Sejak itu Raditya merasa canggung, berbeda dengan Ratna. Ia selau mengambil kesempatan dalam kesempitan. Memanfaatkan sikap laki-laki itu yang semakin baik padanya.
Dua minggu sudah berlalu. Raditya bingung dengan perasaannya sendiri. Jika ia mengatakan kebenaran itu dapat dipastikan wanita itu akan segera angkat kaki dari apartemennya, kecuali jika wanita itu masih mencintainya. Dia juga sudah memberikan kebebasan pada Ratna jika ingin keluar dari apartemen untuk jalan-jalan atau sekedar membeli barang yang wanita itu inginkan.
"Apa yang harus aku lakukan?" Raditya merasa frustasi.
"Apapun yang terjadi aku harus tetap meminta maaf."
Sementara di dapur. Ratna yang biasanya bersikap tenang, saat ini merasa gugup luar biasa. Kegugupannya bertambah ketika melihat pria yang membuatnya gugup terlihat keluar dari dalam kamar.
Tenanglah, semua akan lancar seperti rencana.
Raditya berjalan langsung menuju meja makan, kegiatan yang akhir-akhir ini sering mereka lakukan, sarapan bersama, makan siang bersama, hingga makan malam bersama.
Keduanya sarapan bersama tanpa berbicara sepatah katapun dengan pikiran yang berbeda. Tentu saja Raditya tidak merasakan kegugupan Ratna karena saat ini dirinya juga tak kalah gugup dengan alasan yang berbeda.
Setelah sarapan keduanya duduk santai di depan televisi. Raditya tidak bekerja karena hari ini weekend. Dia berencana akan meminta maaf setelah itu mengajak Ratna jalan-jalan dan juga membiarkan wanita itu pergi.
Berbeda dengan Ratna yang berjalan ke arah dapur untuk membuat minuman. Minuman sudah selesai, tapi ia masih menatap minuman itu dengan tangan bergetar. Sedetik kemudian ia mengeluarkan sesuatu yang ia sembunyikan di balik kantong celana. Lalu memasukkannya ke dalam minuman yang ia buat. Setelah cukup merasa tenang ia membawa dua gelas minuman itu ke tempat Raditya berada.
Setelah meletakkan minuman tersebut, Ratna duduk disamping Raditya. Cukup lama keduanya terdiam, hanya terdengar suara televisi.
"Ada yang ingin aku katakan," ujar Raditya membelah keheningan.
Deg
Seketika jantung Raditya berdetak cepat saat wanita itu menoleh ke arahnya.
Ratna juga tak kalah berdebar. Dia takut ketahuan. Secepat kilat ia menetralkan debaran di jantungnya.
"Apa?" Ratna menunggu laki-laki itu lanjut berbicara. "Minumlah dulu kau terlihat gugup."
"Terlihat jelas, ya?" tanya Raditya kikuk, begitulah kalau sudah gugup padahal menghadapi investor tak segugup itu.
Tidak tahu, aku hanya asal menebak karena aku juga gugup setengah mati.
Ratna mengambil gelas Raditya lalu memberikannya dengan perasaan yang dag dig dug.
Berhasil.
Ratna bernapas lega setelah minuman pria tersebut tinggal setengah.
"Sekarang katakanlah!" Ratna tersenyum lembut, kain sutra mah kalah lembut.
Raditya mengambil napas panjang lalu menghembuskannya.
"Apapun yang akan aku katakan mungkin akan mengejutkanmu. Aku harap .... "
Tiba-tiba tubuh Raditya jatuh ke sofa. Ratna melambaikan tangannya di depan wajah Raditya. Laki-laki itu tak bergerak sedikitpun. Ratna menidurkan kepala laki-laki itu lalu meluruskan kakinya. Sekarang posisi Raditya berbaring di atas sofa.
Wanita itu tersenyum lembut sembari menatap wajah tampan laki-laki yang sayangnya masih tersimpan dalam hati.
"Selamat tinggal, My love." Ratna mendekatkan wajahnya lalu mencium kening pria itu.
"Aku akan mengakhiri perasaan ini. Kadang mencintai itu harus tahu diri dan aku baru menyadarinya. Dulu saat mencintaimu aku harus mengorbankan sekolahku. Sekarang karena cinta pula aku menjadi pahlawan kesiangan dengan membantumu dari orang jahat dan akhirnya aku di sini, menerima semua perlakuan burukmu. Aku pergi, ya, jaga diri baik-baik."
Ratna beranjak lalu melangkah masuk ke dalam kamar, ia mengambil tas kecilnya tanpa membawa pakaian, nanti ia berencana akan membelinya. Setelah itu ia masuk ke dalam kamar Raditya, melihat ke arah nakas lalu mengambil sesuatu dari sana.
"Dua juta tiga ratus, lumayanlah untuk biaya hidup." Lalu ia melangkah keluar, kembali menatap Raditya yang masih terbaring pulas di atas sofa.
"Aku minta uangnya, anggap saja kau bersedekah padaku, aku menerimanya dengan senang hati, terima kasih. Semoga kita tidak akan pernah bertemu lagi."
Setelah itu, Ratna pun keluar dari apartemen. Ia menghentikan taxi lalu masuk ke dalam.
"Selamat tinggal Put, maaf belum bisa mengucapkan selamat ataupun mengucapkan salam perpisahan, semoga suatu saat nanti kita bisa bertemu saudaraku." Ratna meneteskan air mata mengingat sang sahabat.
Ia bertemu Putri di taman saat wanita itu sedang membutuhkan bantuan dan dirinya yang sedang frustasi. Mereka dipertemukan di saat yang tepat. Sebelum akhirnya memutuskan untuk tingagl bersama. Ratna bersyukur dengan kedatangan Putri.
*
*
Setelah beberapa jam Raditya membuka kedua matanya.
"Badanku terasa pegal." Raditya bangun sembari memegang tubuhnya lalu menyapukan pandangan ke arah sekitar. " Pantas saja sakit, aku tertidur di sofa. Bagaiamana bisa aku tidur di sini?" imbuhnya sambil berdiri lalu berjalan ke arah kamarnya.
Laki-laki itu belum menyadari situasi yang terjadi. Karena merasa lelah Raditya memutuskan untuk mandi biar lebih segar. Setelah selesai mandi, ia keluar dari kamar mandi dengan sehelai handuk yang melilit pinggangnya dan satu handuk ditangan ia gunakan untuk menggosok rambut. Setelah sampai di depan cermin, ia melihat pantulan dirinya di dalam cermin sembari tersenyum saat teringat sesuatu.
Deg
Seketika senyumnya hilang saat menyadari sesuatu. Ia menatap jam yang ada di atas nakas. Ia mundur ke belakang dengan tubuh gontai. Pikiran buruk tiba-tiba menyerang kepalanya. Bergegas ia memakai baju. Kaos putih dan celana pendek, ia mengambil baju asal.
Setelah selesai ia berlari keluar kamar dengan napas memburu ia masuk ke kamar yang ada di sebelahnya. Melihat sekeliling. Kosong. Membuat pikirannya tak menentu. Melanjutkan langkahnya masuk ke dalam kamar mandi dengan harapan wanita itu ada di dalam.
"Tidak. Tidak mungkin dia pergi."
Kemudian Raditya memeriksa lemari pakaian. Ia bernapas lega setelah melihat isi pakaian yang masih utuh.
"Sepertinya dia di dapur. Aku terlalu berlebihan." Dengan perasaan lega ia berjalan keluar dari kamar Ratna.
Raditya langsung melangkahkan kakinya ke dapur. Rasa lega yang sempat ia rasakan kini berubah kembali membuat pria itu gelisah. Perasan takut lebih menguasainya. Tak ingin berlama-lama, ia segera masuk kembali ke dalam kamar lalu menghidupkan laptop yang ada di atas meja di kamar itu.
Kedua mata Raditya terbuka lebar dengan perasan yang tak bisa ia jelaskan.
Raditya mengambil ponselnya lalu menghubungi seseorang.
"Cari dia sampai dapat dalam waktu kurang dari 24 jam." Perintah Raditya pada seseorang yang berada di seberang sana. Setelah itu ia mematikan sambungan teleponnya.
"Maaf kau harus kembali karena aku belum meminta maaf padamu," ucap Raditya dengan tersenyum penuh arti. Tidak ada yang perlu ia khawatirkan karena orang suruhannya akan dengan mudah menemukan Ratna.
"Kau berani sekali mengambil uangku. Dasar wanita ajaib." Raditya tersenyum saat membayangkan wanita itu.
*
Sambil nunggu up yuk mampir ke novelku yang lain. Terima kasih.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
Indah Alifah
go Ratna go kasih pelajaran si anu itu
2023-09-29
0
Mpk Tahmid
Ratna bikin gemes marah kecewa tp masih cinta
2023-08-21
1
Dita Rahma
lanjut up mom novelny. good lah
2023-07-12
0