EPISODE 13

Keesokan paginya Hayra bangun lebih awal, karena ia harus melaksanakan sholat subuh, Hayra merasa sepi di sini karena tidak pernah mendengarkan suara azan yang berkumandang Hayra bahkan nangis sendiri karena juga merindukan ibu beserta neneknya.

"Ya Allah, sebenarnya aku berada di mana ya Rabb? Tolong bantu aku, berilah hamba mu ini petunjuk, hamba tidak betah berada di sini ya Allah!" doa Hayra meminta petunjuk pada yang maha kuasa, sesungguhnya Hayra tidak begitu suka di sini, haha ... siapa yang akan suka? Hidup sendiri, datang seperti orang asing, tak tau apa-apa, oh ... itu sangat menyakitkan dari pada putus cinta, aku jamin itu, tanpa identitas yang jelas, ouh sudah seperti penjahat saja!

"Sangat tidak manuk akal!" gumam Hayra dengan bahasa gaulnya, entah dapat dari mana anak ini bahasa seperti itu.

.  .  .

Sebuah tamparan keras melayang di pipi seseorang pemuda jangkung itu dengan keras sehingga menyebabkan di pemuda mundur sedikit akibat tamparan sang ayah.

"Anak sialan! Dasar tidak tau diri! Saya sudah capek-capek menyekolahkan kamu di perguruan tinggi yang bagus tapi kenapa otak dangkal ini tidak bisa berpikir, hah!" Soni menunjuk-nunjuk kepala Azka dengan sang anak yang hanya diam menunduk mengusap pipinya yang perih. "Apa saya harus hajar kamu sampai koma baru kamu akan jera, heh!?" tonyor Soni pada kepala Azka.

Azka mendongak menatap sang ayah yang tengah marah besar. "Ayah kenapa? Padahal kan Azka gak buat masalah, tapi kenapa di marahin kek gini?" tanya Azka dengan nada kesal.

"Masih nanya kamu, jelas-jelas kamu melakukan kesalahan besar Azka Mahardika, siapa yang berani menyuruhmu melakukan pertunangan tanpa persetujuan saya?" tanya Soni menatap Azka dengan pandangan tajam.

Azka merasa terkejut saat sang ayah bertanya itu, dia sudah menutup rapat hubungan pertunangannya tapi kenapa bisa bocor? Gak beres nih. "Memangnya kenapa? Aku cinta sama Amelia ayah, aku gak cinta sama Cella, jadi aku mohon sama ayah agar ayah gak usah jodoh-jodohin aku sama Cella ayah aku ga suka dia!" ujar Azka dengan keberaniannya yang entah datang dari mana, Azka salah pilih lawan padahal dia tau bahwa sang ayah berwatak sangat keras sehingga tidak ada yang berani menentangnya, bahkan kakeknya saja tidak berani.

Sekali lagi pukulan kematian menghantam rahang tegas Azka hingga tersungkur. "Dasar bajingan! Bisa-bisanya aku punya keturunan seperti ini, sangat bodoh dan mudah di perdaya! seperti ini." sinis Soni. "Mulai besok semua fasilitas kamu saya cabut, saya tidak akan mengembalikan semua fasilitas kamu sebelum kamu memutuskan hubungan laknat itu bersama wanita mu itu!" final Soni lalu hendak pergi tapi terputus sama suara Azka.

"Haha ..., stop aja yah, Azka gak takut, Azka masih punya Oma sama Opa, buat minta duit!" pongah Azka tersenyum mengejek pada sang ayah, seolah dirinya sudah menang.

Soni tersenyum misterius. "Bahkan Oma sama Opa kamu sudah saya suruh untuk tidak memberikan cucunya yang nakal ini uang dan fasilitas lainnya, agar kamu kapok!" ejek Soni tertawa jahat saat melihat wajah menjengkelkan sang anak, sekali-kali dia harus tegas karena ia tidak mau anaknya menjalin hubungan sama wanita penggoda itu, Soni tidak ikhlas!

.  .  .

Hayra duduk dengan anteng di jok motor belakang Fandi, yap Fandi menepati janjinya untuk menjemput dirinya, Hayra senang karena duitnya tidak jadi terkuras abis untuk bayar bus atau angkot untuk ia tumpangi.

"Udah sarapan belum?" tanya Fandi membuka pembicaraan karena masih lampu merah.

"Udah, kenapa emang?" tanya Hayra balik.

"Gak pa-pa nanya aja," jawab Fandi dengan cengirannya yang hanya bisa di liat lewat kaca spion oleh Hayra.

"Lo udah sarapan belom?" tanya Hayra lagi.

"Belum," jawab Fandi seadanya.

"Kenapa belum?" bingung Hayra.

"Karna gak ada lauk," melihat lampu sudah hijau sehingga ia menjalankan motor Vario spek Intel miliknya dengan kecepatan sedang.

"Eak ... kenapa gak masak telur aja, simpel cuma tinggal di goreng aja," ujar Hayra, tertawa pelan.

"Gue gak bisa masak, takut kena minyak panas," jelas Fandi.

"Hadeh, alasan pasaran, Lo belum tau aja kalo goreng ikan pindang, beh! Pas kena minyak rasanya mau menjerit sekuat-kuatnya saking kagetnya sama sakit, euh ...!" cerita Hayra membuat suasana cair dan mereka masih tertawa di atas motor yang sudah melaju menuju sekolah, orang-orang yang melihat hanya bisa berpikir.

Bahagianya anak muda!

.  .  .

Sesampainya di sekolah Hayra langsung turun tak lupa buat berterima kasih pada Fandi, Hayra menghampiri kedua teman barunya yang sedang bisik sambil senyum ke arah dirinya.

"Kalian kenapa?" tanya Hayra bingung melihat kedua teman barunya yang cekikikan tidak jelas.

"Hehehe ..., gak pa-pa sih, btw Lo ada hubungan apa sama Fandi? Keknya deket banget!" tanya Tiwi tak lupa dengan senggolan pelan di bahunya untuk menggoda Hayra.

"Hehe ..., kan cuma numpang sekolah, eh, maksudnya kan cuma numpang nebeng doang, lagian kan kita berdua tuh kan setime, jadi otomatis kita deket lah, yak kali musuhan!" kasih tau Hayra berhenti menggaruk kepalanya yang sebenarnya tidak gatal.

"Kirain ada apa-apa, udah yuk masuk, bentar lagi bell masuk, mana jam pelajaran pertama matematika, aduh pusing ...!" teriak kecil Ema yang tidak suka pelajaran menghitung.

Ketiga gadis cantik itu pun berjalan masuk ke dalam kelas dan para teman-teman sekelas mereka juga sudah mulai membuka buku untuk mengingat rumus yang nanti akan di tanya-jawabkan oleh mereka dan si guru matematika.

. . .

"Ternyata sepi juga ya, gak ada si cupu di sekolah ini?" ujar Nolan menghisap sebatang rokok dengan merek matahari, yang sangat di luar nalar.

Putra menghisap vape miliknya lalu menghembuskannya dengan khidmat. "Haha ..., gue paling benci sama manusia satu itu, karena dia sudah menginjak harga diri gue!" ucap Putra tersulut emosi saat mengingat perkataan Hayra yang mengatai dirinya banci, sungguh dia tidak terima.

"Tapi menurut gue Lo agak keterlaluan sih, cuma gara-gara di kata-katain Lo sampe ngeluarin anak orang dari sekolah, di tambah dengan menyebar rumor hoax itu," sahut Pawan mematikan putung rokoknya, mereka bertiga ada di belakang sekolah di bawah pohon, untuk merokok dan menghindari guru yang keliling untuk memastikan para anak muridnya steril tak terkena kuman macam tiga begundal ini.

. . .

Hayra membuka laci meja miliknya sehingga dia menemukan sebuah surat, Hayra melirik kiri-kanan untuk memastikan bahwa tidak ada orang iseng yang menaruh gulungan kertas lusuh di dalam laci mejanya.

"Kamu harus menemukan protagonis wanita asli!"

Tulisan emas itu segera menghilang setelah Hayra membacanya. "Astaghfirullah'lazim, santet macam apa ini, cuy?" kaget Hayra melihat tulisan emas itu tiba-tiba menghilang.

"Apakah ini petunjuk?" tebak Hayra. "Vangke! Di kasih petunjuk malah di suruh cari protagonis wanita, kan jelas-jelas protagonis wanitanya Amelia, lalu siapa lagi? Wewe gitu?" kesel Hayra, "bodo'amat lah, laper koe!"

Hayra menyimpan kertas lusuh itu kedalam tas miliknya siapa tau ada tulisan muncul lagi, Hayra sangat berharap bisa keluar dari dunia antah berantah ini, jujur saja Hayra sangat merindukan ibu dan neneknya, apa kabar mereka baik? Semoga saja, Hayra berdoa dan berjuang di sini agar bisa pulang ke dunia aslinya.

Hayra bahkan sangat was-was jika makan ataupun melakukan sesuatu, Hayra berpikir pasti makanan yang ia makan terbuat dari belatung yang di modif menjadi kue ulang tahun karena kekuatan jin jahat itu kuat bisa membutakan mata manusia dengan hal yang mereka inginkan.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!