Udara malam terasa semakin dingin. Raditya masih setia duduk di kursi taman. Setelah cukup berpikir ia berdiri lalu berjalan masuk ke dalam rumah utama kembali. Sang paman beserta anak dan istrinya sudah masuk ke dalam kamar, mungkin saat ini mereka sudah terbang ke alam mimpi.
Raditya berhenti di depan pintu kamar yang ditempati Ratna. Tanpa mengetuk pintu ia langsung membuka pintu itu, beruntungnya pintu tersebut tidak terkunci. Penerangan di kamar itu masih terang, terdengar suara dari dalam kamar mandi dapat dipastikan wanita itu berada di dalam sana. Raditya duduk di jtepi ranjang sembari menatap ke arah kamar mandi.
Setelah beberapa menit, Ratna keluar dari kamar mandi, langkahnya terhenti ketika tatapannya bertemu dengan netra pria itu.
"Sial," umpat Raditya dalam hati saat melihat penampilan wanita itu yang hanya dibalut handuk kimono. Jakunnya naik turun, kerongkongannya terasa kering.
Sementara Ratna masih terpaku di tempatnya, keduanya saling menatap dengan pikiran yang bereda.
Bagaimana dia bisa masuk?
Raditya tak mampu berkata-kata, ia yang tadinya bingung sekarang semakin bingung untuk memulai berbicara dengan wanita itu. Rencananya dia akan meminta maaf dan mengatakan yang sebenarnya pada wanita itu. Namun, setelah melihat wanita itu dengan penampilan yang membuatnya panas dingin ia berubah pikiran. Tiba-tiba rencana licik bersarang di kepalanya.
Raditya berdiri dengan sikap setenang mungkin, jangan sampai wanita itu tahu kalau dirinya tengah gugup. Perlahan ia berjalan ke arah Ratna lalu bherdiri tepat di hadapan wanita itu. Dapat ia lihat jika wanita itu merasa takut.
"Ada ada yang ingin kau jelaskan?" Malah pertanyaan itu yang keluar dari mulut Raditya. Padahal pikirannya sudah berencana untuk memuji wanita itu yang terlihat lebih cantik dari sebelum terakhir mereka bertemu.
Ratna semakin gugup.
"Apa yang kau masukkan ke dalam minumanku?" Ratna mundur selangkah demi selangkah hingga tubuhnya menyetuh tembok. Raditya melangkah maju, lalu terbit seringai tipis di bibirnya. Ia menyentuh pipi wanita itu, mengelusnya perlahan. Tubuh Ratna bergetar, meskipun ia selalu bersikap berani, tapi ia tetaplah wanita pada umumnya.
"Jangan tampar aku lagi."
Deg
Seketika tangan Raditya berhenti mengelus pipi wanita itu. Hatinya seperti tertusuk sembilu.
"Maaf, aku tidak sengaja melakukannya," lanjutnya masih dengan suara terbata sembari memejamkan kedua mata. Ia takut, Raditya akan menyakitinya kembali karena hal yang ia lakukan sebelum kabur yaitu mecampuri minuman laki-laki itu dengan obat tidur.
Raditya menatap wanita itu, ia merasa bersalah telah menyakiti wanita itu hingga takut padanya. Entah kenapa wanita yang sedang memejamkan mata itu terlihat menggoda di mata Raditya. Ia lanjut menatap bibir wanita itu. Entah apa yang merasukinya, Raditya mendekatkan wajahnya lalu mencium bibir wanita itu membuat Ratna terkejut dengan membulatkan kedua matanya, sedetik kemudian keterkejutannya berubah sendu setelah ciuman itu terlepas.
"Apakah aku sehina itu?" ungkapan Ratna dari hati yang terdalam. Bukan pertama kali pria itu melecehkannya, tidak itu saja, hinaan yang keluar dari mulut laki-laki itu tidak kalah menusuk.
Rasa bersalah menyeruak keluar dari dalam hati Raditya. Semua kelakuannya terhadap wanita itu seakan berputar di dalam ingatan.
"Maafkan aku, aku yang salah, kau tidak bersalah sama sekali, aku yang seharusnya mengucapkan terima kasih karena kau telah menolongku." Namun, semua perkataan itu hanya bersuara di dalam hati.
Raditya tak sanggup untuk mengatakan kebenarannya, ia terlalu pengecut. Ia takut Ratna akan membencinya dan pergi lagi. Katakan ia egois, tapi ituah yang ia inginkan memiliki wanita itu.
Setelah cukup berperang dengan hati, Raditya memeluk tubuh wanita itu.
"Kau maish ingat 'kan apa yang harus kau lakukan? kau harus bertanggung jawab dan tidak semudah itu aku melepaskanmu," bisiknya pada telinga Ratna membuat Ratna merasakan hal yang berbeda pada tubuhnya.
Inilah yang ia takutkan untuk kembali ke Jakarta, bertemu dengan laki-laki itu yang akhirnya ia harus mempertanggung jawabkan sesuatu yang tidak ia lakukan.
Tidak. Tidak. Aku tidak boleh menyerah. Sekarang aku punya pendukung meskipun aku tidak tahu seberapa besar Putri bisa membantuku, bukankah tidak salah menggunakn harapan itu.
Raditya melepas pelukannya, lalu berlalu pergi dari sana, ia takut tidak bisa mengendalikan diri lalu membawa wanita itu ke atas ranjang.
Pikiranku jadi kacau jika berdekatan dengannya.
Ratna luluh ke lantai setelah pria iu pergi.
*
*
Pagi hari.
"Apa boleh aku tinggal di sini?"
"Tentu saja. Kakak berubah pikiran?"
"Hemm ... aku rasa di sini lebih nyaman."
Karena tempat yang paling aman adalah di kandang musuh.
"Aku senang kakak mau tinggal bersamaku."
Ratna berusaha untuk tersenyum. Ia sudah mengambil keputusan untuk mengatakan kebenarannya pada Putri jika Radityalah pelakunya.
"Put, bolehkah aku meminta bantuan suamimu?" tanya Ratna membuat Putri mengernyitkan keningnya bingung. SementaraHardian yang tadinya sibuk sarapan mendongakkan wajahnya menatap Ratna lalu bergantian menatap Putri. Tiba-tiba Hardian merasa dalam bahaya.
"Ada apa, Kak?"
Ratna kembali ragu untuk mengatakan yang sebenarnya. Tapi ia butuh.
"Aku bertemu dengan pria yang menculikku?"
"Brengsek, Kapan kakak bertemu dengannya? Kenapa kakak tidak mengatakan padaku?" Putri menggebu-gebu. Ia akan membalas pria itu.
"Emm ... Dia... Raditya."
"Raditya? keponakanku?" tanya Putri tak percaya. Tapi tidak mungkin Ratna akan berbohong. Sedetik kemudian Ratna mengangguk.
Putri menghela napa panjang sebelum menatap suaminya tajam. Tak berselang lama, Putri dan Hardian berada di dalam kamar.
"Jelaskan?"
"Tidak ada."
"Benarkah?" Putri tersenyum licik. " Satu hari di luar, seminggu di luar, satu bulan--"
"Apa yang kau pikirakn semuanya benar?" potong Hardian cepat, akhirnya ia harus mengaku lebih cepat dari waktu yang ia perkirakan.
Putri menenangkan amarahnya sebelum berkata kembali, "jelaskan semuanya pada kak Ratna!"
Kemudian keduanya keluar kamar lalu menemui Ratna. Hardian mau tidak mau menjelaskan apa yang terjadi sebenarnya. Ratna tidak tahu harus berekspresi bagaimana setelah mengetahui kebenarannya.
Namun, satu yang pasti, ia mantap melupakan cinta pertamanya dan mencoba membuka hati untuk cinta yang lain. Hatinya bahagia dan sakit sekaligus. ia bahagia karena ternyata dia tidak bersalah, ia sedih karena pria yang ia puja telah menyakitinya.
Tak lama setelah itu, pria yang menjadi topik pembicaraan mereka masuk ke dalam rumah dengan berjalan santai, tak lupa senyum merekah pria itu suguhkan.
"Selamat pagi semuanya," ucapnya tanpa merasa berslah sedikitpun. Raditya lanjut mengambil nasi dan lauk tanpa menghiraukan tatapan tajam dari dua wanita itu yang berada di hadapannya
Ratna menyentuh tangan Putri, menyuruh wanita itu diam.
Aku akan mengikuti permainanmu. Kau harus merasakan apa yang aku rasakan. Aku akan membuatmu menyesal meskipun aku belum tahu caranya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
Ratna Anggraeni
semangat,.,.💪💪💪💪
2023-09-16
0
Mpk Tahmid
cantik Ratna good girl
2023-08-21
1
we
main cantik ya Ratna
2023-07-24
0