"Selamat tinggal," ucapan terakhir Ratna yang membuat Raditya terpaku di tempatnya.
Setelah melewati perdebatan panjang karena Raditya yang memaksa ingin mengantar, sementara wanita itu menolak, akhirnya Ratna berhasil untuk pulang sendiri.
Setelah menempuh perjalanan cukup lama ia sampai di probolinggo. Ratna masuk ke dalam rumah, bukannya istirahat malah keluar lagi, ia sudah merasa cukup tidur selama di perjalanan dan tujuannya saat ini adalah pergi ke cafe.
Dor
Ratna mengejutkan wanita yang sedang duduk membelakanginya.
"Astaga, kurang kerjaan banget."
"Kau terkejut? Oh aku tidak percaya." Ratna duduk di hadapan Sayla.
"Aku belum menyusul kenapa kau sudah pulang?" tanya Sayla yang terdengar seperti sindiran.
"Kau tidak suka dengan kedatanganku?" Ratna mencebikkan bibirnya. "Padahal aku merindukanmu." Lalu ia tersenyum.
"Ck. Kau sudah puas menghabiskan waktu bersama saudaramu itu?"
"Hey, kau cemburu? Aku heran apa yang membuat kalian tidak akur. Padahal kalian memiliki kesamaan, sama-sama bermulut licin."
"Aku tidak seperti itu," elak Sayla. wanita itu baru pulang sudah menghinanya.
"Aku hanya bicara kenyataan."
"Ck, pulang-pulang kau ketularan menyebalkan." Sayla berpura-pura merajuk.
"Bagaimana keadaan cafe?"
"Hey, apa kau tak ingin tahu kabarku?"
"Sangat terlihat jelas jika kau baik- baik saja."
Sayla menghembuskan napas berat.
"Cafe semakin ramai saja karena memiliki pelanggan setia yang selalu menanyakanmu."
"Wauw ... apa aku seterkenal itu? Sepertinya aku harus mempertimbangkan diri untuk jadi model."
"Mungil begitu mau jadi model apa?" sindir Sayla dengan senyum di bibirnya. "Kalau mau jadi model, harus berbadan tinggi semampai sepertiku ini, sharange," Sayla memuji dirinya sendiri sambil menunjukkan tangan membentuk love ala korea.
Ratna menelisik penampilan Sayla. "Ya, kau sangat cocok jadi model, lalu kenapa kau terdampar di sini, apa kau tida laku?"
"Sialan kau, memujiku lalu menghinaku sekaligus!" Ratna tertawa melihat wajah kesal sang sahabat. " Kau tahu banyak agensi yang menawariku, akunya saja yang tidak mau." Sayla menyombongkan diri.
"Kenapa?"
"Sudah punya pacar kaya untuk apa bekerja."
"Kalau begitu, carilah pacar lagi supaya kau tidak perlu bekerja di cafe. Cantik kok jomblo."
"Kau sangat pintar menasehati sesama wanita jomblo." Sayla tersenyum mengejek.
"Aku akan mempertimbangkan mas Teguh." Ratna membayangkan pria yang menurutnya unik itu.
"Kau tahu laki-laki itu setiap hari menanyakanmu, sampai aku bosan mendengar pertanyaannya."
"Dia sangat lucu. Selamat tinggal masa lalu dan selamat datang lembran baru." Ratna memutuskan untuk membuka lembaran baru.
"Aku mendukungmu."
"Kau juga harus begitu, lupakan masa lalumu, tataplah masa depan, aku saja yang janda bisa, apalagi kau yang masih gadis, pasti laku tuh."
"Kau pikir aku tak laku? Wah, kau melukai hatiku." Keduanya tertawa lebar membuat para pengunjung melihat ke arah mereka.
"Eh, tapi kau masih perawan 'kan?" tanya Ratna yang sedikit ragu pada sahabatnya itu.
"Rahasia ...."
"Kau pernah melakukannya?" tanya Ratna penasaran. Sayla hanya memberinya senyuman manis.
"Apa kau tidak risih melakukan pertama kali dengan pria tanpa status?"
Sayla hanya mengedikkan bahunya, ia suka melihat wajah penasaran sang sahabat.
*
*
Waktunya makan siang, laki-laki yang ia pikirkan semalam pun akhirnya datang. Setelah berpikir semalaman ia memutuskan untuk membuka hatinya kembali. Ia harus bangkit dari rasa trauma dengan menjalin hubungan yang baru.
"Hi, kau sudah kembali?"
"Mas Teguh. Apa kabar?"
"Aku baik."
"Mau pesan apa, Mas?"
"Seperti biasa saja. Bisakah kita bicara?"
Ratna pun mengangguk, sebelumnya ia sudah mengatakan pesanan mas Teguh pada karyawan lain. Lalu mereka duduk di satu meja yang sama dan saling berhadapan.
"Aku senang bertemu denagnmu. Bisakah aku meminta jawabannya hari ini."
Laki-laki ini to the point sekali. Sat set. Duh, kenapa aku jadi gugup, ya.
Ratna memejamkan kedua matanya lalu memantapkan hatinya, untuk statusnya ia akan mengatakan nanti saja di saat waktu yang tepat. Jika laki-laki itu tidak mau menerima statusnya, ya tinggal putus saja. Untuk saat ini biarlah menjalin hubungan terlebih dahulu.
Ratna menganggguk sembari membuka kedua matanya. "Aku mau."
Laki-laki itu tersenyum. " Terima kasih, mau menerimaku. Berarti sekarang kita sepasang kekasih?" Ratna pun mengangguk.
Laki-laki ini polos sekali.
"Kau tahu kau adalah kekasih pertamaku dan cinta pertamaku."
Aku bingung harus senang atau sedih mendengarnya. Apa kau akan kecewa jika tahu statusku?
"Nanti malam aku akan menjemputmu, kita kencan, ya?" lanjut Teguh.
"Ya,"
*
*
Ratna bersiap untuk berkencan dengan kekasih barunya. Laki-laki itu benar datang, entah kenapa laki-laki itu terlihat lebih tampan.
"Kau sangat cantik," puji Teguh saat wanita itu keluar dari rumah dengan pakaian yang sudah rapi.
"Kau tahu dari mana rumahku?"tanya Ratna karena laki-laki itu tidak mengirim pesan satupun.
"Aku pernah mengikutimu,"jawab Teguh santai membuat hati Ratna sedikit berbunga.
Ya, Tuhan apakah dia jodoh untukku. Jika iya, tumbuhkanlah cinta di hati ini. Biarkan jantung ini berdebar jika berada di dekatnya.
Tanpa bicara lagi Ratna masuk ke dalam mobil Teguh yang sudah di buka oleh laki-laki itu. tidak ada pembicaraan sedikitpun selama perjalanana. Teguh yang senyum-senyum sendiri karena terlalu bahaga, akhirnya ia punya kekasih.
Sementara Ratna merasa bersalah karena belum mengatakan status yang sebenarnya pada laki-laki itu. Tak lama mobil itupun berhenti di sebuah restoran, mereka berjalan masuk ke dalam restoran setelah memarkirkan mobilnya.
"Mau pesan apa?" tawar Teguh lembut.
"Samakan saja."
Setelah itu Teguh memanggil pelayan lalu mengatakan pesanannya.
Hening. Teguh terlihat gugup, maklumlah ini pertama kali baginya dekat dengan seorang wanita. Di usianya yang hampir 27 tahun, Ratna adalah kekasih pertamanya.
"Kenapa kau menyukaiku?" tanya Ratna membuka obrolan.
"Karena kau lucu."
"Lucu?"
"Kau sangat lucu dan meggemaskan."
Seharusnya aku klepek-klepek kan ya, tapi kenapa aku malah merasa bersalah.
"Apa kau tahu statusku?" Ratna berhenti sebentar. "Aku sudah pernah menikah?" Ratna menunduk sembari menunggu jawaban pria yang saat ini tengah menatap ke arahnya.
"Benarkah? Tapi kau terlihat masih seperti gadis." Ratna mendongak karena terkejut mendengar respon laki-laki itu.
"Aku serius, aku sudah menikah dan bercerai, sekarang aku janda tanpa anak."
"Ya sudah, tidak apa-apa."
Hah, begitu saja.
"Kau bisa menerimanya?"
"Ya, mau bagaimana lagi. Aku sudah mentok cinta sama kamu."
Rasanya aku ingin menangis. Masih ada ya stok orang baik untukku. Ya, Tuhan, Engkau tak salah kirim 'kan?
"Terima kasih." Aku berjanji akan berusaha untuk mencintaimu lanjut Ratna dalam hati.
Sebulan berlalu, hubungan keduanya semakin dekat. Ratna juga pernah bertemu dengan orang tua dan keluarga Teguh. Mereka semua menerima Ratna dengan baik. Teguh tidak perlu bertemu dengan orang tua Ratna karena dia sudah yatim piatu sejak lahir, itu menurut pihak panti asuhan karena sang ibu meninggal tepat saat ia melahirkan Ratna.
"Hari ini kita ke rumah orang tuaku, ya?" Teguh mengajak Ratna bertemu orang tuanya kembali.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
NR..
gentleman's deh
2023-07-23
2