Setelah berjalan kaki hampir satu jam mereka berdua sampai di kawah gunung bromo. Sebenarnya bisa saja naik kuda yang memang disewakan di sana, hanya saja mereka ingin berjalan kaki, anggap saja ngtes kekuatan kaki.
"Sangat indah."
"Iya...," jawab Ratna sembari melihat ke bawah.
Ya Tuhan, maafkan aku. Bukannya tidak menikmati apa yang kau ciptakan cuma hamba belum bisa merasakannya, hanya asap dan api dimana indahnya?
"Kau mau kesana?" tanya Sayla sembari menunjuk dengan ekor matanya.
"Tidak, aku lebih suka di sini. Kau mau kesana?"
"Tidak. Aku hanya bertanya."
"Apa kau takut?" sama sepertiku lanjut Ratna dalam hati. Sebab pagar untuk pegangan tidak terlalu panjang, kalau jatuh wassalam.
"Aku lebih takut ditolak," jawab Sayla penuh arti.
Setelah cukup menikmati pemandangan mereka kembali ke tempat semula dengan naik kuda sebab kaki sudah terasa lemas. Ratna dan Sayla masuk ke restoran untuk mengisi perut yang mulai keroncongan. Mereka tidak berencana untuk menginap, setelah selesai makan mereka berdua langsunh pulang.
*
*
Malam hari di rooftoop.
"Kenapa langit itu menatapku tajam? apa karena aku terlalu cantik?" puji Ratna pada dirinya sendiri membuat Sayla terkekeh kecil.
"Langit itu ingin memberitahumu jika ada seseorang yang merindukanmu," sahut Sayla sembari menatap bintang.
"Benarkah begitu?" Ratna menatap Sayla yang juga ikut berbaring di sebelahnya. "Tapi siapa yang akan merindukanku?"
"Mungkin sahabat atau kekasih?"
Ratna tersenyum, sudah setahun ia berusaha untuk melupakan laki-laki itu.
"Aku ingin sekali melupakan seseorang." Tiba-tiba Ratna membuka kisah cintanya.
"Mantan suamimu? Untuk apa kau masih menyimpan namanya di hatimu?" tanya Sayla yang sudah tahu tentang status Ratna yang sudah janda dan suaminya selingkuh. Wanita itu sendiri yang becerita.
Awalnya Sayla pikir masalah percintaanya sudah paling mengenaskan, tapi masih ada yang jauh mengenaskan.
"Aku sudah ikhlas dan bahagia melihat dia bahagia meskipun awalnya aku menyumpahinya habis-habisan." Ratna terkekeh kecil mengingat waktu ia tahu suaminya selingkuh dan sudah punya anak dengan wanita lain.
Tidak ada 'kan wanita yang akan tersenyum terus jika suaminya ketahuan selingkuh. Apalagi memuji suaminya yang sudah selingkuh, yang ada si wanita marah-marah, memukul sang suami, sumpah serapah keluar sendiri tanpa dikarang terlebih dahulu, nangis tiada henti dan bertanya-tanya apa sih kurangnya aku. Akibat yang paling fatal si wanita bunuh diri, ada juga yang akhirnya ikhlas dan berdamai dengan kehidupan, seperti Ratna.
"Lalu?" tanya Sayla penasaran.
"Kisah cinta masa remaja, mungkin karena cinta itu belum usai. Aku mencintai pria sejak masa remaja, cinta yang sampai saat ini masih terukir di hati." Ratna memegang dadanya. "Cinta yang tak pernah berbalas. Ya, hanya aku yang mencintainya, bukan karena pria itu tidak tahu, tapi karena dia tidak pernah mencintaiku."
"Dulu aku sudah menyatakan perasaanku padanya, dia tidak menjawab dan juga tidak menolak. Aku bersyukur untuk itu. Kau tahu apa yang harus aku bayar atas perasaan cintaku itu?" Ratna menatap Sayla lalu kembali menatap pangit. "Karena mencintainya aku dikeluarkan dari sekolah." lanjut Ratna.
"Ada ya peraturan sekolah yang melarang siswanya untuk saling mencintai?"
Ratna tersenyum sebelum melanjutkan ceritanya, "Dia sangat tampan dan kaya."
"O ... orangtuanya tidak menyukaimu."
Ratna kembali tersenyum atas ucapan sang sahabat karena asal menebak.
"Banyak wanita yang menyukainya dan salah satunya membuatku keluar dari sekolah itu. Wali kelasku menemukan bungkus pisang pria di dalam tasku, ada yang sudah terpakai dan ada yang masih utuh di dalam kotak. Apalah daya aku hanya siswa beasisiwa, tidak mampu melawan mereka yang punya banyak uang."
Sayla menutup mulutnya ketika pikiran kotor hinggap di kepalanya. Meskipun ia juga bukan orang bersih dan baik tapi ia tak menyangka sahabatnya sudah begituan di masa remaja.
"Kau seorang sugar baby?" tanya Sayla dengan membulatkan kedua matanya. spontan Ratna memukul lengan Sayla.
"Sembarangan. Kau ini cantik tapi lemot. Aku di fitnah, di jebak gitu, tau-tau ada barang itu di dalam tasku."
"O... begitu ya, kok jahat banget, sih?"
"Ya, itulah hidup, penuh dengan warna gelap dan cerah, cerahnya saat mendapat senyuman manis dari pria yang kita cintai." Ratna terkekeh kecil saat teringat masa remaja. Cinta monyet yang indah.
"Sepertinya aku lebih jahat dari teman sekolahmu," celetuk Sayla tiba-tiba.
"Memangnya apa yang kau lakukan?" Keduanya saling menatap.
"Selama bertahun-tahun aku mempermainkan perasaan laki-laki yang benar-benar mencintaiku dan aku berterima kasih pada wanita yang kini sudah menjadi istrinya."
"Jadi, kau patah hati, menyesal karena mantan kekasihmu sudah mendapatkan penggantimu?"
"Tidak. mungkin sama sepertimu, di hati ini masih terukir nama pria di masa remaja." Sayla tersenyum kala teringat sosok remaja yang dulu membuat jantungnya berdebar.
"Itu artinya, perasaan kita berdua berputar pada masa remaja. Mau mencoba berkencan?" tanya Ratna tersenyum smirk.
"Aku tidak yakin bisa melakukannya." Sayla merasa ragu dengan perasaannya sendiri, bisakah ia melupakan sosok pria itu?
Ratna meghembuskan napas berat. "Sama, aku rasa juga begitu." Seketika wajah Ratna terlihat sendu. Bisakah ia juga menghilangkan laki-laki yang sudah jahat padanya itu sekaligus laki-laki yang masih berada di hatinya.
Keduanya menatap langit malam dengan pikiran yang berbeda. Setelah cukup malam keduanya pun balik ke kamar untuk istirahat.
*
*
Di cafe
"Pelanggan cukup ramai, dan kau memiliki pelanggan setia," goda Sayla melihat ke arah laki-laki yang setiap waktu makan siang pasti makan siang di cafenya setelah Ratna bekerja di cafe tersebut. Sebelumnya memang laki-laki itu pelanggannya, hanya saja laki-laki itu sesekali berkunjung ke cafenya, tapi setelah ada Ratna hampir setiap hari laki-laki itu datang.
"Dia datang untuk makan siang," sahut Ratna seadanya, dia berubah pikiran membuka hati untuk pria lain. Dia butuh waktu untuk mempersiakan semuanya.
Namun, di luar dugaan, laki-laki itu menghampirinya setelah sekian lama.
"Maaf, mengganggu waktumu. Bolehkah kita berkenalan?" tanya pria itu. "Namaku, Teguh," lanjut laki-laki itu tanpa menunggu jawaban Ratna.
"Emm ... aku Ratna dan dia bosku--"
"Sayla," potong Sayla cepat. "Aku tiitp cafe, ya sebentar." Lalu Sayla meninggalkan mereka berdua.
Keduanya terlihat canggung.
"Boleh, aku duduk?"
"Silahkan, ini bukan kursi pribadi, kok."
Wajah Teguh terlihat memerah mendengar perkataan wanita itu. Ratna menatap Teguh , menelisik penampilan pria itu yang membuatTeguh gugup.
Laki-laki ini gugup. Benarkah?
Ratna tersenyum smirk. "Apa ada yang bisa saya bantu, Mas?" tanya Ratna sopan seperti yang biasa ia lakukan untuk menyapa pelanggan cafe.
"Emmm... " Hampir saja Teguh tersedak mendengar panggilan wanita itu.
"Anda terlihat gugup berdekatan dengan wanita cantik," ujar Ratna dengan kepercayaan diri tingkat dewa.
Teguh terbatuk mendengar ucapan wanita itu yang benar adanya.
"Ya, aku gugup," jawab Teguh hambar saking gugupnya.
"Kalau begitu, saya pergi dulu, Mas." Cukup pembuka saja, setelah itu Ratna malas untuk meladeni pria. Wanita yang percaya diri dan terkesan cuek.
"Tunggu...," Teguh tanpa sengaja menarik lengan wanita itu. " Maaf...."
Teguh melepaskan cekalan tangannya.
"Aku ingin bicara."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
Mpk Tahmid
wah di tembak ni radit menyesal
2023-08-21
0
Becky D'lafonte
sayla dan ratna hidup dengan baik
2023-07-27
0
NR..
emang ya mantan tu selalu terbayang bayang di dalam hati
2023-07-15
0