"Aku menyukaimu, sejak pertama kali melihatmu. Hati ini berdebar, pikiran ini selalu teringat akan dirimu. Itulah alasanku setiap hari makan siang di sini, hanya untuk melihatmu," ucap Teguh lancar sembari menatap wanita yang sudah mengambil hatinya. Ratna juga menatap pria itu.
Dia menyatakan cinta. Panjang sekali. Tapi jujur aju juga dah dig dug mendengarnya.
"Maaf, jika mmebuatmu tak nyaman. Ini tentang diriku, kau bisa membacanya dulu, tidak perlu dijawab sekarang, aku akan memberimu waktu selama yang kau inginkan, tapi ijinkan aku untuk selalu melihatmu setiap hari," lanjut teguh semangat sembari meletakkan amplop coklat besar ke atas meja, meskipun wanita di hadapannya hanya diam saja tak membuat dirinya pesimis.
"Aku--"
"Jangan dijawab sekarang! Waktu istirahatku habis, aku harus kembali ke kantor. Aku pergi dulu." Teguh langsung meninggalkan Ratna setelah berpamitan. Setelah sampai diluar cafe Teguh memegang dadanya.
"Untung saja, hampir saja aku di tolak," gumamnya pelan sembari melangkah menuju tempat parkir dimana mobilnya berada.
Ratna membuka amplop besar yang baru saja Teguh berikan padanya.
"Dia seperti melamar pekerjaan saja memberikan daftra riwayat hidup." Ratna mengeluarkan selembar kertas dari dalam amplop itu lalu membacanya. Ia merasa takjub dengan apa yang Teguh berikan. Dli situ berisi nama lengkap, hobi, pekerjaan dan juga tentang keluarganya.
"Wau... dia memang berbeda. Tapi laki-laki sepertinya tidak pantas untukku. Aku hanya seorang janda kesepian. Sungguh merana, sedangkan dia laki-laki yang baru saja mekar." Ratna bukannya tak percaya diri, cuma dia tahu diri.
Ratna memasukkan kembali kertas itu ke dalam amplop lalu menyimpannya di sebelah meja kasir.
*
*
Di rumah.
"Serius sekali. Apa yang kau lihat?" tanya Ratna pada Sayla yang duduk di sofa.
"Mantan kekasihku bersama istrinya. Mereka terlihat sangat bahagia menunggu kelahiran calon bayi mereka. Ah... aku jadi iri."
"Duh, kasian. Yang lain bahagia, hanya kau yang kesepian. Sini-sini aku peluk," goda Ratna.
"kau menyebalkan!"
"Sini, aku mau lihat mantan kekasih terindahmu itu." Ratna mengambil ponsel Sayla lalu mellihat berita itu. "Ya, dia sangat tampan. Apa dia artis hingga masuk berita?" tanya ratna tanpa melepas pandangannya pda ponsel Sayla.
"Dia pengusaha."
"Wanitanya juga..." tiba -tiba ucapannya terhenti setelah melihat jelas wajah wanita yang berada di samping mantan kekasih Sayla. " Putri!" sentaknya, terkejut hingga kedua bola matanya hampir saja keluar.
"Kau tahu nama istrinya? Kau mengenalnya?"
"Dia sahabatku," jawab Ratna dengan perasaan yang tak percaya dan bahagia sekaligus jika dia benar sahabatnya. "Kau masih punya nomer mantan kekasihmu itu?"
Sayla menatap Ratna dengan pikiran tak enak. "Jangan bilang kau menyuruhku...."
"Ya, tolong hubungi dia untukku."
"Tidak. Aku tidak mau."
"Ayolah, bantu aku. Kali ini saja, aku belum mengucapkan selamat untuk pernikahannya, aku juga pergi tanpa berpamitan padanya. Aku mohon," pinta Ratna dengan wajah sendunya.
"Kau sangat meyebalkan!" Sayla mengambil ponselnya lalu menghubungi nomer Hardian. Sebenarnya dia tidak ingin lagi berhubungan dengan masa lalunya. Kalau saja tadi dia tidak iseng melihat berita itu, ini semua tak akan berlanjut. Dengan terpaksa ia menekan nomer mantan terindahnya itu.
"Hallo..." Sayla menyapa lebih dulu ketika sambungan teleponnya langsung di angkat.
"Hallo juga. Maaf, suamiku sedang sibuk." Sibuk memijat kakiku lanjutnya dalam hati.
"Aku ingin bicara dengan istrinya."
"Oh, kalau istrinya sedang mengangkat telepon. Ada apa ya?"
"Ck, ini sahabatmu menyebalkan." Sayla memberikan ponselnya pada Ratna.
"Hey, kau--"
"Putri," potong Ratna sebelum wanita itu mengoceh.
"Kak Ratna," pekik Putri dari seberang, ia sungguh terkejut wanita itu menghubunginya setelah cukup lama menghilang tanpa kabar.
"Ya, ini aku, aku merindukanmu."
"Kak..." Putri menangis. "Kakak dimana? Kenapa baru menghubungiku? Kakak baik-baik saja? Apa kakak makan dengan baik?" taya Putri di sela isakn tangisnya.
"Kau cengeng sekali! Pertanyaanmu terlalu banyak, aku bingung mau jawab yang mana dulu."
"Tidak perlu dijawab, besok saja. Aku akan menemui kakak. Kakak share lock, ya."
"Kau akan datang?"
"Ya, aku akan memarahi kakak."
"Baiklah, aku menunggumu." Ratna melihat ponselnya. " Yach, dimatikan."
Sementara di tempat lain, Putri langsung mematikan ponselnya tepat saat dia akan mengeluarkan suara laknat. Pasti tahulah apa yang pasangan itu lakukan.
*
*
Hari berikutnya.
Dengan menggunakan jet pribadi dilanjut mobil Hardian dan Putri sampai di kota Probolinggo. Mobil yang membawa mereka berhenti tepat di depan rumah Ratna, lebih tepatnya rumah Sayla.
Putri turun dari mobil lalu masuk kerumah itu.
"Kakak... kakak..." panggil Putri. Ratna yang mendengar suara sang sahabat segera keluar.
"Put ...."
Keduanya berpelukan saling melepas rindu hingga keduanya sama-sama mengeluarkan air mata. Tak lama mereka melepaskan pelukannya setelah Hardian juga masuk ke rumah itu.
"Sekarang jawab pertanyaanku. Apa kakak--"
"Aku baik-baik saja, aku sehat. Aku makan dengan baik, bahkan sangat baik," sela Ratna, ia bahagia bisa bertemu lagi dengan sahabatnya itu.
"Syukurlah, aku sangat khawatir. kakak tiba-tiba menghilang."
"Nanti aku ceritakan, sekarang duduk dulu. Bagaimana kau bisa hamil tanpa memberiathuku?"
Hardian memicingkan kedua matanya mendengar ucapan sahabat istrinya itu yang terdengar aneh. Putri menatap Hardian sembari nyengir kuda.
Wanita ini sudah lepas dari Raditya. Apa dia tahu keberadaan wanita ini?
Hardian sudah tahu wanita yang disembunyikan oleh keponakannya itu adalah sahabat sang istri. Hanya saja dia tidak mau ikut campur urusan sang keponakan, ia yakin keponakannya itu bisa menyelesaikan masalahnya sendiri. Hanya saja ia tidak pernah mengawasi lagi setelah terakhir kali memberi peringatan pada keponakannya itu.
"Maaf, kak. Aku lupa, selanjutnya aku akan berdiskusi dulu denganmu."
Hardian tertegun setelah mendengar jawaban ambigu sang istri.
"Kakak, sekarang ceritakan padaku apa yang terjadi?" sambung Putri lagi dengan bertanya.
"Ceritanya panjang, di hari pernikahanmu aku di culik oleh manusia gila dan akhirnya aku bisa bebas."
"Siapa yang berani malakukannya?"
"Sudahlah tidak perlu membahasnya lagi, aku ingin melupakan kejadian itu."
"Maaf, aku tidak ada di sisi kakak, saat kakak membutuhkanku," cicit Putri yang benar tulus menyayangi Ratna.
"Semua sudah berlalu, yang penting sekarang aku baik-baik saja. Sekarang ceritakan padaku bagaimana rasanya hamil?"
Putri tersenyum." Aku bahagia, kak."
"Oya, maaf terlambat mengucapkannya. Selamat, ya atas pernikahan dan kehamilanmu."
"Terima kasih, kak. Tapi kakak harus datang saat aku melahirkan nanti."
"Aku--"
"Tidak ada alasan lagi. Kakak harus datang."
Aku takut bertemu dengannya lagi.
"Baiklah."
"Kakak harus berjanji dulu."
"Ya, aku janji."
"Kau sangat pemaksa!" celetuk seorang wanita yang baru saja keluar dari dapur membawa nampan yang berisi minuman dan makanan kecil. Semua mata melihat ke arahnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
Mpk Tahmid
cemburu gua putri hardian gimana
2023-08-21
0
MPit Mpit MPit
udah akuh vote y Thor...cuma punya 1..😀
2023-07-16
1
Hman Pedang
semakin penasaran kelanjutannya
2023-07-15
1