Apa?
Raditya membulatkan kedua matanya mendengar hinaan wanita itu.
Benarkah yang aku dengar dia menghina permainan ranjangku?
Raditya berbalik lalu menatap wanita itu yang hendak keluar dari kamar.
Brak
Raditya menutup kembali pintu yang mulai sedikit terbuka itu dengan cepat sebelum wanita itu keluar. Kemudian menarik tubuh wanita itu lalu membawanya ke atas ranjang. Raditya langsung menindih tubuhnya. Sedangakan Ratna hanya diam saja dengan mimik wajah datar, tidak ada rasa terkejut sama sekali.
"Kau bilang apa? " Raditya mengelus pipi Ratna sembari merapikan rambut yang menerpa wajah. "Kenapa diam? Aku ingin mendengarnya sekali lagi? Atau kau ingin kita mengulangnya agar kau bisa tahu mana yang lebih hebat." Raditya menyeringai tipis.
Ratna tak menjawab. Ia berusaha untuk menenangkan hatinya karena jika hati tenang kita bisa menghadapi hal tersulit dalam hidup kita.
Perkataan wanita itu menyulut amarahnya, tapi saat ini bukan hanya amarah melainkan gairah yang juga mulai muncul. Raditya menatap bibir berwarna peach itu, ia mendekatkan wajahnya lalu mengecup sekilas bibir wanita itu, tidak ada penolakan, Raditya semakin bergairah ia ******* bibir lembut itu, meskipun tak mendapat balasan ia melanjutkan aksinya. Ia suka rasa bibir wanita itu. tidak hanya sampai di situ saja, tangannya mulai bergerak.
"Kau suka dengan tubuh pelacur ini?"
Deg
Raditya seketika berhenti lalu menatap dalam kedua bola mata Ratna.
"Tubuh yang sudah disentuh banyak pria? Entah berapa pria yang menyentuhku, kau ingin menjadi yang kesekian kalinya?" lanjut Ratna tanpa memutus tatapannya.
Raditya tediam, lalu bangkit dari posisinya, ia duduk disamping wanita itu lalu menarik selimut menutupi tubuh Ratna. Hasrat yang tadi sempat memburu kini hilang dengan sendirinya.
"Bukankah aku pria kedua yang menyentuhmu selain suamimu?"
Ratna tertawa. "Apa yang membuatmu percaya jika tidak ada lagi pria yang menyentuhku? Aku hanya seorang janda kesepian, mana mungkin aku bisa tahan tanpa sentuhan pria setelah bercerai."
Raditya menatap wanita itu dengan tatapan tak biasa, ia tahu wanita itu berbohong.
"Malam itu aku tidak hanya membantumu, tapi aku tidak menemukan lagi laki-laki yang ingin aku bawa ke atsa ranjang. Ketika aku mendapat kesempatan itu tentu saja aku tidak akan menyiakan waktu untuk menghabiskan malam berasama apalagi pria itu adalsh dirimu pria yang pernah aku cintai dulu."
Dulu? Apa sekarang kau tak mencintaiku lagi?
Merasa tidak tahan dengan ucapan wanita itu. Dengan grakan cepat raditya mencium bibir wanita itu agar berhenti mengoceh.
"Maaf, kau tidak bersalah sedikitpun. Malam itu kau tidak terlibat sama sekali. Kita hanya kebetulan dipertemukan di saat waktu yang kurang tepat. Maaf, telah menyakitimu, mungkin kata maaf saja tidak akan cukup," ucap Raditya setelah melepas pagutannya.
Kau baru percaya setelah menyakitiku begitu dalam, berkali-kali aku menjelaskan kau tidak pernah mempercayainya dan kini dengan mudahnya kau meminta maaf, setelah luka itu kau torehkan.
Ratna berkaca-kaca, ia tidak mampu untuk berbicara lagi. Padahal inilah yang dia inginkan, laki-laki itu mengatakan yang sebenarnya jika dia tidak bersalah.
"Bisakah kita tidak bertemu lagi, aku ingin melupakan kenangan pahit itu. Biarlah aku hanya mengingat kenangan masa remaja kita!"
Raditya menggelengkan kepalanya, kedua matanya memerah tanpa diperintah.
"Jangan meminta seperti itu. Ijinkan aku untuk menebus luka yang telah aku torehkan di hatimu. Tetaplah berada di sisiku. Aku mohon tinggallah di sisiku." Raditya sampai memohon untuk tetap bersama wanita itu. Ia tidak mau wanita itu pergi lagi.
Ratna tersenyum lembut. Ia tidak menyangka laki-laki itu akan meminta ha itu.
"Kisah kita tidak pernah ada. Kisah kita hanya sampai di masa remaja, biarkan tetap seperti itu. Anggap saja kita tidak pernah bertemu kembali malam itu."
Raditya Tidak mau memaksakan kehendaknya untuk mempertahankan wanita itu. Ia akan membiarkan wanita itu tenang lebih dulu, baru ia akan memikirkan langkah selanjutnya untuk bersama wanita yang sudah merebut hatinya.
"Bukankah aku belum menjawab pertanyaanmu dulu. Aku akan menajawabnya, sekarang istirahtlah!"
"Pertanyaan itu sudah kadaluwarsa, tidak lagi membutuhkan jawaban," sahut Ratna yang mengerti maksud pria itu. Pertanyaan yang ia utarakan dulu saat dirinya mengatakan cinta pada Raditya.
"Istirahatlah!" Raditya mengelus rambut Ratna lalu bangkit untuk keluar dari kamar tersebut.
"Aku harus segera pergi dari sini, aku tidak mau terjadi hal yang tidak di inginkan. Bukannya aku terlalu sombong, hanya saja aku merasa kau mulai punya perasaan padaku dan itu harus dihentikan," gumam Ratna setelah laki-laki itu menutup pintu kamar.
*
*
Pagi hari. Di meja makan.
"Kakak, serius mau pulang hari ini juga?" tanya Putri terkejut mendengar penuturan Ratna yang akan kembali ke kota yang selama setahun ini menjadi tempat tinggalnya.
"Ya, aku sudah pesan tiket. Tapi jangan khawatir aku akan sering berkunjung ke sini."
"Seringnya paling setahun dua kali."
Ratna nyengir kuda karena apa yang dikatakan Putri sepertinya benar. "Akan aku usahakan lebi dari itu."
"Baiklah, aku tidak bisa memaksa, kakak. Aku hanya berharap kakak akan selalu bahagia dimanapun berada."
"Terima kasih. Semoga kau juga bahagia." Dua sahabat itu berpelukan.
Setelah sarapan, Ratna segera berkemas karena pesawatnya akan berangkat agak siangan.
"Biarkan aku mengantar, kakak."
"Aku inginnya juga begitu, tapi kasian putri kecil jika harus kau tinggal," jawab Ratna sembari mencium pipi bayi mungil di gendongannya.
Putri mendesah pelan. " Yasudah, kakak hati-hati, ya."
"Pasti, aku berangkat dulu." Setelah berpamitan Ratna segera naik mobil yang sudah disiapkan Putri. Mobil pun melaju ke luar dari halaman rumah mewah itu. Belum jauh mobil melaju, paling hanya beberapa meter mobil yang ditumpanginya berhenti tiba-tiba karena ada mobil lain yang menghalanginya.
"Apa yang dia lakukan?" Tanya Ratna geram, kalau saja sang sopir tidak mengerem tepat pada waktunya dapat di pastikan ia akan mengalami kecelakaan. Ia tahu jika itu mobil Raditya.
"Sepertinya aku tidak akan mudah lepas darinya," gumam Ratna pelan.
"Turun!" titah Raditya membuka pintu mobil yang ditumpangi Ratna. Wanita itu hanya diam tanpa melakukan apapun. " Kau, cepat turun!" Raditya terlihat kesal saat wanita itu mengabaikan perintahnya.
"Ada apa?" tanya Ratna santai.
Bener-bener nih wanita ajaib. Inilah sifat wanita ini sebenarnya tidak beda jauh dengan sifatnya beberapa tahun yang lalu.
Raditya menutup matanya sejenak, ia harus meredakan kekesalan di hati.
"Ada yang ingin aku katakan."
"Baiklah, aku mendengarnya."
"Kau mau kemana?"
"Aku mau pulang."
"Aku akan mengantarmu."
"Jadi, ini yang ingin kau bicarakan?"
"Ya, aku akan mengantarmu." Karena percuma melarangmu kau tidak akan menurut padaku, kita akan main tarik ulur, tapi jangan berpikir aku akan melepaskanmu lanjut Raditya dalam hati.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
Mpk Tahmid
tarik ulur aja, cepat dong athor.
2023-08-21
0
Mom Yara
upnya tiap hari satu ya, cuma hari ini aku up dua
2023-07-23
0
BEtari
lanjut dong thor....ini setelah skian lqmq bc ni kisah baru kalui ini kutek1n tombol lope
2023-07-22
0