Dengan masa bodoh Raditya menghabiskan sarapannya. Mengabaikan tatapan tajam pasangan suami istri itu. Hari ini ia berencana untuk mengajak wanitanya ke suatu tempat. Pria itu sudah menganggap Ratna adalah wanitanya.
Ia bersikap seolah tidak mengenal Ratna karena tidak ingin membuat istri sang paman curiga, bisa-bisa ia tidak bisa mendekati Ratna jika sang bibi tahu. Mulai saat ini Raditya memutuskan akan mendekati wanita itu.
Setelah sarapan Hadian pergi ke kantor, Putri tentu saja mengantarnya hingga ke depan pintu dan kesempatan itu digunakan oleh Raditya untuk berbicara dengan Ratna.
Raditya mencekal tangan Ratna ketika wanita itu hendak masuk ke dalam kamar.
"Aku tunggu di luar." Raditya segera berlalu setelah mengatakan maksudnya.
Kau masih berani memerintahku setelah tahu aku tidak bermasalah. Maaf ya, aku bukan type wanita yang mudah ditindas. Kemarin aku khilaf jadi , ya pasrah karena aku tidak tahu bagaimana caraku melawanmu.
Tak lama Putri masuk ke dalam kamar Ratna.
"Apa dia menemui, Kakak?" tanya Putri tidak sabar ingin tahu dan membalas Raditya. Meskipun mereka sangat dekat, tapi kali ini dia tidak akan membela laki-laki itu.
"Dia menungguku di luar," jawab Ratna setelah sebelumnya menganggukkan kepalanya.
"Biarkan saja dia menunggu," Putri tersenyum licik.
"Ayo, aku mau bermain bersama putri kecil!" ajak Ratna lalu mereka keluar bersama.
Sementara di luar Raditya mulai kesal menunggu wanita itu, hampir setengah jam dia menunggu.
"Dia lama sekali. Apa yang dilakukannya? Okelah, aku tunggu sebentar lagi." Raditya bersenandung sembari menunggu Ratna untuk membunuh rasa bosan yang mulai muncul.
Beberapa menit kemudian, Raditya keluar dari dalam mobil lalu masuk kembali ke dalam rumah dengan wajah tak bersahabat. Ia bertambah kesal, saat melihat wanita yang ditunggunya sedang tertawa bahagia dengan bayi kecil dalam gendongannya.
"Kau kembali, apa ada yang tertinggal?" tanya Putri dengan seringai tipis di bibirnya, tentu saja tanpa pria itu tahu.
"Aku lupa membawa dokumen yang ada di kamar," jawab Raditya lancar tanpa ekspresi sembari berjalan ke arah mereka. Tentunya jawaban itu hanya alasan belaka. Tatapan Ratna dan Raditya bertemu.
Tatapan itu kenapa membuatku merinding.
Raditya berjalan melewati dua wanita yang saling tersenyum, dua sahabat yang baru saja dipertemukan kembali.
"Kak, aku ke kamar dulu, ya, biasa panggilan alam. Jangan nangis ya, Sayang, sama tante cantik dulu, ya?" Putri langsung berdiri lalu berjalan ke kamar yang ia tempati bersama sang suami.
Raditya yang mendengar itu, memperlambat langkah kakinya, setelah ia memastikan Putri masuk ke dalam kamar, pria itu kembali lagi ke tempat wanita itu duduk.
"Kau berani membantah perintahku!" bisik raditya dengan mimik wajah mengintimidasi wanita itu.
"Kau tak lihat apa yang aku lakukan?" jawab Ratna dengan pertanyaan membuat Raditya tertegun dengan jawaban wanita itu.
Dia berani menjawabku.
Raditya menelisik penampilan dan sikap wanita itu dari bawah hingga atas.
Dia terlihat berbeda dari kemarin. Sepertinya dia tidak takut lagi padaku, sikapnya biasa saja. Aku senang dia tak takut lagi padaku, tapi kenapa hatiku mendadak gelisah. Apakah iru artinya dia sudah tidak menyukaiku lagi?
"Pergilah! Atau kau ingin Putri tahu semuanya. Kau bisa bayangkan apa yang akan dia lakukan jika dia tahu kau pernah menyiksaku."
"Kau mengancamku? Sepertinya kau memang berani. Jangan lupakan apa yang telah kau lakukan."
Raditya pergi keluar begitu saja setelah menatap kedua mata Ratna yang membuatnya merinding. Tatapan kebencian yang begitu ketara.
"Ada apa dengannya? Apa dia sudah tahu kebenarannya? Tidak mungkin, Paman tidak mungkin mengatakannya," gumam Raditya setelah masuk ke dalam mobil.
Yang ada di dalam pikiran Raditya sekarang adalah sang paman. Ia segera mengendarai mobilnya menuju perusahaan dan langsung menuju ruangan sang paman.
Raditya menatap sang paman yang tengah sibuk dengan tumpukan dokumen di atas meja.
"Apa wanita itu sudah tahu? Paman mengatakannya?" tuduh Raditya tanoa basa-basi.
Hardian menghentikan pekerjaannya lalu menatap sang keponakan yang usianya tidak terlalu jauh dengannya.
"Apa yang kau rencanakan?" Hardian malah membalas dengan pertanyaan juga. "Segera minta maaflah dan lepaskan dia sebelum terlambat atau kau tidak akan pernah mendapat kesempatan untuk meminta maaf padanya."
Raditya terdiam. Apa yang dikatakan sang paman benar adanya, tapi dia hanya takut tidak bisa meraih wanita itu lagi.
Sejak itu Raditya sering berkunjung ke rumah sang paman bahkan sampai menginap, meskipun sebelumnya dia memang tinggal di sana. Namun, sejak sang paman menikah ia memutuskan untuk tinggal di apartemen. Ia selalu mencari kesempatan untuk berbicara dengan Ratna, tapi keberuntungan seakan tak berpihak padanya selalu saja ad yang mengganggu.
Seperti hari ini hampir saja ia berbicara dengan wanita itu tiba-tiba istri sang paman datang dan menggagalkan semuanya. Istri sang paman sudah seperti jaylangkung saja yang selalu datang tiba-tiba.
Namun, malam ini seakan kesempatan berpihak padanya. Malam ini paman dan bibinya akan pergi untuk menghadiri pesta rekan bisnis. Raditya menggunakan kesempatan itu untuk berbicara dengan Ratna. Tanpa menunda lagi, Raditya langsung masuk ke dalam kamar wanita itu setelah terdengar suara mobil sang paman meninggalkan halaman rumah.
Ratna tidak pernah mengunci pintu, lebih tepatnya ia sering lupa untuk mengunci pintu mungkin karena kebiasaan. Ia terkejut melihat Raditya masuk melalui cermin di hadapannya, dapat ia prediksi jika malam ini laki-laki itu akan menemuinya. Dia merasa lelah untuk main kucing-kucingan dengan laki-laki itu. Ia ingin semua segera selesai dan tidak punya urusan lagi dengan laki-laki itu.
Raditya sempat berhenti lalu melanjutkan langkahnya, ia berdiri tepat di belakang wanita itu. Posisi Ratna sedang duduk di depan meja rias.
"Kau menghindariku?" tanya Raditya tanpa melepas tatapannya pada wajah Ratna yang sayangnya malam ini wanita itu terlihat lebih menggoda dengan baju tanpa lengan.
"Apa ada untungnya aku menghindarimu?"
"Kau semakin berani membantahku?"
"Kau suka jika aku ketakutan?" Ratna menyeringai, tentunya Raditya melihat dengan jelas seringai tipis di bibir wanita itu. "Rasa takut itu hanya untuk orang yang bersalah dan malakukan hal keji. Aku ... wanita manis dan baik hati mana mungkin melakukan itu. Lihatlah wajahku tidak ada sedikitpun aura jahatnya!" Inilah Ratna dengan segudang kepercayaan diri dan kenarsisan tiada batas.
Ratna berdiri lalu menatap pria itu.
"Keluarlah! aku ingin istirahat."
Raditya terkekeh. "Rupanya kau lupa ingatan. Kau lupa dengan apa yang kau lakukan malam --"
"Menjebakmu lalu memperkosamu hingga membuat istrimu meninggal. Omong kosong! Jika aku merekam adegan malam itu, tidak akan ada yang mengira jika kau melakukannya karena terpaksa. Kau melakukannya dengan gairah yang membara dan penuh cinta. jangan lupakan satu hal kau sangat menikmati malam itu."
Deg
Raditya terkejut dengan perkataan frontal wanita itu tanpa sensor sama sekali, yang sayangnya memang benar adanya.
"Meskipun permainanmu, yach, masih dibawah mantan suamiku, tapi aku juga cukup menikmatinya," lanjut Ratna sembari berjalan menjauhi laki-laki itu. Ia baru sadar jika ucapannya bisa membangunkan singa yang sedang kelaparan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
Mpk Tahmid
marah marah dl lah siapa tau cinta bersemi lg😇😇🤭🤔kl jodoh. sabar ya Ratna, bang radit jg sabar dan lembut dong bicara sama Ratna.
2023-08-21
1
Hman Pedang
yahhh...ditya d bandingkan dgn mantan suami
bolehlah reka adegan ulang
2023-07-26
1
NR..
bagus lawan aja tu Radit
2023-07-21
0