka main menggunakan handphone yang sudah di siapkan oleh para panitia.

. . .

Di kantin sekolah terjadi keributan antara Amelia dan seorang gadis yang entah siapa namanya, yang di mana Amelia melakukan playing victim terhadap si cewek. "Maksud kalian apa menamparku?" tanya si cewek menatap para lelaki pelindung Amelia.

"Dasar *****! Lo masih nanya, jelas-jelas Lo udah bikin princess kita terluka anjing!" marah Putra pada si cewe yang sudah mulai nangis dan panik secara bersamaan, saat dirinya di sudutkan seperti ini, kenapa tidak ada yang mau menolongnya? Jelas-jelas mereka melihat siapa yang salah, lalu kenapa tidak ada yang mau mengasih penjelasan pada antek-anteknya Amelia?

"Tapi itu bukan salahku! Aku bahkan tidak pernah menyentuhnya, lalu bagaimana bisa dia terjatuh!" bantahnya.

"Alasan Lo ******! Ngaku aja susah amat dah!" sinis Nolan merasa geram terhadap gadis di depannya ini. "Lo pasti mau narik perhatian kami kan, dengan cara ngebully Amelia? Itu gak mempan, *****!" lanjut Nolan.

"Narik perhatian kalian? Tidak ada gunanya, bahkan tunangan gue lebih ganteng dari lo, lo pada ini! Jadi percaya dirinya di kurangin dikit ya, malu tau!" sinisnya lalu pergi, untuk acara menangisinya dia tidak jadi, dia kesel dengan kepercayaan diri seorang Nolan membuat dirinya hendak muntah saja!

"Apa wanita itu antagonis wanitanya?" tanya Hayra pada dirinya yang tentunya bertanya di dalam hati. "Kalo iya, gue akan mencoba untuk mendekatinya, siapa tau ada petunjuk baru!" semangat Hayra setelah menemukan sercah harapan.

"Woy Komeng, ayok?!" panggil Qamal pada Hayra yang terdiam berdiri di tengah kantin dan menjadi perhatian anak sana.

"Vangke, Lo!" sinis Hayra menggeplak punggung Qamal karena memanggilnya Komeng. "Nama gue Hayra yak, cok!" sinisnya.

"Ya elah, women ngambekan amat dah!" gumam Qamal menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal.

. . .

"Untuk pertandingan resminya kita akan mulai Minggu depan, dan waktu satu Minggu di sini kalian gunakan sebaik-baiknya untuk berlatih, dan kalian bisa menikmati fasilitas yang sudah kami siapkan, kalian boleh berjalan-jalan untuk mengenal sekolah kami, baik itu saja yang saya sampaikan, terima kasih!" ucap kepala panitia memberi informasi.

Hari ini hari Senin, jadi ya biasa aja bosen! Mereka keluar dari dalam ruangan itu dan pergi entah berpencar ke arah mana, ada yang masuk kamar, ada yang berkeliaran, akh .... Terserah saya bingung.

Hayra pergi berkeliling mencari gadis yang bertengkar bersama Amelia tadi, sehingga dirinya di papasan dengan Putra Rahardian seseorang yang sudah memfitnahnya dan membuat dirinya di DO, dari sekolah ini.

"Wah, udah bening aja ya, setelah keluar dari sekolah ini?" ucap Putra di belakang Hayra tapi Hayra menganggap ucapan Putra hanya angin lalu, dan terus berjalan mengabaikan Putra yang sudah ingin marah.

Hap!

Tangan Hayra di tarik dengan cukup keras lalu di sudutkan ke tembok oleh Putra. "Ternyata, gadis cupu dekil yang gue benci ini udah jadi cantik ya? Nyesel gue bully Lo, kalo tau jadi secantik ini!" ucap Putra dengan nada serak seperti sedang bernafsu.

Hayra tersenyum manis lalu mengelus sensual rahang Putra. "Kenapa nyesel? Bukannya kamu suka ya?" tanya Hayra dengan nada berbisik tapi membuat jakun Putra naik turun, dengan nafas memburu menerpa wajah cantik Hayra.

"Ya ... aku suka kamu yang sekarang ...." Putra hendak mencium Hayra tapi keburu di hajar oleh Fandi yang entah datang dari mana.

"Kurang ajar, maksud Lo apa ng*lec*hin tenem gue bangsat!" teriak Fandi menghajar Putra yang sudah terduduk lemas karena kaget menerima serangan secara mendadak.

"Lo gak pa-pa kan, Ra?" tanya Fandi membolak-balikkan tubuh Hayra mencari letak lecetnya.

"Gak pa-pa, kok Fan, aku cuma takut aja, dia mau perkosa aku!" cicit Hayra menunduk takut, seolah merasa sangat trauma dengan kejadian tadi.

Putra yang melihat itu melotot terkejut, 'bangsat! Jelas-jelas tadi dia mau-mau saja, tapi belum tersentuh akibat pukulan Fandi. "Bangsat gak usah fitnah Lo anjing! Jelas-jelas Lo mau tadi!" marah Putra merasa tidak terima di sudutkan.

Hayra mundur seolah sangat takut dengan bentakan Putra. "Lo lihat? Jelas-jelas temen gue takut sama Lo, jadi mana mungkin dia mau di cium seperti itu, udah lah cabul ya cabul aja gak usah ngelak!" sinis Fandi membawa Hayra pergi dari sana.

Putra menendang tembok dengan emosi menatap kepergian Hayra. "Awas lo Hayra, lo udah dua kali Lo permalukan gue kek gini, tunggu pembalasan gue!" gumam Putra dengan penuh akan rencana Jahat beserta dendam kesumat apa yang menyumbat hatinya.

. . .

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!