EPISODE 3

Hayra menunggu Nina dengan satu parang di tangannya darah di wajahnya Hayra sengaja membiarkannya kering Hayra sudah menabur paku di jalan itu, dan ya waktu sangat mendukung mobil Nina sudah kelihatan dan.

Plus!

Ban mobil itu kempes sehingga membuat Nina turun dengan keempat kawannya yang mengoceh tak jelas karena perjalanan nikmat mereka terganggu. "Aduh, kok bisa banyak paku sih, mana tempat ini sepi lagi!" ujar Wilda teman Nina.

Hayra yang melihat itu tersenyum penuh kemenangan dengan parang yang iya bawa tak lupa sarung tangan putih melekat di jemari lentik miliknya itu.

Dengan santai Hayra menebas punggung Wilda hingga sobek menganga lebar darah membasahi jalan yang cukup banyak darah.

Mereka kaget dengan pekikan Wilda yang sesaat lalu pingsan atau meninggal pun aku tidak tau. "Lo!" pekik Nina melihat Hayra yang memegang parang dengan senyuman manis di bibir kecil itu.

"Hay Nina, ketemu lagi kita," ucap Hayra dengan nada lembut.

Nina begitu kaget dia tidak menduga akan seperti ini. "Kaget iya? Uhh ... kasihan nih minum!" todong Hayra pada darah Wilda yang mengalir cukup banyak.

"Dasar gila!" pekik Nina sangat shock melihat semua ini dengan kedua temannya sudah menggigil ketakutan.

"Bedanya dengan kamu apa? Kita sama-sama gila kan?" tanya Hayra lalu merusak kaca mobil itu dengan parang yang iya bawa. "Bawa gih teman lo, takutnya dia mati, oh ... satu lagi, besok kita ketemu di sekolah ya, aku mau ngasih kejutan, yang sangat .... Sepesial!" ucap Hayra dengan senyum manis di bibirnya itu.

Nina dan kedua temannya menggigil ketakutan mereka tak menyangka akan seperti ini mereka sangat takut. Sehingga salah satu kaki teman Nina terkena parang yang Hayra bawa menggores betis perempuan itu sehingga mengerang kesakitan.

"Mau lagi gak? Biar darahnya makin banyak?" tanya Hayra lalu pergi masuk ke dalam hutan karena ada segerombolan motor yang mendekat Hayra diam mengawasi Nina di bawah pohon dengan senyuman seperti iblis.

Nina dia hanya bisa melihat memantung karena shock, dan ya, yang lewat itu anak-anak Venus terkejut melihat darah dan Nina yang masih sangat shock ketiga temannya sudah pingsan dan lainnya.

"Kalian kenapa kok, banyak darah gini?" tanya Tama sembari turun dari motornya menghampiri Nina yang diam tak berkutik.

Nina hendak berbicara tapi penglihatannya teralihkan oleh Hayra yang berada di bawah pohon dengan parang yang masih di nodai darah kedua temannya.

"Ak-aku!" Nina keburu pingsan di pelukan Tama, mereka menelpon ambulans Azka memeluk Amelia yang sudah sangat ketakutan melihat darah yang menggenang itu.

* * *

"Huh, puas banget gue liat muka si Nina itu, awas aja berani melapor ke polisi gue cari lu sampe akar-akarnya!" gumam Hayra di depan cermin sembari memandangi luka di bagian wajahnya yang nampak sangat membengkak akibat catokan rambut dan hantaman meja.

"Ini belom berakhir, Nina, gue gak akan berhenti samapi lo bersujud minta maaf di depan gue, pembullyan yang gue alami tidak setimpal dengan yang gue lakukan tadi!"

Hayra berjalan keluar mulai sekarang dia harus mencari kerjaan yang tetap bila seperti ini terus kapan dia maju, musti mustahil mendapat kerjaan dengan tetap tapi Hayra tidak pantang menyerah kehidupannya tidak seperti dulu yang ada sang ibu karena sekarang dia benar-benar hidup sendiri jadi Hayra tidak bisa mengandalkan siapapun harus berusaha sendiri.

* * * *

"Harus kemana lagi, ni gue cari kerjaan?" Gumam Hayra menatap trik matahari sore yang begitu panas Hayra berteduh di dekat tembok melihat mobil mahal yang lalu lalang. "Kerjaan, kerjaan..." gumam Hayra sembari duduk bersama para anak-anak yang ngemis di dekatnya.

Sehingga salah satu mobil berhenti di depan mereka, para anak-anak pengemis itu nampak antusias karena mereka mengira akan di kasih sesuatu tapi sayang si pengendara mobil itu membuang sampah di depan mereka sehingga membuat mereka sedih dan kecewa 'sehina itukah kami wahay orang kaya? Kamu juga manusia cuma beda derajat aja, jadi jangan sampai kami dendam lalu membegal dirimu!

Hayra hanya menatap males karena dia bukan pengemis hanya mencari pekerjaan tapi tak dapat-dapat jadi perlu bersabar. "Woe OKB, orang kaya baru! Gak usah sok kau ya!" sentak Hayra yang begitu malas melihat wanita itu seperti tak berdosa membuang setumpuk sampah di depan mereka.

Wanita yang hendak masuk ke dalam mobilnya menoleh ke arah Hayra yang sedang duduk dengan santai melihat ke arah dirinya. "Maksud kamu apa?"

"Lo buta dek? Sok ga tau begitu, buang sampah lo sono, lu pikir kita-kita ni apaan!" sarkas Hayra menendang sebungkus plastik hitam itu ke arah si wanita yang berada di dalam mobil Van hitam mengkilap itu

wanita cantik itu melotot terkejut dengan aksi Hayra. "Kamu ...!" geram wanita cantik itu menatap tajam Hayra.

"Mau marah? Eh ... bak sampah deket, apa susahnya buat turun beberapa detik buat buang, kenapa musti harus di lempar depan kami, lo buta apa gimana, hah? jelas-jelas ni tanda peringatan nulis kata-kata gede banget lo, ga mungkin kan lo rabun jauh?" timpal Hayra menunjuk papan pelang yang tertulis di larang membuang sampah sembarang.

"Dah lah, ga guna debat ma, lo!" kesel Hayra lalu berjalan pergi dari sana dengan si wanita yang merenggut kesal setengah mati di dalam mobil mewah miliknya ibu dan bapaknya.

"Awas, lo cewe songong!"

* * *

Hayra pulang dengan keadaan lesu karena ia belum dapat kerjaan mana uang sudah menipis, dengan cara apa lagi dia harus mencari kerja. Hayra pergi ke arah dapur untuk melihat ada makanan apa tidak karena saat ini dia begitu lapar.

Hayra membuka lemari kecil penyimpan makanan tapi sayang isinya sudah tak ada hanya sebutir beras dalam toples yang tersisa Hayra mengusap perutnya lapar duit lima ribu miliknya dia ambil lalu membeli mie gelas agar cukup untuk mengganjal rasa laparnya.

Hayra pergi ke warung lalu membeli mie gelas yang sudah naik harganya menjadi 1500 jadi Hayra hanya mendapat tiga bungkus dan kembalian 500 rupiah dan Hayra mengambil permen fox tiga rasa yakni stroberi, jeruk dan lemon.

Hayra menangis memakan mie gelas itu, dia begitu sedih akan kehidupan keduanya ini kenapa dia begitu sial akan kehidupan. "Gue benci keadaan ini! Gue benci ...!" teriak Hayra dengan suara lirih di tambah rasa lapar yang tak kunjung usai karena hanya memakan satu mie gelas dan duanya lagi untuk besok atau nanti, "dulu hidup gue ga enak, tapi gue masih bisa makan, tanpa harus kelaparan, lah ini? wong melarat!"

"Kenapa hidup gue sial Mulu, sih!" teriak Hayra kesetanan. "Gak di sana gak di sini hidup gue sial mulu, sial! Sial! Sial ....!" Hayra menangis kencang dia sangat frustasi akan hidupnya kedepannya.

"Lo yang punya tubuh, kenapa musti gue yang harus nyelesain masalah lo, anjing! Kenapa ...?!" terak Hayra, rasa pusing menyerang dirinya, sungguh Hayra merasa amat frustasi dia seakan merasa gila dia belum bisa terima dengan kehidupan keduanya ini dia amat tidak terima! Tidak terima!

"Lo yang punya masalah kenapa harus gue yang nanggung akibatnya!" teriak Hayra semakin frustasi, "mau jadi gila, takut ga bisa waras lagi! asu-asu!"

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!