Baru saja Raditya dan Ratna masuk ke dalam apartemen. Terdengar suara bel pintu membuat keduanya saling pandang dengan pikiran berbeda. Raditya merasa heran siapa yang bertamu ke apartemennya, sedangkan Ratna berharap tamu di luar sana bisa membantunya lepas dari pria itu. Selama Ratna tinggal disana ia tidak pernah kedatangan tamu.
Raditya berjalan kembali ke arah pintu lalu membukanya. Terlihat seorang wanita cantik masih dengan koper di tangannya.
"Kakak ipar?" panggil wanita itu dengan wajah sumringah. Wanita itu baru kembali dari luar negeri setelah mendengar kabar tentang kesembuhan kakak iparnya itu.
Wanita itu maju lalu memeluk Raditya. "Aku senang kakak sudah sembuh."
Raditya masih diam ditempatnya. Lalu melepaskan pelukan wanita itu.
"Kakak tidak menyuruhku masuk? Aku baru kembali dari luar negeri setelah mendengar kakak sudah sembuh."
"Pulanglah, ini sudah malam!" sahut Raditya membuat wanita itu kecewa.
"Siapa?" tanya Ratna dari balik pintu. Tubuhnya belum terlihat. "Kenapa tidak di suruh masuk?" lanjutnya.
"Kakak bersama wanita?" tanya Tiska sang adik ipar dengan terkejut. Hilang sudah rasa kecewa berganti dengan rasa panas yang menjalar ke bagian tubuhnya.
"Pulanglah, bukankah kau baru datang!" Ulang Raditya.
"Baiklah, aku pulang," sahutnya dengan senyum yang dipaksakan.
Setelah Tiska masuk ke dalam lift. Tangannya mengepal erat dengan mimik wajah merah padam. Tidak ada lagi senyum merekah di bibirnya, berganti dengan wajah menyeramkan.
Sementara di apartemen.
"Ada apa dengannya? Kenapa wajahnya berubah setelah menemui tamu tadi?" tanya Ratna pada dirinya sendiri setelah Raditya masuk ke dalam kamar. "Itu bukan urusanku." Ratna ikut masuk ke kamar untuk beristirahat.
Raditya menghadap jendela kamarnya. Entah kenapa kedatangan adik sang istri membuatnya tak nyaman. Bahkan sejak dulu ia sudah merasakannya, bahwa adik iparnya itu memiliki perasaan melebihi hubungan kakak dan adik ipar. Dari dulu pun ia selalu menghindari Tiska. Raditya menghela napas panjang, sepertinya ia akan mendapat masalah baru.
*
*
Laki-laki itu menatap ponselnya yang berdering sebelum mengangkatnya. Bukan hanya hari ini ia mendapat telpon dari sang ayah untuk kembali ke perusahaan yang saat ini masih di pimpin sang ayah. Sejak menikah ia memang kembali ke Jakarta karena sang istri ingin tinggal di sana. Dia hanya memantau dari jauh, sang asisten yang membantunya mengurus perusahaaan. Tapi sejak ia sakit sang ayahlah yang mengambil alih perusahaan. Suara dering ponsel pun berhenti.
Hari ini Raditya sangat sibuk karena sang paman sedang berlibur bersama sang istri.
"Masuk," ucapnya ketika ada seseorang yang mengetuk pintu dari luar. Sedetik kemudian terlihat Juno sang sahabat. Melihat Juno membuat dirinya was-was. Entah berita apa yang akan di dengar olehnya.
"Kau siap mendengar cerita yang sebenarnya?" tanya Juno langsung, seketika Raditya mengangguk dengan debaran hati tak menentu. Ada sesuatu yang ia takutkan.
"Dia tidak bersalah, sedikitpun wanita itu tidak terlibat."
Deg
Jantung laki-laki itu seolah-olah berhenti. Apa yang ia takutkan terjadi. Wanita yang dimaksud Juno adalah Ratna. Wanita yang ia kurung di apartemen, bahkan berulang kali ia menampar wanita itu.
"Kau masih ingat surat perjanjian yang kau buat bersama istrimu? Perjanjian konyol yang tidak masuk akal dan sayangnya kau setuju. Yah, begitulah cinta membuat orang kehilangan akal untung saja kau tidak jadi gila," sindir Juno dengan mengangkat satu sudut bibirnya.
"Surat perjanjian yang berbunyi. Seluruh hartamu akan jatuh pada istrimu tercinta jika kau ketahuan selingkuh." Juno mengingatkan kembali tentang perjanjian aneh sang sahabat.
Sebenarnya sah saja jika semua harta diberikan pada sang istri, hanya saja alasannya yang tidak masuk akal. Sama saja dengan mendoakan Raditya untuk selingkuh padahal laki-laki itu akan dengan senang hati memberikan seluruh hartanya untuk wanita yang dicintai.
"Sehingga seseorang memanfaatkan itu semua. Malam itu seseorang menjebakmu dan berencana menangkapmu dalam keadaan selingkuh untuk satu tujuan. Menurutmu siapa yang paling diuntungkan jika kau tertangkap selingkuh?" Lanjut Juno dengan tersenyum sinis.
Deg
Tidak mungkin. Itu tidak akan pernah terjadi.
Mimik wajah Raditya berubah. Tidak ada yang tahu bagaimana hancurnya perasaannya saat ini. Ia ingin berita itu salah tapi tidak mungkin Juno membohonginya.
"Ya, yang kau pikirkan benar. Istrimu sendiri yang merencanakan itu semua. Istri yang sangat kau cintai. Aku yakin ini adalah pukulan terhebat untukmu dan untuk kecelakaan itu aku masih belum tahu penyebabnya, itu terlihat murni seperti kecelakaan."
"Sepertinya butuh waktu yang lama untuk mengungkap hingga tuntas. Yang pasti istrimu terlibat meskipun dia bukan salah satunya tersangka. Mereka sangat pintar." Juno diam sebentar. "Bebaskan wanita itu, dia tidak bersalah."
Setelah mengatakan tujuannya, Juno segera meninggalkan sang sahabat yang termenung sendiri. Raditya menatap nanar foto pernikahan yang masih ada di atas meja kerjanya.
"Kenapa? Kenapa kau melakukannya? Ahrg .... " Raditya melempar semua barang yang ada di atas meja. Ia terduduk lemah di atas lantai. Apa yang salah dengannya. Hubungan mereka baik-baik saja lalu apa yang membuat sang istri melakukan itu. Bahkan ia bisa melihat cinta yang tulus dari wanitanya tersebut.
Ingin marah tapi pada siapa. Sang istri sudah meninggal. Ia menatap tangannya, tangan yang sudah menampar wanita yang tak bersalah. Wanita yang malam itu tulus membantunya.
"Maafkan aku .... "
Setelah merasa cukup tenang. Ia bergegas keluar dari perusahaan. Tujuannya hanya satu, apartemen. Tak lama mobilnya berhenti di depan gedung apartemen. Ia tidak langsung turun. Setelah beberapa menit baru ia keluar dari dalam mobil, itupun setelah seseorang mengetuk pintu mobil.
"Apa ada masalah, pak?" tanya petugas keamanan.
"Tidak, terima kasih."
Raditya membuka pintu apartemen, sedikit ragu untuk melangkah masuk ke dalam.
"Kau pulang? Kenapa? Bolos kerja, ya? Aku juga pernah melakukannya dulu saat merasa jenuh. Apa kau juga begitu?" tanya wanita yang berada di dalam apartemen. Wanita itu sedang menata makanan di atas meja.
Raditya hanya diam sembari menatap wanita itu. Rasa penyesalan merayap di hati. Lidahnya terasa kelu untuk sekedar meminta maaf.
"Kau ingin makan, aku baru selesai masak?"
"Ehmm... "
Wanita itu segera menyiapkan makanan untuk Raditya dan juga untuknya. Hari ini mereka makan siang bersama untuk pertama kalinya. Mereka berdua makan dalam diam hingga makanan di atas piring habis.
Ratna tersneyum penuh arti melihat laki-laki itu menghabiskan makanannya.
Makan siang bersama ini adalah langkah yang bagus untuk mengambil hati seseorang.
"Apa kau baik-baik saja?" tanya Ratna yang baru menyadari jika laki-laki itu bukan hanya diam tetapi juga murung.
"Maukah kau memelukku, sebentar saja?" Bukannya menjawab, Raditya malah meminta sesuatu.
Ratna mengernyitkan keningnya bingung dengan permintaan laki-laki itu.
Kenapa bertanya seperti itu. Aku ini wanita, malu 'kan kalau mengangguk meskipun ingin. Mau menolak pun gimana gitu. Aku jadi bingung. Ntar dibilang sok jual mahal. Padahal wanita harus punya harga diri. Bagaimana ini?
"Tidak mau, ya? Baiklah, aku saja yang memelukmu."
Eh ...
Raditya bangkit lalu mendekati Ratna dan langsung memeluk wanita itu. Hatinya merasa lebih tenang setelah mendekap tubuh wanita itu.
Maaf, maafkan aku.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
Elizabeth Zulfa
tpi keknya Raditya gak akan lepasin Ratna dech... kn dia terlihat sprti ada rasa zg tak trungkap sama sprti dulu saat sblm nikah..
2023-11-01
0
Indah Alifah
g seru kalau Ratna langsung luluh harus ada drama lagi supaya g lempeng ceritanya 😊
2023-09-29
0
Mpk Tahmid
semoga Ratna memaafkan mu radit
2023-08-21
1