EPISODE 4

Hayra duduk di dalam kamar memandang ke arah pisah dapur yang iya genggam dia hendak menyayat nadinya untuk mengakhiri hidupnya baru dua hari hidup di dunia ini tapi Hayra sudah putus asa, oh ya dia tidak sekuat itu untuk menanggung beban orang lain apalagi harus mengalaminya secara langsung tanpa nego dulu gitu.

"Anjing! Gue udah gak kuat! Mana laper lagi!" celutuk nya, sehingga ketukan pintu membuat aksi bunuh dirinya di undur, dengan kesal Hayra melempar pisau itu. "Mau mati aja banyak halangan, apalagi mau jadi kaya? Gak di santet gue!?" dumel Hayra lalu membuka pintu dan nampak seorang ibu-ibu yang memanggil dirinya.

"Ada apa ya Bu?"

"Ini nak, ibu ada sedekah, di terima ya soalnya kemarin malam ada acara jadi sisanya saya kasih ke kamu, di terima ya?" ucap ibu itu memberi sekantung plastik makanan.

Hayra menerima itu lalu masuk dan membuka makanan itu dengan tampang datar setelah melihat isinya yang hanya tulang dan nasi basi. Hayra melempar bungkusan itu dengan sumpah serapah.

Hayra mengintip di balik jendela dan melihat ibu itu dan beberapa anak remaja seumurannya sembari memegang kamera ke arah rumahnya seolah menanti kekesalan dirinya untuk di upload ke YouTube.

Hayra masuk ke kamar dan mengambil handphonenya lalu mengaktifkan fitur kamera dia akan membalas kekesalannya pada oknum tak berotak itu.

"Lihat gaes, gue tadi di kasih makanan sama ibu-ibu dengan dalih mau bersedekah dan...?! Setelah gue buka kotak nasinya, kalian tau isinya?" jeda Hayra sembari membuat suasana heboh seperti konten tiktok yang lagi nge-stitch orang.

"Isinya nasi basi sama tulang ikan, dan lebih membagongkanya lagi mereka masih mantau rumah gue seolah-olah mau lihat reaksi marah gue, nih gaes gue spill muka setan mereka yang lagi nunggu di depan rumah gue." Hayra memvideokan ibu-ibu tadi dan beberapa remaja itu yang entah belom mau pergi. Hayra mengarahkan kamera handphonenya. "Tuh maksudnya apa coba? Niat bangt gitu mau nge-prank gue, iya gue akuin kalo mau nge-prank yang sewajarnya aja, kan kalo gini kan mereka bisa masuk polres!"

Hayra mematikan kamera handphonenya lalu meng-upload video tadi ke Instagram karena di dunia novel ini tidak ada tiktok dan capcut untuk edit video masih agak jadul lah tapi anehnya ada iPhone 14pro max.

* * *

Keesokkan paginya Hayra bangun lalu pergi mandi, dan sialnya lagi sabun mandi sudah habis jadi Hayra terpaksa mandi tanpa sabun walaupun sangat tidak enak karena minyak tubuhnya terasa lengket kurang segera aja gitu.

"Gini amat hidup gue, udah miskin dari dulu eh, malah miskin lagi!" dumel Hayra hari Rabu ini dia tidak mau sekolah lebih baik cari kerja dulu dari pada mati kelaparan.

Hayra memakai celana jeans highwaist beserta kulot yang sudah lusuh mulai dari baju tas sepatu, bahkan wajahnya pun ikutan lusuh, hey dia lagi krisis duit ya masbro.

* * *

"Astaga Zyan ...!" teriak seorang wanita cantik awet muda berteriak di depan ruangan apartemen sang anak yang sangat berantakan seperti Bantar gebang Bekasi, saja tempat anaknya ini. "Zyan bangun kamu anak pemalas ...!" teriak Silvia pada anak bungsunya ini. "Bangun Zyan kalo gak bangun mama seret kamu pulang!" ancam Silvia.

"Mama kenapa teriak-teriak sih kuping Zyan, sakit loh!" sahut sang anak dengan rengekan pada sang mama tercinta.

"Bangun kamu, ga mau sekolah apa kamu? Kemarin kamu di skor seminggu jadi sekarang ga ada kata bolos atau mama seret kamu pulang ke rumah utama!?" ancam Silvia, karena dia tadi sang anak sangat tidak suka di atur.

"Iya ma, iya" jawab Zyan mengalah pada sang mama, dari pada dia di seret pulang ke rumah utama yang banyak sekali peraturan dan ocehan nenek peotnya itu.

Selesai mandi Zyan langsung bersiap-siap memakai pakaian putih abu miliknya lalu memakai dasi dan baju tak di masukan ke dalam celana karena itu menurutnya sangat norak memperlihatkan body nya seperti cewek.

Dasar si Zyan mah.

"Sini makan?" suruh Silvia yang baru selesai menghangatkan makanan yang iya bawa tadi, jujur saja dia masih khawatir sama anaknya bungsunya ini yang memaksa ingin tinggal sendiri. Silvia sempat menentang keras tapi keras kepala sang anak tak bisa terelakkan.

"Mama kok ke apartemen Zyan?" tanya Zyan dengan muka begonya itu.

"Ya kamu siapa suruh tinggal sendiri di sini, mama kan khawatir mama takut kamu gak makan tepat waktu, apalagi kamu belom bisa mengurus diri sendiri, seperti ini contohnya?!" tunjuk Silvia pada sampah yang berserakan.

Zyan yang melihat itu cengengesan tak jelas menatap mama nya itu. "Hehehe!"

"Pokoknya mama gak mau tau, kamu harus mau ada pembantu di sini, dan .... Kamu gak boleh nolak!" ucap Silvia tak terbantahkan.

"Tapi ma~"

"Suttt ....! Kali ini aja kamu jangan nolak nak, mama khawatir sama kamu, mama gak bisa tiap hari jenguk kamu di sini," pinta Silvia dengan muka sedih dan dengan berat hati Zyan mengizinkan.

"Ya udah iya!" final Zyan mengalah pada sang mama.

* * *

Hari sudah terik dan Hayra belum mendapatkan pekerjaan dia sekarang lagi duduk di trotoar sambil melihat mobil, motor lalu lalang, dan tak sengaja matanya menatap kertas yang tertempel di tiang listrik yang sedang mencari pembantu.

Hayra dengan segera mengambil kertas tersebut dengan gesit membacanya. "Cuma jadi pembantu kan? Gampang kalo ini mah, gue lebih baik putus sekolah dari pada gak bisa makan!" dengan cepat Hayra menelpon nomor yang tertera.

"Halo ini dengan ibu Silviana Widyawati?" tanya Hayra sangat senang berharap ini benar dan dia mendapatkan pekerjaan.

"Iya, dengan siapa?"

"Saya yang mau melamar kerja Bu," to the poin langsung dan segera Hayra langsung pergi ke alamat yang di suruh untuk seleksi karena dia membutuhkan langsung pembantu dari sekarang.

* * *

Sesampainya di sana Hayra melihat banyak sekali yang datang untuk seleksi Hayra hanya membawa ijazah SMP dan untuk kartu keluarga Hayra tak punya karena dia hanya anak terbuang yang tak sengaja di besarkan oleh seorang nenek dan nenek itu sudah meninggal.

Hayra sempat pesimis takut tak di terima tapi tekatnya lebih besar dan dengan semangat dia masuk, bila tak di tempat ya sudah.

Dan akhirnya kini giliran Hayra untuk di seleksi. "Permisi buk,"

"Masuk?" suruh Silvia. "Kamu bisa kan kerjakan yang saya sudah tuliskan di kertas itu?" tanya Silvia

"Bisa Bu, tapi apa bisa saya masuk kerja di waktu siang soalnya saya masih sekolah!" tutur Hayra berterus-terang.

Silvia tampak mempertimbangkan. "Boleh tapi kamu pulang di waktu 22:45 bisa?" tanya Silvia

Hayra mengangguk bisa, dia sangat bersyukur bisa keterima bekerja, sama ibu ini Hayra tak mau memusingkan alur novel, yang dia pusingkan sekarang hidupnya dan masa depan dirinya kalo Amelia mau di tembak juga bodo amat, peduli taik!

* * *

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!