"Kau.... "
"Sayla ...."
Sebut Hardian dan Putri bersamaan.
"Kenapa kau ada di sini?" tanya Putri melihat wanita yang menurutnya sangat menyebalkan.
"Ini rumahku, tentu saja di sini," jawab Sayla sedikit ketus sembari duduk di salah satu sofa.
Putri menatap Ratna seraya meminta penjelasan.
"Aku terdampar di kota ini dan dia menolongku, terus kita tinggal bersama," jelas Ratna yang merasa jika hubungan dua sahabatnya kurang baik.
Putri jadi teringat awal pertemuannya dengan Ratna. Dirinya juga ditolong Ratna tanpa pamrih.
Ternyata dia bisa jadi baik juga.
"Apa dia menjagamu denagn baik?" tanya Putri pada Ratna, yang juga didengar oleh Sayla.
"Hey, kau pikir apa yang akan aku lakukan?"
Putri mengedikkan bahunya.
"Istrimu menyebalkan!" Cetus Sayla sembari menatap Hardian yang dari tadi hanya diam saja.
"Kau juga menyebalkan!" Putri yang menjawab dengan suara tak kalah tinggi.
Cup
Hardian mengecup pipi sang istri ketika wanita itu terlihat emosi. "Aku mencintaimu. Ingat kau sedang hamil jangan terlalu lelah, kita ke hotel sekarang?" Hardian merangkul pundak sang istri.
"Ya, aku mau," jawab Putri tersipu malu, ia sensitif jika mendengar kata hotel.
Sementara dua wanita yang lain dibuat terpaku denagn adegan romantis di hadapan mereka. Apalagi Sayla yang tidak menyangka Hardian sang mantan kekasih bisa selembut itu.
"Kak aku akan kembali," ujarnya pada Ratna sembari memeluk wanita itu. lalu menatap Sayla, Putri tahu sebenarnya wanita itu baik, hanya saja ia memperlihatkan sikap menyebalkannya itu pada semua orang.
"Terima kasih telah menjaga kak Ratna selama ini."
"Tidak perlu berterima kasih, karena kita saling menguntungkan, dia bekerja padaku."
Lihat, betapa menyebalkan ucapan yang keluar dari mulutnya, seolah-olah dia mengambil keuntungan dari keberadaan Ratna padahal sebenarnya tidak seperti itu. Malah dia terlihat senang dengan adanya Ratna dirumah itu.
"Tetap saja, aku harus berterima kasih padamu, dia bukan sekedar sahabat, tapi dia adalah saudaraku," ujar Putri membuat siapapun yang m
"Baiklah, aku terima! Emm ... selamat atas kehamilanmu."
"Terima kasih."
Setelah berpamitan Putri dan Hardian pun kembali, mereka akan beristirahat dulu di hotel sebelum melanjutkan perjalanan untuk pulang ke Jakarta.
*
*
Waktu pun berlalu, tak terasa sudah satu bulan lebih sejak kedatangan sang sahabat. Hari ini Ratna menerima kabar bahwa sahabatnya itu sudah melahirkan dan saat itu juga ia menerima kabar jika di depan rumah sudah ada orang suruhan Putri yang menunggunya. Wanita itu sengaja mengutus orang untuk menjemput Ratna, ia khawatir Ratna mengingkari janji, bahkan ia berencana akan membuat wanita itu tinggal kembali di Jakarta.
"Ikutlah denganku ke Jakarta!" mohon Ratna untuk kesekian kalinya.
"Aku belum siap untuk kembali. Pergilah! Tidak apa-apa, tidak perlu menghawatirkanku. Dia membutuhkanmu, kau adalah saudara baginya."
"Tapi aku berat meninggalkanmu sendiri."
"Hey aku bukan anak kecil."
"Ayolah, ikut. Aku tidak lama di sana."
"Aku tidak yakin, sahabatmu itu akan melakukan segala cara untuk membuatmu tinggal di sana lagi."
"Aku juga belum siap tinggal di Jakarta."
"Begini saja, jika kau lama aku akan menyusulmu ke sana dan membawamu kembali ke sini lagi."
"Ide yang bagus. Kalu begitu aku tenang meninggalkanmu sendiri. Aku pergi dulu."
Sayla mengantar Ratna hingga depan pintu, sudah ada mobil beserta sopir yang sudah menunggu. Ratna melambaikan tangannya setelah masuk ke dalam mobil itu.
Ya, Tuhan semoga kami tidak akan pernah bertemu. Aku mohon.
"Jakarta luas, mana mungkin kita bisa bertemu lagi," gumam Ratna lirih, ingatannya kembali pada laki-laki yang sudah memberikan pengalaman yang tak akan pernah ia lupakan. Ia tersenyum miris mengingat laki-laki tersebut.
Setelah menempuh perjalanan berjam-jam, akhirnya Ratna sampai di Jakarta. Mobilnya masuk ke komplek perumahan mewah. Rumah yang pernah ia datagi dulu yang menjadi awal perubahan hidupnya. Ia menatap pagar itu dan sekelebat ingatan saat ia diculik muncul kembali.
"Aku baik-baik saja, semuanya hanya warna pengalaman hidup," gumamnya pada diri sendiri.
Pintu gerbang terbuka, seorang wanita paruh baya sudah menunggunya di depan pintu utama. Ratna turun dari mobil lalu melangkah menuju pintu utama.
"Selamat sore, Nona. Nyonya Putri sudah menunggu Anda."
"Terima kasih, Bu."
"Panggil bibi saja," kata bibi sembari tersenyum ramah.
"Baik, Bi."
Bibi mengambil koper yang dibawa Ratna.
"Tidak perlu, Bi. Ini lumayan berat."
"Tidak apa, Nona. Mari saya antar ke kamar Nyonya Putri."
Pintu terbuka setelah bibi mengetuk pintu.
Ratna masuk lalu melangkah lebih ke dalam. Terlihat Putri yang sedang tertidur di samping baby lucu.
"Sepertinya Nyonya kelelahan. Nyonya tidak mau menggunakan jasa babysitter, katanya ingin merawat anaknya sendiri," jelas bibi sembari tersenyum. Setelah itu bibi keluar meninggalkan Ratna di sana sesuai instruksi sang majikan jika wanita itu telah datang.
"Bayi perempuan yang lucu," kata Ratna pelan sembari mengambil bayi itu dari atas kasur. Ratna menggendongnya. Seketika Putri terbangun karena merasakan ada pergerakan di dekatnya.
"Kakak, kau sudah datang?" tabya Putri sembari menguap lebar.
"Emm ... Putrimu sangat lucu sekali. Selamat, ya, akhirnya sekarang kau sudah menjadi seorang ibu."
"Terima kasih, Kak." Putri menatap Ratna yang sedikit sendu. "Kakak, menikahlah!"
Ratna menghembuskan napas panjang lalu duduk di atas ranjang di sebelah Putri.
"Mungkin jika aku tidak bercerai, aku sudah memiliki Putri yang cantik seperti ini." Ratna mencium pipi bayi Putri gemas. " Tapi takdir berkata lain, suamiku malah punya anak dengan perempuan lain," ucap ratna sembari terkekeh kecil.
Sekarang dia sudah biasa jika teringat akan mantan suaminya itu. Trauma menikah, tentu saja ada, ada rasa takut gagal untuk yang kedua kalinya. Lagipula siapa yang mau dengan janda. Mungkin hanya Putri yang beruntung.
"Aku ingin menjodohkan kakak dengan keponakanku. Maksudku keponakan suamiku yang sekarang juga menjadi keponakanku."
Ratna mengernyitkan keningnya.
"Kau ingin menjodohkanku dengan anak kecil, yang benar saja."
"Ihh... Kakak. Keponakan suamiku sudah besar dan dia seorang duda. Kalian akan sangat cocok. Aku yakin kakak akan menyuakainya, dia sangat tampan. Nanti malam aku akan memperkenalkannya pada kakak."
"Sejak kapan kau membuka biro jodoh?"
"Sejak kita bertemu kembali." Kemudian Putri nyengir kuda. "Aku ingin kita tinggal bersama lagi, kak, bahkan akan lebih baik kalau kita menjadi keluarga sesungguhnya."
"Benar kata Sayla, kau akan menahanku di sini."
"Dia bilang begitu?" tanya Putri berpura-pura terkejut. "Wah ... dia hebat sekali bisa membaca pikiranku."
Ratna tampak menggelenhgkan kepalanya.
"Ini bukan jaman Siti Nurlela lagi, jadi jangan asal menjodohkan orang."
"Siti Nurbaya, kak."
"Itu jika yang menjodohkan orang tuanya. Kalau Siti Nurlela yang menjodohkan sahabatnya karena dia sudah tidak punya orang tua."
"Memang ada, ya, cerita Siti Nurlela?" tanya Putri yang jadi penasaran.
"Tentu saja ada, kau kurang update. Baru saja Siti Nurlela pulang kampung karena di tinggal suami."
"Ah, masak sih! " Putri jadi penasaran. Benarkah ada dua cerita Siti dalam sejarah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
Elizabeth Zulfa
za itu mungkin aja lah Ratna... krna apa, za krna Raditya sudah jdi keponakan putri sahabatmu
2023-11-01
0
Mpk Tahmid
ya cepet ketemu radit mau g ya Ratna sama radit
2023-08-21
0
Dewi Astuti
jgn lama2 ya thor up nya
2023-07-18
0