Laki-laki itu tersenyum sinis sebelum menganggukkan kepalanya. Raditya, itulah namanya. Laki-laki yang hingga saat ini masih tersimpan rapi di hatinya, mendadak membuatnya tak percaya. Apa yang harus ia lakukan? Apa tujuan laki-laki itu? Berbagai pertanyaan muncul di kepala wanita itu.
"Kau terkejut?" tanya laki-laki itu dengan senyum devilnya.
"Apa ... tujuanmu?" tanya Ratna, ia yakin laki-laki tersebut bukan salah menculik, pasti ada maksdu lain selain untuk tebusan. "Aku tidak punya banyak uang."
Raditya tertawa lalu menatap Ratna dengan penuh kebencian.
Deg
Tatapan itu.
Apa yang sebenarnya terjadi? Apakah ini berhubungan dengan malam itu? Bukankah seharusnya aku yang marah? Aku membantunya meskipun harus merelakan tubuhku.
"Kau memang pandai berpura-pura. Ambisimu untuk mendapatkan hatiku masih kau lakukan hingga saat ini, kau sangat menjijikkan!"
Ratna menggelengkan kepalanya pelan, tuduhan yang diucapkan laki-laki itu tidaklah benar.
"Kau masih menyangkal?" Raditya menjepit dagu wanita itu dengan kedua jarinya membuat wanita itu merintih kesakitan. Tangan laki-laki itu begitu kuat.
"Aku tidak mengerti ...," sahutnya pelan. Ia sangat tahu bagaimana sepak terjang Raditya, dia tidak akan mudah melepaskan siapapun yang mengganggunya.
Waktu sekolah dulu, tanpa ampun dia memukuli laki-laki yang sengaja menabrak mobilnya hingga laki-laki itu harus menginap di rumah sakit. Ratna sempat takut pada Raditya, tetapi cinta yang begitu besar mengalahkan rasa takut itu.
"Malam itu. Kau masih ingat saat kau menjadi wanita murahan. Menggunakan tubuh menjijikkan ini untuk menjebakku!" tuduh Raditya dengan menahan amarah.
"Bukan aku. Aku tidak melakukannya." Ratna mengelak karena memang dia tidak melalukannya, waktu itu ia hanya tulus membantu laki-laki itu.
Raditya menghempas wajah Ratna. Ia benci wanita pembohong. Ia tak menyangka wanita yang dulu memujanya bisa melakukan hal seperti itu. Ya, Raditya tahu wanita itu menyukainya karena secara terang-terangan wanita itu mengejar dirinya.
"Percayalah! Sungguh, aku hanya ingin menolongmu waktu itu, ada yang ingin menjebakmu, tapi aku tidak tahu siapa. Aku tidak mengenalnya. Saat aku tahu laki-laki yang akan dijebak itu dirimu, aku langsung membantumu. Aku membawamu ke kamar hotel yang lain. Lalu ki --"
Plak.
Ucapannya terhenti ketika tangan besar laki-laki itu mendarat di pipi mulusnya. Perih. Dapat dipastikan sudut bibirnya sobek, darah keluar dai sudut bibir mungil tersebut. Kedua netranya berkaca-kaca menahan sakit. Wajahnya masih tertunduk ke samping. Rasanya tidak percaya ia mendapatkan tamparan pertamanya dari cinta pertama.
Raditya menarik dagunya agar wajah wanita itu menghadapnya kembali.
"Lalu kita melakukan hubungan terlarang karena aku yang memaksamu, begitukah kelanjutannya?" Raditya bertepuk tangan sembari tersenyum sinis. "Ceritamu sangat bagus, kau pantas menjadi artis. Aku masih bisa merasakan jika kau sudah tidak perawan. Kau menjual tubuhmu ini hanya untuk uang?" Raditya menunjuk tubuh wanita itu dengan tenaga kuat hingga tubuh wanita mundur. "Siapa yang menyuruhmu? Tidak mungkin kau bekerja sendiri." Raditya bertanya dengan amarah yang meluap-luap.
Untuk apa aku menjawab, jika kau tak akan pernah percaya padaku.
Ratna hanya diam menatap pria itu dengan tatapan yang ia sendiri tak mengerti.
"Malam itu seharusnya aku bersama istriku. Dia pulang sendiri dan kecelakaan itupun terjadi. Di saat dia meregang nyawa aku tidak berada di sampingnya, bahkan aku tahu setelah matahari terbit." Raditya meluapkan kesedihannya, suaranya sedikit bergetar. Almarhum sang istri masih bertahta di hatinya.
"Kau tahu apa yang aku lakukan? Aku menghabiskan malam bersama wanita tak layak sepertimu. Kalau saja kau tidak menjebakku, semua itu tidak akan pernah terjadi, setidaknya kami akan pergi bersama," lanjut Raditya sembari mengguncang tubuh wnaita itu keras.
Sakit. Tentu saja, tapi apa yang bisa wanita itu lakukan untuk membela diri, dia tidak punya bukti apapun. Meski begitu ia tidak pernah menyesal pernah menolong laki-laki itu.
Wanita itu terseyum sebelum berkata," lalu apa yang akan kau lakukan? Membunuhku? Agar aku bisa bertemu istrimu? Kau ingin aku menemaninya di sana agar istrimu tidak kesepian."
Plak
Dua kali tangan itu menampar pipi mulusnya.
Sekali tamparan aku masih memaafkanmu. Tamparan kedua, aku pastikan kau akan menyesal seumur hidupmu.
"Membunuhmu?" Raditya menyeringai. " Itu terlalu mudah." Raditya menyentuh sudut bibir wanita itu yang mengeluarkan darah. "Anak buahku ..." Menjeda ucapannya tanpa melepas tatapannya pada wajah wanita itu. "Akan sangat senang mendapat pelayanan darimu. Tenang saja aku akan membayarmu seperti laki-laki lain yang menyewa jasamu."
"Aku bukan pelacur. Jika aku tidak perawan itu karena aku janda. Aku tidak pernah tidur selain dengan suamiku dan malam itu denganmu."
"Ya, aku percaya padamu." Lalu Raditya tertawa setelah mengucapkannya. Ratna hanya menatap laki-laki itu dengan tatapan marah.
Beberapa menit kemudian, kedua anak buahnya masuk ke dalam kamar itu.
"Nikmatilah, wanita ini milik kalian!"
Ratna ternganga, ia tidak bisa berkata-kata, ia tidak percaya pria yang masih mengisi hatinya itu begitu kejam. Ratna menatap kedua laki-laki yang mendekat ke arahnya. Tidak. Ia tidak sudi tubuhnya disentuh pria yang bukan suaminya.
"Maaf, maafkan aku. Tolong, lepaskan aku. Aku akan melakuakn apapun, tapi aku mohon jangan lakukan ini." Air mata yang ia tahan sekuat tenaga akhirnya tumpah juga.
Raditya berbalik menghadap wanita itu, lalu menyuruh kedua anak buahnya untuk keluar. Raditya mendekat lalu duduk dihadapan wanita itu.
"Kau ingin aku yang menyentuhmu?" tanyanya sinis. Kedua netranya menelisik tubuh wanita itu. Tanpa berkata Raditya merobek baju wanita itu, memperlihatkan warna merah yang membungkus buah melon.
Ratna menutup kedua matanya menerima perlakuan kasar dari laki-laki yang pernah hadir di masa lalunya itu. Dari pada disentuh orang suruhan pria dihadapannya lebih baik pria itu yang menyentuhnya. Tapi tetap saja, ia merasa ketakutan saat tangan pria itu menyentuh wajah, turun ke leher dan berhenti di sana. Ia tidak berani menatap pria yang ia yakini sedang menatapnya intens.
"Kau yakin, ingin kusentuh?" Hembusan napas pria itu menerpa wajahnya. "Berapa pria yang sudah menyentuh tubuh ini, pelacur?"
Deg
Seketika Ratna membuka kedua matanya. Sakit tak berdarah, itulah yang Ratna rasakan. Air mata turun begitu saja tanpa permisi.
"Aku bukan pelacur!" jawabnya dengan menekan setiap kata. "Aku bukan wanita murahan! Aku tidak pernah tidur dengan banyak lelaki! Aku hanya tidur dengan suamiku dan kau ... yang hanyalah sebuah kesalahan!" Ratna memberanikan diri untuk melawan laki-laki itu. Siapa dia yang berani menghinanya seperti itu? Dia hanya laki-laki yang pernah singgah dihatinya. Laki-laki yang tidak pernah memberinya makan, lalu untuk apa ia takut.
Raditya kembali mencengkram dagu wanita itu dengan kuat. Ratna menatap kedua mata pria itu dengan sisa keberaniaannya yang menipis.
"Kau akan menyesal!" Pria itu langsung tertawa, mencemooh wanita di hadapannya.
"Menyesal? Pada wanita yang sudah menyebabkan istriku meninggal? Secara tidak langsung, kau adalah pembunuh!"
Ratna menggelengkan kepalanya. Semua yang dikatakan pria itu tidaklah benar.
"Istriku meregang nyawa saat aku bersamamu dalam dosa, tubuhmu ini menghancurkan segalanya. Seharusnya aku mencarimu sejak dulu." Raditya mendorong tubuh Ratna hingga membentur pinggirran meja.
Aw...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
Mpk Tahmid
rditya kejam krn tdk tau siapa yg menjebak dirinya. menyesal g ya nanti radit
2023-08-21
1
Becky D'lafonte
aduh kejamnya radit
2023-07-27
0
we
Ratna semangat
2023-07-22
0