Sedikitpun, Ratna tidak melihat ke arah laki-laki itu. Ia bersikap setenang mungkin meskipun di dalam hati terasa gugup, wanita itu tetap mempertahankan wajah kakunya. Ia duduk tepat dihadapan Raditya lalu mengambil air di atas meja, setelah itu menguknya perlahan hingga tandas.
"Sudah puas melihatnya?" tanya Ratna tanpa melihat wajah pria tampan itu. "Apa sekarang ... aku boleh berganti pakaian?" Ratna meletakkan gelasnya kembali ke atas meja. "Ini sangat tidak nyaman."
Raditya tidak menjawab sepatah katapun. Ia seperti terhipnotis melihat kemolekan tubuh wanita dihadapannya. Wanita yang dulu sangat memujanya itu. Meskipun ia tidak pernah menjawab ungkapan perasaan wanita itu, tapi keberadaannya membuat rasa tersendiri di dalam hatinya.
"Kalau begitu, aku ke kamar dulu." Tanpa menunggu jawaban pria yang masih terdiam tersebut, Ratna segera pergi meninggalkan pria itu sendirian dalam lamunannya. Wanita itu masuk ke dalam kamar lalu mengunci pintu. Setelah pintu itu terkunci, Ratna memegang dadanya dengan napas tak beraturan.
"Jantungku...," Ratna meraba dadanya yang berdetak cepat. "Sepertinya masih aman ditempatnya." Lalu ia menghela napas panjang.
"Ini termasuk pelecehan. Dia sudah melecehkanku, tapi kenapa? Jantung ini masih berdetak cepat jika berada di dekatnya." Ratna menatap jantungnya. "Jantung, apa kau tidak bisa merasakannya, dia sudah jahat padaku. Dia bukan pria yang dulu lagi. Jadi, aku mohon berhentilah berdetak untuknya, aku akan cari orang lain saja."
Untuk ke sekian kalinya wanita itu menarik dan menghembuskan napasnya. Setelah itu ia berganti pakaian, memalukan sekali memakai lingeria itu. Tapi ia tidak punya pilihan lain lagi.
"Apa aku harus pasrah dan menerima nasib?" tanyanya pada diri sendiri, lalu diam sebentar. "Put, aku merindukanmu. Apa kau sudah menikah? Apa kau baik-baik saja? Apa kau menyadari ketiadaanku?" Wajahnya berubah murung saat teringat sang sahabat.
Wanita itu bangkit lalu menatap cermin. Wajah yang tadinya murung kini telah berubah. "Kau tidak boleh menyerah, kau harus bahagia dan bebas dari sini!" titahnya pada wanita yang ada di cermin yang tak lain adalah dirinya sendiri.
"CCTV. Kenapa aku melupakannya, aku harus memeriksanya."
Ratna berjalan ke arah kamar mandi lalu masuk, ia memeriksa apakah di sana ada CCTV, ternyata tidak ada. Ia memutari seluruh kamar dan untungnya di kamar itu juga tudak ada CCTV.
Ratna yakin pria itu sudah pergi dari apartemen. Lalu ia keluar dari dalam kamar, berjalan ke arah dapur.
Di sini juga tidak ada.
Ketika ia keluar dari dapur tatapannya bertemu dengan satu cctv.
Ternyata di sini. Pasti ada lagi. Satu, dua, tiga, empat. Ternyata ada empat cctv, berarti hanya kamar dan dapur yang tidak ada CCTV-nya. Sekarang rencana berikutnya.
Ratna segera masuk ke dalam kamar lagi. Setelah itu, ia membuka tirai melihat seberapa tinggi tempatnya berada.
"Wau ... tinggi sekali! Dapat dipastikan langsung meninggalkan nama jika lompat dari sini." Ia memeriksa jendela. "Sangat Beresiko jika keluar lewat jendela."
Ratna mondar-mandir sembari memikirkan cara untuk keluar dari apartemen itu.
"Berarti aku harus keluar lewat pintu depan, nih. Dijaga atau tidak, ya?" Setelah lelah berpikir ia merabahkan tubuhnya di atas tempat tidur.
"Besok aku harus pergi dari sini, saat Raditya berada ke kantor."
Tak lama wanita itupun tertidur, ia harus punya banyak tenaga untuk menghadapi hari esok.
*
*
Keesokan harinya.
Ratna sudah siap untuk beraksi. Ia memakai celana jeans agar mudah untuk berlari. Ia juga memakai kaos oblong dan juga jaket untuk berjaga-jaga.
"Aku harus bisa!" Wanita itu berucap penuh semangat pada diri sendiri. Dia berusaha untuk menguatkan diri, tapi tubuh sepertinya belum sehati, tangan dan kakinya bergetar, membuat ragu untuk melangkah keluar kamar. "Ayolah, kamu pasti bisa!"
Ratna berjalan ke arah sofa yang dapat dengan jelas ditangkap oleh cctv sembari memegangi tubuh bagian belakangnya.
"Bagaimana ini? Aku butuh pembalut. Bagaimana cara mendapatkannya?" tanya Ratna, ia berbicara sendiri dengan suara sengaja dikerasakan dan dengan mimik wajah gelisah.
Kita lihat apa ini akan berhasil? Tunggu beberapa menit lagi.
Ratna duduk di atas sofa dengan sedikit merintih dan tak lupa mimik wajah yang terlihat gelisah.
Setelah beberapa menit, pintu apartemen terbuka dari luar. Sosok dua pria kekar yang kemarin menculiknya muncul di balik pintu.
Ternyata mereka berdua berjaga di luar.
"Ini, Nona. Mungkin Anda akan butuh nanti," kata salah satu dari pria itu sambil meletakkkan bungkusan di atas meja lalu mereka keluar kembali tanpa meminta ucapan terimakasih.
Ratna meraih bungkusan itu lalu melihat isinya. Ia tersenyum dalam hati.
Berhasil. Langkah pertama sesuai dengan rencana, sekarang tinggal melanjutkan langkah ke dua.
Ratna masuk ke dalam kamar untuk berpura-pura memakai pembalut yang diberikan pria kekar tadi.
"Dia memantauku dari cctv. Licik sekali, untung saja di kamar tidak ada cctv, " umpat Ratna sembari melempar bungkusan tadi.
Setelah itu ia keluar lagi, lalu berjalan menuju ke arah pintu, untuk mencoba peruntungannya. Ia mengangkat satu tangannya untuk mengetuk pintu, dalam ketukan ketiga pintu terbuka dari luar.
Kenapa harus pakek penjaga, sih! Apa tidak cukup hanya dengan mengunci pintu saja.
"Aku butuh sesuatu, perutku sakit disebabkan datang bulan. Aku perlu obat," jelas Ratna dengan mimik wajah menahan sakit.
Kedua laki-laki itu saling pandang.
"Saya yang akan beli, Nona."
"Itu terlalu lama, kita berangkat bersama saja. Aku sudah tidak kuat."
"Maaf, Nona. Anda tidak bisa keluar dari sini."
"Kalau kalian yang beli, aku harus menunggu kalian kembali. Aku butuh obatnya segera. Aku tidak akan kabur, lagipula bagaimana caranya bisa kabur dari kalian, tidak akan bisa 'kan?"
Keduanya kembali saling pandang.
"Saya akan menghubungi tuan dulu, Nona."
"Di jalan saja, aku sudah tidak kuat." Ratna menerobos keluar. "Ayo, kita jalan sekarang agar aku lebih cepat untuk kembali ke sini! Percayalah, aku tidak akan kabur! Aku akan tunggu di luar dan salah satu dari kalian yang masuk supermarket. Bagaimana?"
Keduanya tidak berani menjawab. Sang bos juga tidak bisa dihubungi.
"Ayolah, hanya sebentar!" bujuk Ratna dengan wajah melasnya. "Tidak diangkat? Nanti di jalan kalian hubungi lagi bos kalian itu, sekarang antar aku dulu!"
Kedua pria itu masih terlihat ragu. Namun, melihat wanita itu yang menahan sakit. Akhirnya kedua pria itu termakan bujuk rayu Ratna. Wanita itu tersenyum dalam hati. Mereka masuk ke dalam lift lalu turun ke bawah.
Sesuai kesepakatan Ratna menunggu di luar dengan satu pria, yang satunya lagi masuk ke supermarket untuk membeli obat yang ia butuhkan. Ratna masih melanjutkan acting sakitnya. Ia pantas mendapat gelar artis terbaik.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
Becky D'lafonte
suka sm ratna yg optimis dan penuh semangat
2023-07-27
2
we
penasaran .. bisa kabur nga🤔
2023-07-22
0
Hman Pedang
ratna hebat bisa kelabui penjaga
2023-07-13
0